BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke-19, industri mulai berkembang ke seluruh Eropa Barat dan Amerika Utara kemudian keseluruh dunia. Dampak dari revolusi industri adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang sebelumnya para pekerja lebih banyak bekerja di sektor nonindustri. (Anizar, 2009). Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam sektor industri tentu saja membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari adanya perkembangan industri berupa dampak positif dan dampak negatif. Salah satu contoh dampak negatif yang ditimbulkan adalah penurunan kondisi kesehatan dan keselamatan para pekerja dikarenakan keadaan pekerja dilapangan atau di dunia industri belum dilindungi sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya dunia industri terhadap keselamatan jiwa baik secara langsung maupun dalam jangka waktu yang lama. (Anizar, 2009). Faktor sumber daya manusia yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan, sehingga perlu diberikan perlindungan kerja yang sebaik-baiknya agar dapat menunjukan penampilan kerja yang baik yang akan tercermin dalam tingkat kegiatan kerja yang tinggi. (Suma’mur, 2009).
1
2
Perlindungan tenaga kerja diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja: “bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan
atas
keselamatan
dalam
melakukan
pekerjaan
untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktifitas nasional”. Menghadapi tuntunan perlindungan terhadap tenaga kerja perlu kiranya pelaksanaan dan pengawasan K3 dari pihak manajemen perusahaan ditempat kerja guna meningkatkan produktifitas perusahaan, sehubungan dengan itu perlu adanya budaya K3 ditempat kerja. Penerapan budaya K3 harus dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan K3 yang melibatkan seluruh aktifitas perusahaan melalui jalur pendidikan dan pelatihan K3 untuk meningkatkan pengaruh dan pemahaman K3 dari semua aktifitas perusahaan, serta melaksanakan sosialisasi pada semua tenaga kerja agar dapat meningkatkan produktifitas perusahaan serta memperkecil angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sampai zero accident. (Undang-undang No. 01 1970 tentang keselamatan kerja). Kecelakaan kerja (Occupational accident) dan penyakit akibat kerja (Occupational diseases) dan / atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Work related disease) tidak saja menelan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan serta masyarakat luas. Menurut data PT. Jamsostek menyatakan angka kecelakaan kerja enam tahun terakhir cenderung naik. Pada tahun 2012 sebanyak 1.119 kasus. Pada 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari, sedangkan tahun sebelumnya hanya 98.711 kasus kecelakaan kerja, 2009
3
terdapat 96.314 kasus, 2008 terdapat 94.736 kasus, dan 2007 terdapat 83.714 kasus. Direktur Pelayanan PT Jamsostek Djoko Sungkono mengungkapkan hal ini berdasarkan meningkatnya jumlah klaim kecelakaan kerja yakni Rp504 miliar pada 2011, dari Rp401,2 miliar pada tahun 2010. Sementa rapada 2009 sebesar Rp328,5 miliar, 2008 sebesar Rp297,9 miliar, dan 2007 hanya Rp219,7 miliar. (PT. Jamsostek, 2012). Oleh karena itu di setiap tempat kerja harus dilaksanakan program keselamatan dan Kesehatan Kerja. Ada berbagai cara dalam mengurangi kemungkinan kecelakaan kerja, salah-satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi penggunaan APD pada level produksi. Tingkat penggunaan alat pelindung diri (APD) sangat berpengaruh pada tingkat keselamatan kerja, dimana semakin rendah frekuensi penggunaan alat pelindung diri, semakin besar kesempatan terjadinya kecelakaan kerja. (Suma’mur, 2009). Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.8/MEN/VII/2010 pasal 1 (1) yang berbunyi “Alat Pelindung Diri di definisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempatkerja”.Maka diwajibkan oleh setiap pengusaha agar menyediakan APD bagipekerja di tempat kerja. Pengusaha wajib memberikan APD secara Cuma-Cuma kepada karyawan, begitu juga karyawan wajib menggunakan APD sesuai jenis pekerjaan. Penggunaan APD merupakan suatu keharusan bagi tenaga kerja yang bekerja ditempat kerja sesuai
4
prosedur tata cara penggunaan APD yang benar menurut fungsi dan jenis pekerjaan masing-masing. Kecelakaan kerja ada suatu kejadian yang tidak di inginkan berkaitan dengan kegiatan pekerjaan.
Pekerjanan kontruksi bangunan merupakan
kompleksitas kerja yang melibatkan bahan bangunan pesawat / instalasi / peralatan, tenaga kerja dan penerapan teknologi yang dapat menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja pada pelaksanaan jasa kontruksi seperti kejatuhan benda, tergelincir, tertimpa benda keras, kerugian material dan kematian. Dalam perkembangan ruang lingkup kecelakaan kerja kini di perluas lagi mencakup kecelakakan yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ketempat kerja.seperti kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada tenaga kerja saat perjalanan ketempat atau perjalanan ke tempat kerjadalam rangka menjalankan pekerjaannya termasuk dalam kategori kecelakaan kerja (Husni, 2003). Cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja secara teksis dan apabila
memungkinkan
adalah
dengan
menghilangkan
resiko
atau
mengendalikan sumber bahaya. bila tidak memeungkinkan maka perusahaan perlu menyediakan
alat pelindung diri sesuai dengan resiko pekerjaan.
Menurut ILO (1998) upaya yang efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak terduga adalah menutup sumber bahaya yang ada di tempat kerja atau dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja terutama di tempat kerja yang memiliki resiko kecelakaan kerja cukup tinggi.
5
PT. Nusa Konstruksi Enjiniring adalah perusahaan yang bergerak pada bidang jasa konstruksi dan ikut serta dalam berpartisipasi dalam pembangunan-pembangunan, terutama pembangunan yang bertingkat dan jumlah dari sumber daya manusia di perusahaan ini sebanyak 1200 orang. PT. Nusa Konstruksi Enjiniring berdiri sejak tahun 1996 dan perusahaan ini telah banyak mendirikan bangunan seperti: gedung perkantoran, perhotelan, apartemen dan pusat perbelanjaan. Dalam proses pembangunan juga terdapat berbagai macam peralatan kerja seperti pemotong, pembengkok besi, mesin las, mesin gergaji, mesin pengecoran, mesin angkat angkut dan mesin pengeruk tanah. Selain itu proses pembangunan melibatkan banyak tenaga kerja sehingga potensi bahaya yang akan di timbulkan semakain besar. Alat Pelindung Diri (APD) sudah seharusnya digunakan oleh pekerja. Pekerjaan pada area kontruksi Jakarta Selatan” PT. Nusa Kontruksi Enjiniring juga telah menerapkan
penggunan APD secara benar namun pada
kenyataannya beberapa pekerja belum menggunakan APD sesuai dengan fungsi dan ketentuanya. Hal ini terlihat karena beberapa pekerja
masih
terlihat tidak menggunakan helm dengan benar seperti helm dingunakan terbalik dan ada juga pekerja yang tidak menggunakan helm. Dalam penggunanan APD sepatu pekerja juga belum sepenuhnya paham terhadap fungsi dari APD sepatu karena masih ada pekerja yang melepas sepatu di area kerja bahkan ada juga yang memotong sepatu kerja dengan alasan panas. Penggunaan sarung tangan juga belum dilakukan dengan benar. Pekerja beralasan bahwa sarung tangan yang diberikan terlalu
6
tebal dan bahan sarung tangan tidak fleksibel sehingga saat bekerja suhu ditangan menjadi panas dan mengganggu kegiatan pekerjaan. Akibat penggunaan APD yang belum dilakukan secara menyeluruh oleh pekerja maka masih sering kecelakan kerja di area kerja sepersi terpeleset, tertimpa benda keras di kepala, terkena paku, beberapa faktor penyebab terjadinya kecelakaan tersebut terdiri dari faktor manusia, alat dan spesifikasi APD yang tidak sesuai denga standar yang berlaku.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pengamatan di lapangan, kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD masih kurang. sehingga penggunan APD
terhadap
kecelakaan kerja menjadi sangat penting untuk dilakukan peneliti. Penggunaan alat pelindung diri dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, ketersediaan (APD) dan pengawasan APD para pekerja. Pelanggaran terhadap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di area kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat pendidikan, kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang alat pelindung diri serta kurangnya perhatian terhadap manfaat penggunaan alat pelindung diri. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani seseorang dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Tingkat pendidikan menjadi bagian dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang merupakan hak dasar tenaga kerja yang harus dipenuhi. Dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan
7
seseorang akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan semakin tinggi juga tingkat pengetahuannya. Dengan demikian ditemukan beberapa masalah yang terjadi di area kerja sehubungan dengan pelanggaran terhadap penggunaan alat pelindung diri, diantaranya : 1.
Bagaimana perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di tempatkerja.?
2.
Bagaimana
(Pengetahuan,
Pelatihan,
Sikap,
Motivasi,
dan
Komunikasi) pekerja dalam perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di PT. Nusa Kontruksi Enjiniring ? 3.
Bagaimana Ketersediaan APD pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di PT. Nusa Kontruksi Enjinering ?
4.
Bagaimana hubungan (Pengetahuan, Pelatihan, Sikap, Motivasi, dan Komunikasi) pekerja dengan perilaku penggunaan Alat Pelindung Dirin (APD) di PT. Nusa Kontruksi Enjinering ?
1.3 Pembatasan Masalah Penelitian yang disusun oleh penulis untuk mengetahui pengetahuan dengan perilaku penggunan alat pelindung diri apakah saling berhubungan atau tidak, karena APD merupakan langkah penting dan terakhir untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja. Penulis melakukan penelitian hingga batas variable yang sudah di tentukan dan saling berhubungan atau tidak berhubungan serta sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
8
Alasan penulis dalam memilih pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD
adalah karena PT.Nusa Kontruksi Enjiniring adalah
perusahaan internasional yang sudah lama bergerak dibidang kontruksi. Banyaknya pekerja yang sudah memakai APD pada area kerja namun kecelakaan kerja masih terjadi pada area kerja merupakan alasan dasar penulis memilih penelitian ini.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, dapat di rumuskan malasah penelitian sebagai berikut“ Apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri di PT Nusa Kontruksi Enjiniring Jakarta Selatan”
1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan tentang alat pelindung diri dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri di PT Nusa Kontruksi Enjinering Jakarta Selatan. 1.5.2 Tujuan Khusus 1) Mengidentifikasi gambaran pengetahuan pekerja tentang Alat Pelindung Diri di area kerja kontruksi PT. Nusa Kontruksi Enjiniring. 2) Mengidentifikasi gambaran perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri di area kerja kontruksi PT. Nusa Kontruksi Enjiniring.
9
3) Menganalisis hubungan pengetahuan tentang Alat Pelindung Diri dengan perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja kontruki PT. Nusa Kontruksi Enjiniring.
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dibidang keselamatan kesehatan kerja (K3), dan dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dengan aplikasi dilapangan serta memberikan pengalaman langsung dalam pelaksanaan dan penulisan penelitian. 1.6.2 Bagi Peneliti lain Diharapkan mendapat informasi sebagai bahan untuk studi perbandingan sekaligus dapat dilakukan pengembangan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain. 1.6.3 Bagi Perusahaan Untuk memberikan kontribusi bagi perusahaan bagaimana meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pekerja tentang penggunaan alat pelindung diri, sehingga pelanggaran terhadap penggunaan alat pelindung diri akan semakin berkurang. 1.6.4 Bagi Fakultas/Universitas Terbinanya suatu jaringan kerja sama yang baik antara perusahaan tempat penelitian dengan universitas khususnya Fakultas Kesmas dan menambah literatur mengenai faktor-faktor yang
10
mempengaruhi perilaku penggunaan alat pelindung diri di perpustakaan Esa Unggul.