BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebenarnya sastra adalah pengucapan atau ekspresi jiwa yang paling individual oleh seorang pengarang serta tinggi dan mulia sifatnya. Karya sastra adalah bersifat khusus menggambarkan individu-individu atau wakil-wakil tertentu dalam suatu daerah tertentu pula. Karya sastra bukan hanya mengungkapkan kenyataan saja melainkan juga nilai yang lebih tinggi dan lebih agung dari sekedar kenyataan-kenyataan hidup misalnya, menceritakan tentang Tuhan. Karya sastra itu sendiri bukan hanya semata tiruan hidup, tetapi merupakan penafsiran tentang alam dan kehidupan. Sastra bagian dari kebudayaan. Artinya sastra dapat digunakan sebagai tempat penuangan ekspresi jiwa. Disamping itu pula sastra mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan oleh pengarang mengenai kehidupan manusia. Berarti sastra itu dapat menampilkan gambaran kehidupan sosial masyarakat. Dengan demikian karya sastra bukanlah suatu uraian-uraian kosong atau khayalan yang sifatnya hanya sekedar penghibur pembaca akan tetapi melalui karya sastra dapat menghidupkan suasana bagi pembaca agar
Universitas Sumatera Utara
lebih arif dan bijak dalam bertindak dan berbuat karena karya selalu berisi masalah kehidupan manusia nyata untuk dijadikan sebagai pedoman bagi diri pembaca. Etnis Batak Toba adalah salah satu etnis Batak yang ada di Indonesia, etnis ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. Karya sastra itu umumnya dibagi atas dua bagian yaitu sastra lisan dan sastra non lisan. Sastra lisan merupakan salah satu kekayaan budaya, terkhusus kekayaan sastra karena sastra lisan bisa dijadikan sebagai modal apresiasi sastra, sebab sastra lisan telah membimbing pembaca untuk melakukan apresiasi dan pemahaman gagasan berdasarkan praktik ke lapangan selama berabad-abad. Sastra lisan juga merupakan dasar komuniakasi antara pencipta dan peminat karya sastra. Sebagai salah satu contoh karya sastra
lisan Batak Toba ialah legenda.
Legenda merupakan cerita yang mengisahkan terjadinya sesuatu yang dapat dilihat kebenarannya dan masih bisa di lihat bukti peninggalannya dan kebenaranya. Dan kebenaran itu diyakini memiliki magic oleh masyarakat penganutnya. Banyak hal dan nilai-nilai yang di dapatkan dari sebuah legenda, dan nilai-nilai itu dilakukan oleh masyarakat dan di ajarkan secara turun temurun. Misalnya Ledenda Tao Sipinggan dohot Tao Silosung yang mengisahkan dua orang berabang adik yang berselisih karena mamperebutkan sebuah benda
Universitas Sumatera Utara
pusaka titipan orang tuanya, yang akhirnya mereka saling beradu kesaktian sehingga menjadi dua buah Tao (danau) yang diberi nama Tao Sipinggan dohot Tao Silosung. Legenda ini masih dapat di jumpai sampai sekarang dan masyarakat di sekitarnya mempercayai kedua Tao (danau) tersebut memiliki magic dan dianggap keramat. Apabila melakukan aktivitas yang berkenaan dengan kedua Tao tersebut, harus melakukan ritual dan memohon izin kepada guru kunci kedua Tao tersebut. Melihat dari sedikit penjelasan diatas maka penulis mengangkat judul “Analisis Sosiologis Legenda Tao Sipinggan dohot Tao Silosung”. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis cerita tersebut biar dapat di ketahui bagaimana unsur intrinsik pembentuk cerita dan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam legenda tersebut terhadap masyarakat pemilikya. Hal ini di pandang perlu untuk melakukan penganalisisan dan pengkajian, karena belum pernah di teliti. Berdasarkan latar belakang diataslah yang mendorong penulis memilih judul seperti yang di jelaskan di atas.
1.2. Rumusan Masalah Menghindari pembicaraan atau pembahasan
yang menyimpang dari
permasalahan, penulis membatasi masalah agar dapat membahas secara terarah dan terperinci, masalah yang dibahas adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Bagaimana unsur pembentuk Legenda Tao Sipinggan dohot Tao Silosung yang dilihat dari unsur instrinsiknya ? 2. Nilai-nilai sosiologis apa saja yang terkandung dalam legenda tersebut
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Memaparkan dan mengetahui unsur – unsur pembentuk legenda dari unsur intrinsiknya. 2. Menguraikan nilai-nilai sosiologis yang terkandung dalam Legenda Tao Sipinggan dohot Tao Silosung
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini daiharapkan bermanfaat bagi semua pembaca terkhusus kepada penulis untuk di jadikan sebagai : 1. Menambah khasanah kajian dan penganalisisan terhadap legenda, cerita rakyat terkhusus pada Legenda Tao Sipinggan dohot Tao Silosung 2. Memperkaya apresiasi sastra daerah
khususnya apresiasi sastra
Batak terhadap prosa rakyat (legenda)
Universitas Sumatera Utara
3. Melestarikan dan mendokumentasikan cerita rakyat Batak Toba sehingga tidak terlatar belakangi atau punah.
1.5 Kepustakaan Yang Relevan 1.5.1 Pengertian Sastra Sastra merupakan pengucapan ekpresi jiwa yang paling individual oleh seorang pengarang serta tinggi nilainya. Karya sastra adalah bersifat khusus yang menggambarkan individu atau wakil yang tertentu pula. Dengan kata lain sastra merupakan ungakapan pemikiran seseorang tentang sesuatu hal yang dituang dalam bentuk karya sastra. Sastra tidak dapat didenefisikan secara mendeteil atau secara definitif. ( Luxemburg :1986 : 9 ) mengatakan : “Sastra bukanlah benda yang bisa kita jumpai, sastra adalah sebuah identitas atau nama dengan alasan tertentu yang diberikan kepada sejumlah hasil dalam suatu lingkungan kebudayaan “. Hal itu di dasari oleh alasan – alasan sebagai berikut : 1. Sulitnya seseorang menentukan karya sastra untuk mengkategorikan apakah karya sastra tersebut termasuk sastra atau tidak. 2. Sastra didenefisikan di dalam situasi pembaca sedangkan bagi orang lain tidak
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya anggapan bahwa sastra terlalu beorientasi kepada sastra luar, sehingga sulit didenefisikan untuk zaman tertentu ataupun lingkungan yang tertentu pula. 4. Kebanyakan defenisi sastra, sedikitnya kurang relevan bila diterapkan pada sastra.
Rene Wellek dan Austin Warren ( 1986 :3 ) mengatakan : “ Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni “. Maksudnya adalah dari keseluruhan defenisi diatas berdasarkan presepsi masing-masing dan sifat deskriptif, pendapat itu berbeda satu sama lain. Manusia menggunakan seni sebagai pengungkapan segi-segi kehidupan. Ini merupakan suatu kreatifitas bagi manusia yang mampu menyajikan pemikiran dan pengalaman hidup dengan bentuk karya sastra.
Ada yang menyatakan sastra adalah ungkapan eksperesi jiwa yang dimuat dalam bentuk buku yang didalamnya mengungkapkan tentang perasaan manusia yang mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan yang mempesona. Eksperesi atau ungkapan manusia adalah upaya untuk mengeluarkan sesuatu bakat yang tertanam di dalam dirinya. Bentuk dari diri manusia dapat diekspresikan dalam bentuk karena tanpa bentuk tidak akan mungkin isi dari ungkapan tersebut disampaikan kepada orang lain, misalnya dalam bentuk bahasa. Bahasa merupakan bahan
Universitas Sumatera Utara
utama untuk mengungkapkan karya yang indah. Jadi dengan melihat beberapa pandangan di atas batasan sastra dapat disimpulkan bahwa ungkapan pribadi manusia baik berupa pengalaman, pemikiran, ide keyakinan dan lain sebagainya dapat dilakukan karena menggunakan bahasa sebagai alat. Berarti batasan yang dimaksud adalah batasan yang bersifat deskriptif yang mencakup semua karya sastra yang bermutu atau tidak dalam suatu zaman. Sumarjo ( 1991 : 3 ) menyatakan : Dalam mengungkapkan batasan sastra tersebut ada beberapa unsur batasan yang selau disebut yaitu : 1. Isi sastra yang berupa pikiran, perasaan, pengalaman, semangat, keyakinan, kepercayaan dan lain sebagainya. 2. Ekspresi atau ungkapan. Ekspresi merupakan upaya mengeluarkan sesuatu dari dalam diri manusia. Dapat saja seseorang memiliki pengalaman yang luas, pikiran yang cemerlang, perasaan yang mendalam tetapi selama ia tidak mampu mengekspresiaknya, selama itu pula orang lain tidak dapat mengetahui dan merasakanya. 3. Bentuk. Bentuk sastra dapat diekspresikan kedalam bentuk seni tertentu seperti seni tari, sastra, musik dan lain sebasgainya. 4. Bahasa. Bahasa merupakan bahan utama yang mewujudkan ungkapan pribadi dalam bentuk karya yang indah
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan batasan tersebut Sumarjo ( 1991:3 ) mendefinisikan sastra sebagai berikut : “Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,
ide,
keyakinan
dalam
bentuk
gambaran
konkret
yang
membangkitkan pesona dengan alat bahasa” Defenisi sastra yang diberikan hanyalah bersifat deskripsi saja dan dapat mencakup semua karya sastra yang disebut bermutu atau tidak bermutu dalam suatu zaman. Telah disebutkan bahwa bahan untuk mewujudkan sastra adalah bahasa. Bahasa dalam sastra dapat berwujud lisan dan melahirkan sastra lisan. Tetapi dapat juga berwujud tulisan yang melahirkan sastra lisan.
1.5.2 Pengertian Sosiologi Sastra Secara etimologi, sosiologi berasal dari dua kata yaitu Socius dan Logos. Socius berarti kawan, dan logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi jika dilihat dari asal katanya, maka sosiologi itu berarti berbicara tentang masyarakat, atau dengan perkataan lain ilmu yang membicarakan tentang masyarakat. Seorang filosof Prancis yang dikenal juga sebagai ahli sosiologis bernama Aguste Comte telah banyak menulis buku-buku yang merupakan pendekatan dalam meneliti masyarakat. Sehingga demikian penelitian terhadap soal-soal kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih jelasnya tentu tentang apa yang dimaksudkan dengan sosiologi itu, maka di bawah ini beberapa pendapat para ahli. Menurut Van Doorn dan Hammers ( dalam Soekamto, 1990:15) menyatakan, sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur stabil. Selanjutnya menurut Soelo Soemardjan dan Solaeman Soemardi ( 1974:29 ) menyatakan : “Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.” Struktur sosial adalah keseluruhan, jalinan antara unsur-unsur sosial ( norma-norma), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial.” Berdasarkan batasan sosiologi yang telah diutarakan di atas, dalam mengungkapkan memang berbeda, namun suatu hal yang harus dipegang bahwa batasan yang di kemukakan oleh para ahli tersebut tertumpu pada suatu kajian yakni membicarakan masalah-masalah atau gejala-gejala sosial masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai objek penelitian. Sosiologi disebut sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi persyaratan suatu ilmu pengetahuan yakni : 1. Sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan kepada observasi dengan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif
Universitas Sumatera Utara
2. Sosiologi bersifat teoritis, ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstrak dari hasil-hasil observasi tersebut sehingga merupakan kerangka pada unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat 3. Sosiologi bersifat kumulatif, yang berarti bahwa teori-teori yang sudah ada diperbaiki dan diperluaskan 4. Sosiologi bersifat non-etnis, karena tidak mempersoalkan baik buruk fakta melainkan hanya memperjelaskan fakta
Sosiologi sastra berdasarkan proyeksi bahwa karya sastra merupakan refleksi masyarakat pada zaman karya sastra itu ditulis, yaitu masyarakat yang melingkupi penulis sebab sebagai anggota sehingga penulis tidak terlepas darinya. Menurut Laurenson (1972) dalam Fananie (2000:133) terdapat tiga perspektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra perspektif yang dimaksud ialah: 1. Perspektif yang memandang sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan. 2. Perspektip yang mencerminkan situasi sosial penulisnya. 3. Model yang dipakai karya sastra tersebut sebagai menifestasi dari kondisi sosial budaya atau peristiwa sejarah.
Universitas Sumatera Utara
Dalam ilmu sosial tidak ada yang kurang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan beberapa jumlah manusia yang harus ada, akan tetapi paling sedikit dua orang yang hidup bersama.
Jika manusia berkumpul maka manusia yang baru akan lahir pula. Manusia muncul dapat juga berkomunikasi, membantu, dan berhubungan dalam konteks sosial untuk mencapai keinginan dalam kehidupannya. Sosiologi dalam kehidupan masyarakat dapat diartikan sebagai ilmu atau kelompok pengetahuan yang sistematis tentang kehidupan manusia dalam hubungannya
dengan
manusia-manusia
lainnya
serta
peroses
pembudayaannya. Ilmu sosiologi dapat dipergunakan masyarakat untuk mencari tentang nilai-nilai sosiologi dalam sebuah cerita maupun legenda dapat diwujudkan untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Seperti yang diuraikan di atas bahwa dalam mencari nilai-nilai sosial dalam sebuah cerita ataupun legenda, dapat dipergunakan sebuah perspektif dari teori sosiologi sastra yaitu perspektif yang mencerminkan situasi sosial penulisnya . Persperktif sebagai cerminan status sosial dapat digambarkan bagaimana status sosial penulis dalam situasi legenda itu terjadi, sehingga dapat menyampaikan nilai-nilai sosial yang harus dipahami oleh pembaca terlebih kepada masyarakat penganutnya. Dalam sebuah cerita atau legenda
Universitas Sumatera Utara
mengkisahkan sebuah peristiwa yang terjadi dalam lingkungan masyarakat yang terjadi akibat berbagai macam persoalan misalnya perselisihan adu kekuasaan, akibat melanggar sumpah atau janji (padan), kesalah pahaman dan lain sebagainya.
1.5.3 Hubungan Sastra dengan Sosiologi Dari penjelasan di atas telah dinyatakan bahwa sosiologi berbicara tentang masyarakat. Sosiologi adalah telaah objektif dan ilmiah tentang manusia dalam suatu masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan berusaha untuk menyelidiki bagaimana masyarakat tersebut, kelangsungan, dan kelanjutanya. Hal ini juga berhubungan dengan sastra yang juga berurusan dengan manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Damono (1984:6) mengatakan : “Sosiologi adalah telaah objkektif dan ilmiah tentang manusia dan masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimugkinkan, bagaimana ia tetap ada, bagaimana ia berlangsung” Tentang sastra Damono (1984:6) mengatakan : “Sastra adalah lembaga sosial yang mempergunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam
Universitas Sumatera Utara
paengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang seorang, antara manusia, antarperistiwa yang terjadi dalam bathin seseorang”.
Berdasarkan apa yang dikutip di atas mengenai sosiologi dan sastra maka dapat dikatakan bahwa sosiologi dan sastra memiliki objek yang sama yakni sama-sama berurusan dengan masyarakat. Dalam hubungan inilah terjadi suatu disiplin ilmu yang baru yaitu sosiologi sastra. Sosiologi
sastra
bertolak
dari
pandangan
bahwa
sastra
adalah
pencerminan masyarakat. Atar Semi ( 1984:46) menyatakan : Sosiologi sastra adalah analisis sosiologi sastra adalah analisis sosiologi terhadap karya sastra. Wellek dan Warren ( dalam Melani Budianta, 1989:1112) mengemukakan analisis sosiologi sastra mempunyai tiga klasifikasi yaitu : Pertama,adalah sosiologi pengarang, profesi pengarang dan institusi sastra. Yang kedua, adalah isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial. Yang terakhir adalah permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra.sejauh mana sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan dan perkembangan sosial, adalah pertanyaan yang termasuk dalam ketiga jenis permasalahan di atas.
Di dalam memahami sastra, keberadaan sosiologi sebagai ilmu bantu dalam memahami sastra sangat besar. Ini karena sosiologilah akan dapat
Universitas Sumatera Utara
diketahui seluk beluk kehidupan masyarakat. Hal ini sehubungan dengan pendapat Abrams ( dalam Warren, 1988:36), cenderung untuk membicarakan kesusastraan dalam hubunganya dengan masalah-masalah sebenarnya di luar kesusastraan itu sendiri. Ia berpendapat bahwa kesusatraan sebagai satu dengan kehidupan dan melihat kesusastraan sebagai satu cara untuk mengekspresikan atau menciptakan semula pengalaman hidup dalam bentuk kata-kata. Walaupun sosiologi dan sastra mempunyai hubungan yang erat karena persamaan objek yang dibahas, namun hakekatnya keduanya juga mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut terdapat pada cara meneliti objek yang dibahas. Damono ( 1984:7) mengatakan : “Perbedaan antara keduanya ( sosiologi dan sastra ) adalah bahwa sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan sastra (novel) menyusup menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaanya”.
Adanya analisis ilmiah objektif ini menyebabkan seandainya ada dua orang ahli sosiologi mengadakan paenelitian atas satu masyarakat yang sama, hasil penelitian itu besar kemungkinan menunjukkan persamaan juga. Seandainya dua orang novelis menulis tentang suatu masyarakat yang sama hasilnya cenderung berbeda sebab cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaan itu berbeda-beda menurut pandangan orang-orang.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat kita pahami, pendekatan sosiologi lebih bersesuaian untuk dijadikan acuan dalam mempelajari masyarakat. Ini karena sosiologi mengungkapkan masyarakat berdasarkan kenyataan dan sesuai dengan disiplin ilmu yang akan dapat kita pertanggungjawabkan kebenaranya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa antara sosiologi dan
sastra
jelas
mempunyai
persamaan-persamaan
dan
perbedaan-
perbedaanya. Walau sastra sebagai cerminan masyarakat namun sastra tidak dapat berdiri sendiri sebagai fakta yang ilmiah karena membutuhkan pendakatan sosiologi.
1.6 Teori Yang digunakan Teori merupakan hal yang sangat perlu dalam penganalisisan suatu karya sastra yang diajukan sebagai objek penelitian, karena teori adalah landasan berpijak untuk melihat aspek-aspek atau unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Dalam menganalisis cerita ini maka penulis menerapkan teori struktural yaitu berupa nilai-nilai sosiologis cerita untuk nilai-nilai sosiologis yang opatimal dari karya sastra yang akan dianalisis. Teori struktural atau pendekatan struktural sering juga dinamakan pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan analitik. ( Semi : 1989 :67), pendekatan struktur beranggapan bahwa karya sastra terbagi karya
Universitas Sumatera Utara
kreatif memiliki otonomi penuh yang harus di lihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain diluar dirinya. Menurut Semi ( 1989:90 ),
pendekatan struktural memiliki banyak
kelebihan dibandingkan dengan pendekatan lain karena selain tertumpu pada karya sastra tersebut juga memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Karya sastra dipandang dan diperlukan dengan sosok yang berdiri sendiri 2. Memiliki penilaian terhadap keserasian semua komponen dalam membentuk seluruh struktur 3. Kajian struktural adalah mengkaji persoalan, pemikiran, falsafah, cerita pengesahan dan tema.
Dengan demikian pendekatan struktural merupakan titik tolak bagi pendekatan lain dalam usaha memahami karya sastra secara keseluruhan. Dalam pendekatan struktural dibicarakan unsur-unsur pembentuk cerita yang berkaitan erat dengan pendekatan diluar karya sastra. Unsur-unsur intrinsik yang dimasksud adalah tema, alur/plot, latar/setting dan perwatakan. 1. Tema Staton (1965:88) tema adalah makna yang dikandung sebuah cerita. Tema juga merupakan gagasan umum yang menopang sebuah karya sastra
Universitas Sumatera Utara
yang terkandung dalamnya yang menyangkut persamaan dan perbedaan. Tema disaraing dalam motif-motif yang terdapat dalam karya sastra. Dalam sebuah karya sastra baik prosa maupun puisi pasti mempunyai pokok persoalan yang ingin dikemukakan oleh pengarang. Menurut pendapat Saad ( dalam Zainal, 1979: 23) : “Tema adalah sesuatu yang menjadi pokok pikiran atau persoalan bagi pengarang, di dalamnya terbayang pandangan hidup atau cita-cita pengarang. Bagaimana ia melihat persoalan yang kadang-kadang disertai dengan pemecahan persoalan itu sekaligus” Lebih lanjut Sudjiman ( 19784: 74 ) mengatakan: “ Tema adalah gagasan, ide atau pemikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap ataupun yang tak terungkap. Dickinson ( dalam Hasyim, 1990:268 ) secara ringkas menegaskan lagi bahwa tema adalah dasar utama yang ingin di sampaikan dalam sebuah cerita”.
Dari ketiga pendapat di atas, jelas mengungkapkan tema adalah suatu hal yang penting dalam sebuah karya sastra. Tema adalah apa yang ingin diungkapkan oleh pengarang. 2. Alur/Plot Nama lain dari alur adalah plot. Dalam sebuah cerita alur merupakan satu bagian yang penting. Alur adalah jalinan sebab akibat kejadian dalam
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan sebuah cerita. Foster ( dalam Zainal, 1979 ) mengemukakan bahwa : “Plot merupakan elemen yang menarik dan penting dalam sebuah karya sastra karena untuk mempelajari penyatuan antara tema dan plot”. Alur atau plot terbentuk dari rangkaian kisah tentang peristiwa-peristiwa yang disebabkan sesuatu dengan tahapan-tahapan yang melibatkan konflik atau masalah. Dalam kaitan ini, Hassain ( 1988 :255) menjelaskan : “Plot adalah sesutau yang menghubungkan antara peristiwa dalam sebuah cerita yang rapat pertalianya dengan gerak laku lahiriah dan batiniah watak-watak dalam cerita. Setiap peristiwa dan gerak laku itu dari awal hingga akhir adalah didasarkan kepada hukum sebab akibat. Plot tidak hanya maengemukakan apa yang terjadi tetapi ialah mengapa hal itu terjadi dan dalam hal ini setiap peristiwa adalah berhubungan dan hubungan itu diadakan oleh faktor-faktor sebab akibat” Menurut S. Tasrif dalam Mochtar Lubis ( 1983 : 17 ) pada kesimpulanya elemen-elemen plot dapat dibagi menjadi beberapa unsur diantaranya : 1. Situation ( situasi ) 2. Rising Action ( keadaan mulai memuncak ) 3. Climax ( puncak cerita ) 4. Demoument ( penyelesaian )
Universitas Sumatera Utara
5. Ending
3. Latar / Setting Dalam sebuah karya sastra latar memainkan peranan yang sangat penting untuk memberikan suasana kepada peristiwa-peristiwa dan manusia-manusia yang terdapat dalam cerita. Menurut Sumarjo dan Saini, K.M ( 1991:76) menyatakan : Pemilihan latar (setting) dapat membentuk tema tertentu dan plot tertentu pula.. Setting biasa berarti banyak yaitu tempat tertentu, daerah tertentu, orang tertentu, watak-watak tertentu, akibat situasi lingkungan atau zamanya, cara hidup tertentu dan cara berpikir tertentu”. Lebih lanjut Sumarjo dan Saini ( 1991:76) juga menjelaskan bahwa setting bukan hanya berfungsi sebagai latar yang bersifat fisikal untuk memuat suatau cerita menjadi logis. Latar juga memiliki unsur psikologis sehingga latar mampu menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana tertentu yang meggerakkan emosi atau aspek kejiwaan pembacanya. Kedua pendapat di atas dapat disimpulkan, latar menjadikan suatu peristiwa dan manusia menjadi konkrit. Penyesuaian antara latar dan watak-watak serta masyarakat ini dipaparkan menjadi suatu karya sastra yang bermutu, dan kelihatan kekreatifitasan dan pengalaman pengarang.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Legenda Tao Sipinggan dan Tao Silosung ini, dapat dibagi menjadi dua latar yaitu : 1. Latar tempat
2 Latar waktu atau zaman 3 Latar sosial
4. Perwatakan / Penokohan Perwatakan atau karakter kadang-kadang disebut juga penokohan. Dalam sebuah karya sastra, alur dan perwatakan tidak dapat dipisahkan. Hal ini adalah disebabkan karena alur meyakinkan watak-watak atau tokoh-tokoh beraksi dan bereaksi. Pelukisan perwatakan dapat digambarkan secara langsung atau tidak langsung
dari tokoh dalam ceriata tersebut. Perwatakan penting karena
merupakan puncak atau konflik adalah watak-watak itu sendiri. Hubungan perwatakan dan alur menjadi penting karena perwatakan adalah sifat menyeluruh manusia yang disorot, termasuk perasaan, keinginan, cara bearpikir, cara bertindak, dan sebagainya. Poerwadarminta ( 1976:1149) menyatakan, perwatakan adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran, tabiat,dan budi pekerti. Lebih lanjut Sudjiman (1991:80) menjelaskan:
Universitas Sumatera Utara
Watak adalah sifat dan ciri yang ada pada seseorang tokoh, dimana kualitas nalar dan jiwanya yang membedakanya dengan tokoh-tokoh lain. Sebagai salah satu unsur sastra perwatakan termasuk unsur yang penting dalam membangun konflik dalam sebuah cerita”
Setiap analisis pengkajian ataupun penelitian memerlukan satu landasan teori. Dalam analisis Legenda Tao Sipinggan dohot Tao Silosung ini dipergukan landasan teori yang di kemukakan oleh Hartoko (1984; 24) yang mengatakan: “Yang di teliti ialah hubungan, antara aspek-aspek teks sastra dan susunan masyarakat sejauh mana sistem masyarakat serta perubahanya tercermin di dalam sastra. Sastrapun dipergunkan sebagai sumber untuk menganalisis sistem masyarakat”.
Pendekatan sosiologi sastra bertolak dari pembuatan sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Pendapat di atas memperlihatkan kaitan sosiologi dengan sastra, dan sastra sebagi acuan bagi menelaah masyarakat. Sastra sebagai cerminan masyarakat dapat di buktikan dengan pengkajian yang dilakukan. Damono (1984;45) menegaskan bahwa sosiologi sastra sebagai pendekatan sosio kultural, yaitu karya sastra tidak dapat di pahami secara lengkap apabila dipisahkan dari cakupanya atau kebudayaannya yang menghasilkannya. Hal ini bertepatan seperti yang diungkapkan oleh Awang (1990: 5) yang mengungkapkan:
Universitas Sumatera Utara
“Dari kesusastraan akan terpancar gambaran, keadaan atau corak kebudayaan maksudnya, dari kesusastraan kita dapat melihat cara hidup, pikiran, sikap, dan peradaban masyarakat Batak Bertitik tolak dari pandangan para ahli di atas, analisis sosiologis sastra dilakukan terfokus dalam memperhatikan tata kehidupan masyarakat yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Namun, unsur-unsur yang membangun karya sastra tidak dapat di pisahkan.
1.7 Motodologi 1.7.1 Metode Dasar
Metode yang dipergunakan dalam penganalisisan ini adalah metode analisis deskriptif dengan teknik penelitian lapangan. Metode ini dilakukan agar dapat menyajikan dan menganalisis data secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat – sifat populasi daerahnya. Dalam proses penyelesaian skripsi ini metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif. Tujuan metode deskriptif ialah membuat pembahasan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Secara harafiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud dengan memaparkan atau mendeskripsikan secara rinci, hubungan kedua Tao
Universitas Sumatera Utara
(danau) tersebut kepada masyarakat dan nilai-nilai sosial yang terkandung di dalamnya terkhusus kepada golongna masyarakat yang bermarga Pasaribu dan marga Lubis secara objektif. Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah di uraikan sebelumnya. 1.7.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dimana sipenulis mengadakan penelitian dan mengumpulkan data. Lokasi penelitian ini adalah di kecamatan Humbang Hasundutan desa Pargaulan dan Desa Hariara Silaban
Provinsi Sumatera
Utara. Alasan penulis untuk memilih lokasi penelitian tersebut adalah karena penduduknya asli etnis Batak Toba dan juga dikarenakan kedua Tao (danau) tersebut berada di desa Pergaulan terdapat Tao Sipinggan, dan di Desa Hariara Silaban terdapat Tao Silosung, di kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. 1.7.3 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasil yang lebih baik. Instrumen dalam penelitian ini yaitu; daftar wawancara, alat tulis, tape recorder dan kamera. Dalam penelitian ini, penulis juga terjun kelapangan
Universitas Sumatera Utara
untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji. 1.7.4 Metode Pengumpulan Data Metode
pengumpulan data ialah sebuah cara penelitian dalam
penyajian, data baik dari tinjauan pustaka maupun penelitian lapangan. Data dikumpulkan dengan metode: 1. Metode Pustaka, yaitu melakukan penelitian atau pengamatan yang sering di terapkan dengan teknik kepustakan dengan mencari data dari informan. 2. Metode Lapangan ( observasi ) yanga mencakup pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan
observasi
partisipasi, dan wawancara kepada penatua-penatua yang mengetahui sejarah legenda tersebut. Ditinjau dari pelaksanaannya, wawancara ( interview ) dapat dibedakan atas: -
Interview bebas, artinya
bebas melakukan wawancara dan tanya
jawab. -
Interview terpimpin, artinya penulis melakukan penyusunan sederetan pertanyaan secara lengkap dan terperinci.
Universitas Sumatera Utara
1.7.5 Metode Analisis Data Metode analisis data adalah metode atau cara sipeneliti dalam mengolah data yang mentah sehingga menjadi data yang cermat atau akurat dan ilmiah. Pada dasarnya dalam menganalisis data diperlukan imajinasi dan kreatifitas sehingga
diuji
kemampuan
peneliti
dalam
menalar
sesuatu.
Untuk
menganalisis data penelitian ini, penulis menganalisis dengan mempergunakan metode struktural,
metode analisis taksonomik. Dalam metode struktural
penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Data-data yang diperoleh akan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia 2. Mengidentifikasi data-data yang diperoleh dari setiap terjemahan 3. Mengambil kesimpulan, sedangkan metode taksonomik, penulis mempunyai tujuan bahwa hasil analisis yang digunakan sudah terfokus pada satu domain yang akan menghasilkan analisis yang terbatas pada satu domain tertentu.
Universitas Sumatera Utara