1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Prevalensi gangguan tidur pada remaja mengalami peningkatan selama 10 tahun terakhir (Thorleifsdottir et al. 2002; National Foundation 2004). Penelitian pada sebuah SMP di Jakarta dengan subyek 140 pelajar, didapatkan 62,9% mengalami gangguan tidur (Haryono et al., 2009). Dissomnia yaitu mengantuk berlebihan pada siang hari dialami oleh 21% dari 518 pelajar usia 12-20 tahun di Finlandia (Saarenpää-Heikkilä et al., 2000). Gangguan tidur pada remaja menyebabkan gangguan konsentrasi, gangguan regulasi mood dan perilaku, serta gangguan kognitif. Kekurangan tidur mempengaruhi fungsi otak terutama pada fungsi pemecahan masalah yang kompleks. Penelitian Paavoven et al (2010) menunjukkan pada anak anak usia 8 tahun yang mengalami kurang tidur atau memiliki gangguan pada kualitas tidur mendapatkan skor tes kognitif yang lebih rendah. Kurang tidur dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan peningkatan hormon glukokortikoid yang dapat menghambat proses neurogenesis pada hipokampus yang memiliki efek pada proses belajar dan ingatan (Mirescu et al., 2006). Takeru Abe et al (2010) yang meneliti pola tidur remaja di Jepang dan hubungannya dengan kontrol impuls, mendapatkan hasil bahwa remaja yang tidur setelah tengah malam, berhubungan dengan menurunnya kontrol impuls. Hal tersebut diakibatkan karena kurang tidur, baik secara kualitatif dan kuantitatif, dapat meningkatkan sekresi kortisol dan
1
adrenalin sehingga mempengaruhi tingkat kegelisahan dan kontrol impuls (Abe et al., 2010; Hatzinger et al., 2008). Gangguan tidur pada anak dan remaja dipengaruhi oleh faktor non medis dan medis. Faktor non medis yaitu jenis kelamin, usia, gaya hidup, keadaan keluarga dan lingkungan. Sedangkan faktor medis yaitu penyakit kronis dan gangguan neuropsikiatri. Beberapa karateristik dan gaya hidup memiliki pengaruh terhadap tertundanya waktu tidur antara lain; usia remaja yang lebih tua, menghabiskan waktu untuk menonton televisi, bermain video game, sering pergi ke pusat perbelanjaan dan kurang aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler sekolah (Abe et al., 2010). Penelitian oleh Shenghui Li et al (2010), tentang faktor risiko yang berhubungan dengan pendeknya jam tidur pada anak usia sekolah di Cina, menunjukan hubungan yang signifikan dengan menonton televisi pada hari kerja, penggunaan komputer atau internet, banyak memiliki tugas sekolah, kebiasaan menjelang tidur yang kurang baik, konsumsi kafein setelah jam 18.00, waktu tidur yang tidak teratur dan durasi tidur orang tua yang pendek. Kepemilikan media elektronik sebagai bagian dari gaya hidup remaja mengalami peningkatan, sedangkan pola tidur remaja bukan merupakan pusat perhatian orang tua sehingga banyak terjadi ketidakteraturan pola tidur yang diakibatkan penggunaan media elektronik yang berlebihan (Calamaro et al. 2012; Moore & Meltzer 2008). Penelitian National Sleep Foundation (2004) menunjukkan bahwa remaja yang memiliki 4 media elektronik di dalam kamar tidur mengalami kurang tidur dibandingkan dengan yang memiliki 3 atau kurang media elektronik di dalam kamar tidur. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik yang kurang terkontrol pada remaja menjadi salah satu penyebab
2
kurangnya jam tidur dan penundaan waktu tidur (Cain and Gradisar, 2010; Calamaro et al., 2012; Sisson et al., 2011). Tujuan penelitian ini untuk menilai hubungan penggunaan media elektronik (televisi, komputer, video game, telepon genggam) pada gangguan tidur. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan pada penggunaan media elektronik pada remaja. B. Perumusan Masalah Prevalensi gangguan tidur semakin meningkat. Berbagai penelitian telah menunjukkan media elektronik memiliki hubungan terhadap gangguan tidur pada remaja. Tetapi di Indonesia, belum terdapat penelitian mengenai hubungan penggunaan media elektronik terhadap gangguan tidur. C. Pertanyaan penelitian Apakah terdapat hubungan penggunaan media elektronik dengan gangguan tidur pada anak SMPN 6 di DI Yogyakarta? Keaslian Penelitian Penelitian mengenai hubungan penggunaan media elektronik dan gangguan tidur pada anak SMP di Indonesia belum ada yang dipublikasikan. Berdasarkan penelusuran dengan kata kunci "sleep distubance, adolescent, electronic media" melalui Pubmed, MEDLINE maka didapatkan beberapa jurnal seperti tertera pada tabel 1.
3
Tabel 1. Keaslian penelitian No.
Nama pengarang dan penerbit 1. Shenghui Li et al, Elsevier 2010
Judul Jurnal
Metode
Hasil
Risk factor associated with short sleep duration among Chinese school-aged children
Anak usia 12- 18 tahun dipilih secara random. Penelitian secara crosssectional, menggunakan kuisioner yang diisi oleh anak dan orang tua.
2. Christina 3 J.Calamaro et. al, Elsevier, 2011
Wired at a young age: The effect of caffeine and technology on sleep duration and body mass index in school children
Anak usia 6-10 tahun. Metode dengan wawancara pengasuh atau orangtua melalui telepon
3. Takeru 4 Abe, Akihito hagihara . dan Koichi Nobutomo Elsevier,2010
Sleep patterns and impulse control among Japanese junior high school student
4. Raija-Leena 5 Punamaki et al, Elsevier 2007
Use of information and communication technology(ICT) and perceived health in adolescence: The role of sleeping habits and wakingtime tiredness
Anak usia SMP dari 6 area dipilih secara multistage cluster sampling. Lamanya menonton televisi sebagai salah satu faktor perilaku yang mempengaruhi pola tidur Anak usia 12-18 tahun. Partisipan mengisi kuisioner yang dikirimkan melalui surat pos.partisipan dibagi menjadi dua kelompok yaitu 1.pemakai komputer dan permainan digital dan 2. Pemakai telepon genggam.
Pada penelitian ini didapatkan hasil, bahwa terdapat hubungan antara kurangnya waktu tidur dengan menonton televisi, mengerjakan tugas sekolah, melakukan aktivitas yang menyenangkan sebelum tidur Penelitian ini membuktikan bahwa meminum caffeine, dan memiliki media elektronik berteknologi memiliki jumlah tidur lebih sedikit Terdapat hubungan signifikan antara menurunnya control impulse dengan tidur setelah tengah malam.
Anak laki-laki usia 14,16, dan 18 lebih sering menggunakan permainan digital dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan penggunaan telepon genggam lebih banyak pada perempuan. Penggunaan media elektronik memiliki hubungan dengan kebiasaan tidur, waking-time tiredness dan keluhan kesehatan.
4
D. Tujuan penelitian 1. Tujuan utama Tujuan penelitian ini untuk menilai hubungan penggunaan media elektronik terhadap gangguan tidur pada anak SMP di Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus 1. Menilai hubungan antara ketersediaan televisi, komputer, video game, dan telepon genggam di kamar tidur dengan gangguan tidur. 2. Menilai hubungan antara jumlah media elektronik di dalam kamar dengan gangguan tidur 3. Menilai hubungan antara kebiasaan 30 menit sebelum tidur dengan gangguan tidur. 4. Menilai hubungan antara penggunaan tempat tidur untuk aktifitas selain tidur dengan gangguan tidur. 5. Menilai hubungan antara konsumsi kafein setelah jam 18.00 dengan gangguan tidur. 6. Menilai hubungan antara stress dengan gangguan tidur. 7. Menilai hubungan antara gangguan tidur dengan mengantuk di siang hari. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada peneliti dan masyarakat. Manfaat bagi peneliti memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian, mengetahui hubungan penggunaan media elektronik terhadap gangguan tidur.
5
Manfaat bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur untuk para orangtua dalam memberikan kebijakan penggunaan media elektronik oleh remaja, dan orangtua lebih memahami bentuk gangguan tidur pada remaja.