BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, di era modern ini. Dimana pada tahun
2016 ini, sudah di terapkan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), yaitu segala kegiatan seperti ekspor dan impor barang, investasi, atau jasa, bebas dikalangan negara ASEAN. Hal ini berakibat semakin tumbuh dan berkembangnya daya saing. Bukan hanya bersaing dengan masyarakat satu negara saja melainkan seASEAN. Sehingga setiap individu dituntut untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan siap bersaing di era MEA ini. Sikap dan perilaku setiap individu dapat mencerminkan etika yang ada pada dirinya. Pribadi yang professional dalam menjalankan pekerjaannya akan mempunyai nilai tersendiri dimata atasan atau client. Seorang professional adalah seseorang yang menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan didalam bidang yang sedang dijalankan. Setiap individu yang bekerja secara professional akan berbeda dari orang yang bekerja hanya atas dasar job sheet. Laporan keuangan merupakan media informasi untuk mengetahui keadaan keuangan sesungguhnya perusahaan kepada para pembaca laporan keuangan baik pihak internal maupun eksternal. Banyak informasi yang diperoleh dari laporan keuangan, sehingga laporan keuangan sangatlah penting. Di dalam sistem pelaporannya, laporan keuangan masih perlu ditingkatkan dan di perbaiki. Dan
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
salah satu faktor yang harus diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya dalam menyusun laporan keuangan adalah yang menyangkut etika. Prosedur dan etika penyusunan laporan keuangan di Indonesia diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan SAK yang berlaku umum pada saat ini memberikan kesempatan para manajer untuk menetapkan dan memilih metode akuntansi yang akan diterapkan pada penyusunan laporan keuangan perusahaan mereka masing-masing. Dan hal ini, dapat membuka peluang untuk para manajer dalam melakukan manajemen laba (earning management). Menurut Prabowo (2011), tuntutan Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan komprehensif datang secara beruntun dari berbagai lembagas investasi, baik domestik mauupun mancanegara guna menuntut prinsip umum dalam
Corporate
Governance
yang
meliputi
transparansi,
disclosure,
independence, responsibility, dan fairness agar dapat menuju kearah yang lebih sehat, maju, mampu bersaing, dan dikelola secara dinamis serta professional. Dalam survei pemeringkatan Corporate Governance yang dilakukan Credit Lyonnaise Securities Asia tahun 2000, hanya 18 perusahaan yang dinilai baik secara internasioanal walaupun demikian hanya satu perusahaan yang memperoleh nilai di atas 60 yaitu PT Unilever Indonesia (Yulianti dan Fitriany, 2005). Menurut Wyatt (2004) dalam Yulianti dan Fitriany, 2005), menyebutkan bahwa kelemahan yang terdapat pada akuntan adalah keserakahan individu dan korporasi, pemberian jasa yang mengurangi independensi, sikap terlalu “lunak” pada klien dan peran serta dalam menghindari aturan akuntansi yang ada. Wyatt
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
menambahkan bahwa untuk menghindari hal-hal tersebut, akuntan pendidik seharusnya memberikan perhatian yang lebih besar dalam pendidikan akuntansi atas dua hal, yaitu apresiasi terhadapprofesi akuntan dan apresiasi mengenai dilema etik (ethical dilemmas). Hal ini dapat dituangkan dalam bentuk mata ajaran, metode pengajaran sampai ke penyusunan kurikulum yang berlandaskan etika dan moral. Pendidikan akuntansi di Indonesia bertujuan menghasilkan lulusan yang beretika dan bermoral tinggi. Berbagi upaya dilakukan untuk memperkenalkan nilai-nilai profesi dan etika akuntan kepada mahasiswa. Dalam upaya pengembangan pendidikan akuntansi yang berlandaskan etika ini dibutuhkan adanya umpan balik (feedback) mengenai kondisi yang ada sekarang, yaitu apakah pendidikan akuntansi di Indonesia telah cukup membentuk nilai-nilai positif mahasiswa dan dosen akuntansi. Tokyo -Chief Executive Officer (CEO) sekaligus Presiden Toshiba, Hisao Tanaka
menyatakan
mundur
dari
jabatannya,
Selasa
(21/7/201).
Hisao melepas jabatan tersebut akibat skandal keuangan yang telah mengguncang kondisi keuangan perusahaan. Chairman Toshiba saat ini, Masashi Muromachi, sebagai
Presiden
Toshiba
ad
interim
atau
pejabat
sementara.
Pengunduran diri CEO akan disusul oleh beberapa petinggi lainnya yaitu Wakil Ketua Dewan Komisaris Norio Sasaki, dan Atsutoshi Nishida mantan eksekutif Toshiba yang kini menjabat sebagai penasihat. Kondisi keuangan perusahaan elektronika dan teknologi energi nuklir asal Jepang ini berbeda dari temuan komite independen. Kondisi keuangan Toshiba sudah menyimpang. Keuntungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
perusahaan dibesar-besarkan hingga US$ 1,2 miliar selama periode lima tahun, demikian menurut temuan sebuah komite independen yang ditunjuk Toshiba. "Kami sangat meminta maaf kepada para pemegang saham, investor dan semua pemangku kepentingan lainnya," kata jelas perseroan dalam sebuah surat kepada investor pada hari dikutip dari CNN Senin (20/7/2015). "Kami akan perbaiki hasil keuangan terakhir," tambahnya. Penyimpangan terlihat sejak April 2015 ketika Toshiba menyelidiki praktik menyimpang di divisi energi. Keadaan memburuk pada Mei 2015 setelah komite independen mengambil alih evaluasi keuangan. Saham Toshiba turun sekitar 20% sejak awal April sejak isu-isu terkait keuangan mulai tercium. (detikfinance.com) Kasus-kasus kecurangan lainnya dalam keuangan didunia bisnis yang kita ketahui yaitu, kasus Enron, Xerox Corp, WorldCom, kasus Toshiba, Bank Lipo, dan kimia farma, dan masih banyak lagi kasus kecurangan laporan keuangan didunia. Menurut Keown (2011) Masalah etika atau lebih tepat masalah kekurangan etika, di dalam keuangan selalu muncul dalam pemberitaan. Sepanjang akhir tahun 1980-an, dan awal 1990-an, jatuhnya Ivan Boesky dan Drexel Burnham, Lambert, dan Salomon Brothers tampaknya akan terus menjadi berita.Sementara itu, film Wall Street telah mencapai box office dan buku Liar’Poker, karya Michael Lewis, tentang perilaku tidak beretika yang terus menerus di pasar obligasi, menjadi sebuah buku yang penjualannya baik. Sayangnya, etika, atau tidak adanya etika, terus menjadi berita utama pada awal tahun 2000-an, dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Enron, Worldcom, dan Arthur Andersen yang semuanya menjadi ilustrasi bahwa berbagai kesalahan etis tidak dapat dimaafkan dalam dunia bisnis. Tidak hanya bertindak secara etis adalah benar dari segi moral, namun juga sejalan dengan tujuan kita memaksimalkan kekayaan pemegang saham. The America Accounting Association (AAA) melalui Bedford Commiten menekankan perlunya memasukkan studi mengenai persoalan-persoalan etis dalam pendidikan (Wulandari dan Sularso dalam (Anggraini,2006), sehingga beralasan sekali apabila pendidikan tinggi akuntansi merespon dengan memasukkan atau mengintegrasikan etika dalam kurikulum (Prabowo, 2006). Kurikulum akuntansi program sarjana (S1) memberikan muatan moral pada mata kuliah pengembangan dan kepribadian (MKPK), yang pada umumnya mencakup : mata kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan, dan etika (2 SKS). Muatan etika pada kurikulum MKPK tersebut masih dirasakan kurang (Wiwik & Fitri, 2006). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti adanya perbedaan persepsi akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi dan mahasiswa manajemen. Judul skripsi ini adalah “Persepsi Akuntan Pendidik, Mahasiswa Akuntansi dan Mahasiswa Manajemen Terhadap Etika Penyususnan Laporan Keuangan”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
B.
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan isu dan motivasi tersebut maka rumusan masalah penelitian ini
adalah : 1.
Apakah terdapat perbedaan persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap etika penyusunan laporan keuangan ?
2.
Apakah terdapat perbedaan persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Manajemen terhadap etika penyusunan laporan keuangan ?
3.
Apakah terdapat perbedaan persepsi Mahasiswa Akuntansi dan Mahasiswa Manajemen terhadap etika penyusunan laporan keuangan ?
C.
Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk memberikan bukti bahwa terdapat perbedaan persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap etika penyusunan laporan keuangan.
2.
Untuk memberikan bukti bahwa terdapat perbedaan persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Manajemen terhadap etika penyusunan laporan keuangan.
3.
Untuk memberikan bukti bahwa terdapat perbedaan persepsi Mahasiswa Akuntansi dan Mahasiswa Manajemen terhadap etika penyusunan laporan keuangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
2. Kontribusi Penelitian 1. Untuk peneliti, penelitian ini untuk menambah wawasan peneliti dalam hal mengetahui persepsi akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi, dan mahasiswa manajemen terhadap etika penyusunan laporan keuangan. 2. Untuk Akademisi, penelitian ini untuk memeberikan masukan tentang perbedaan persepsi akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi, dan mahasiswa manajemen terhadap etika penyusunan laporan keuangan. 3. Untuk masyarakat umum, penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam etika penyusunan laporan keuangan dan perbedaan persepsi akuntanpendidik, mahasiswa akuntansi, dan mahasiswa manajemen terhadap etika penyusunan laporan keuangan. 4. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini untuk referensi peneliti-peneliti selanjutnya agar penelitian ini bisa terus berkembang sesuai dengan perubahan zaman.
http://digilib.mercubuana.ac.id/