1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh kuman Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit HIV & AIDS hingga kini masih merupakan masalah kesehatan global. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit infeksi HIV & AIDS adalah kejadian dan kematian yang masih tinggi (Nasronuddin, 2012). Kasus AIDS pertama kali dilaporkan di USA tahun 1981 dan dalam kurun waktu 10 tahun telah menyebar hampir keseluruh negara di dunia. Indonesia sendiri pertama sekali dilaporkan kasus AIDS pada tahun 1987 dari seorang turis asing di Bali. Sampai akhir tahun 2005 diperkirakan infeksi HIV & AIDS telah mencapai angka 90.000-130.000 kasus. Menurut Departemen Kesehatan RI, melalui surveilans HIV & AIDS, perilaku dan berbagai studi lapangan diperoleh kesimpulan
bahwa potensi ancaman HIV & AIDS di Indonesia cenderung
semakin besar (Nasronudin, 2012). Penderita HIV / AIDS berjuang dengan berbagai masalah psikososial seperti stigma, kemiskinan, depresi, penyalahgunaan zat, dan keyakinan budaya yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka tidak hanya dari aspek kesehatan fisik, tetapi juga dari sudut pandang kesehatan mental dan sosial, sehingga banyak menyebabkan masalah dalam aktifitas sehari-hari dan lingkungan masyarakat (Tiwari et al., 2009).
1
2
Kualitas hidup penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) telah dipelajari intensif akhirakhir ini. Studi tentang hal ini menitik beratkan pada dua hal yaitu menilai kualitas hidup itu sendiri dan menentukan prediktor kualitas hidup yang baik dan buruk (Kovacevic et al., 2006). Kualitas hidup merupakan faktor penting yang berkaitan dengan kesehatan mental dan penyakit. Kualitas hidup mengacu pada tingkat keunggulan kehidupan seseorang di setiap periode waktu tertentu yang memberikan kontribusi terhadap kepuasan dan kebahagiaan dari seseorang dan manfaat terhadap masyarakat. Hal ini mencakup beberapa hal seperti fisik, materi, psikologis, sosial dan kesejahteraan spiritual (Tiwari et al., 2009). Faktor-faktor yang berperan pada kualitas hidup penderita HIV&AIDS secara garis besar adalah usia, gender, psikologis, sosioekonomi, lingkungan, terapi antiretroviral (ARV), stadium penyakit, nilai Cluester of differentiation 4 (CD4) dan nutrisi (Enwonwu, 2006). Selain ditemukannya obat yang dapat memperpanjang usia, mayoritas orang yang hidup dengan HIV atau AIDS akan terus menderita penyakit tersebut, dan memiliki dampak serius terhadap kualitas hidup mereka Dari hasil 28 penelitian meta analisis menunjukkan bahwa strategi pengobatan yang komprehensif dan penyediaan berbagai model perawatan termasuk layanan rehabilitasi fisik dan mental dapat memulihkan penyakit, dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien ini. ( Nojomi et al., 2008). Strategi terapi dan profilaksis akhir-akhir ini dapat memperpanjang usia pada penderita yang terinfeksi HIV dan memperbaiki kualitas hidup mereka.
3
Manifestasi kesehatan fisik, terapi antiretroviral, kesejahteraan psikologis, dukungan sosial, strategi mengatasi masalah, kesejahteraan spiritual, serta komorbiditas psikiatrik merupakan prediktor penting terhadap kualitas hidup pada populasi ini (Basavaraj et al., 2010). Oleh karena itu pengukuran kesehatan tidak hanya mencakup frekuensi dan tingkat keparahan penyakit, tetapi juga kesejahteraan dan kualitas hidup. Hal ini terutama berlaku untuk pasien dengan HIV / AIDS karena penyakit bersifat kronis dan kelemahan, stigma, merupakan risiko tinggi terjadinya kematian prematur (Nojomi et al., 2008). Pengobatan dan tes klinis pada penderita HIV / AIDS, meningkatkan kelangsungan hidup pasien ini, dan kualitas hidup mereka merupakan fokus penting bagi para peneliti dan penyedia layanan kesehatan (Clayson et al., 2006). Instrumen yang biasa digunakan untuk menilai status kualitas hidup adalah kuisioner dari The World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)-Bref yang berisi 26 pertanyaan yang mencakup 4 domain yaitu kesehatan fisik, psikologis, fungsi sosial dan lingkungan. Penentuan kualitas dari faktor-faktor ini dapat membantu menetapkan metode yang terbaik dalam terapi dan penanganan penderita HIV dan AIDS ( Nojomi et al., 2008 ). Complementary and Alternative Medicine adalah suatu grup/kelompok medis yang berbeda dan suatu sistem pelayanan kesehatan, praktek dan produknya bukan berdasarkan pendekatan medik konvensional. Complementary Medicine digunakan bersama dengan medikasi konvensional, sebagai contoh pasien depresi dapat ditatalaksana baik farmakoterapi maupun dengan psikoterapi,
4
penggunaan diet spesial untuk tatalaksana penderita kanker yang akan menjalani pembedahan, radiasi, atau kemoterapi. Kombinasi antara medikasi konvensional dan CAM telah memiliki bukti keamanan dan efektifitas dan melahirkan apa yang disebut sebagai integrated medicine (NCCAM,2007). Empat domain utama CAM yaitu, a). Whole Medical Systems suatu sistem pendekatan medik secara lengkap antara teori dan praktek, b). Mind-body medicine suatu meditasi pikiran/jiwa dan raga, c). Biologically Based Practices, Praktek berbasis biologi seperti herbal, vitamin, makanan, d). Manipulative and Body-Based Practices, manipulasi atau gerakan satu atau lebih bagian tubuh. (NCCAM, 2007). Salah satu metode dalam mind and body therapy adalah latihan pasrah diri (LPD). Menurut Asdie (2005) yang dikutip oleh Dharma (2006), latihan pasrah diri adalah suatu metode yang memadukan antara relaksasi dan dzikir dengan fokus latihan pada pernafasan dan kata yang terkandung di dalam dzikir (relaxation and repetitive prayer) untuk membangkitkan respon relaksasi, dimana timbulnya repon relaksasi diharapkan mampu memperbaiki gejala stres ataupun gejala depresi. The Mindfulness meditation dan program mereduksi stress dapat mencegah penurunan CD4+ T lymphocyte pada individu dewasa yang terinfeksi HIV-1 (Creswel et al., 2009). Saat ini belum ada bukti klinis yang menunjukkan metode relaksasi dan pendekatan spiritual dapat memperbaiki kualitas hidup pada penderita HIV, sehingga hal ini sangat menarik untuk diteliti agar menjadi suatu pijakan klinis atau alternatif modalitas terapi pada penderita HIV/AIDS.
5
B. Pertanyaan Penelitian Apakah latihan pasrah diri dapat meningkatkan kualitas hidup pada penderita HIV dan AIDS? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan pasrah diri dapat memberikan peningkatan kualitas hidup pada penderita HIV dan AIDS. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pasien Hasil penelitian ini dapat sebagai komplementer dan alternatif terapi untuk memperbaiki kualitas hidup pada penderita HIV dan AIDS yang murah dan mudah dilakukan secara mandiri. 2. Bagi peneliti Mengetahui manfaat latihan pasrah diri terhadap kualitas hidup sehingga dapat melakukan penatalaksanaan yang lebih konfrehensif pada penderita HIV dan AIDS sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup penderita. 3. Bagi Institusi Diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan dan dikembangkan sebagai modalitas terapi untuk memperbaiki kualitas hidup pada penderita HIV dan AIDS.
6
E. Keaslian Penelitian Penelitian pengaruh latihan pasrah diri pada peningkatan Quality of life (QOL) pada penderita infeksi Human immunodeficiency Virus (HIV) / Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS), sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan sebelumny di Yogyakarta. Tabel 1. Keaslian Penelitian Penelitian
Judul
Hasil
Nojomi et al. (2008) cross sectional study
Health-Related Quality of Life in Patients with HIV/AIDS.
Faktor penting yang berhubungan dalam penurunan kualitas hidup pada penderita HIV/AIDS di Teheran, Iran adalah jenis kelamin perempuan, hidup terpisah atau bercerai, memiliki kadar CD4 yang rendah dan stadium penyakit yang berat.
Mindfulness meditation training effects on CD4+ T lymphocytes in HIV-1 infected adults: A small randomized controlled trial
Program mindfulness meditation and stress reduction program mencegah penurunan CD4+ lymphocyte pada penderita HIV-1 dewasa dengan rerata CD4+T lymphocyte pada baseline 618 sel/mm3 dan post intervensi 628 sel/mm3; P=0.09.
N=139 pasien HIV/AIDS Meneliiti korelasi (hubungan) antara variabel demografi dam medis dan HealthRelated Quality of Life (HRQOL) pada pasien HIV/AIDS di Teheran, Iran. Creswell et al. (2009) single- blind randomized Controlled trial. Los Angeles N=48 pasien HIV/AIDS Meneliti efek latihan mindfulness meditation yang dilakukan dalam 8 minggu terhadap kadar CD4 limfosit T pada penderita HIV/AIDS
7
Code et al. (2010). prospective, randomized, controlled study. Washington University N=60 pasien HIV; n=21, kelompok terapi standar dan n=29, kelompok intervensi Yoga lifestyle Meneliti apakah intervensi Yoga Lifestyle dapat memperbaiki faktor risiko CVD, status virologi dan imunologi, atau quality of life (QOL) pada penderita HIV. Diteliti selama 20 minggu
Yoga lifestyle intervention reduces blood pressure in HIV-infected adults with cardiovascular disease risk factors
Terdapat perbaikan tekanan darah sistolik dan diastolik saat istirahat pada kelompok Yoga (P=0.04) (-5±2 dan -3±1mmHg) daripada kelompok terapi standar (+1±2 dan 2±2mmhg), tidak terdapat penurunan terhadap berat badan, massa lemak atau proatherogenik lipids, atau perbaikan toleransi glukosa.QOL dng (MOS) SF-36 inventory . terdapat perbaikan nyeri (81±21 vs 63±31; P=0.02), dan perbaikan emosional (P=0.06).