BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui
aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau mikroorganisme lainnya (Murtiastutik, 2008). Infeksi Menular seksual merupakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh banyak faktor, bukan hanya sebatas infeksi akibat hubungan seksual saja tetapi juga infeski secara non seksual melalui media seperti donor darah, peralatan medis, alat suntik dan lainya. Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang penularanya tidak hanya akibat hubungan seksual dan merupakan masalah kesehatan yang mengancam banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari penyakit ini. HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan, krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi, pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Hal ini menunjukkan
bahwa
HIV/AIDS
menyebabkan
krisis
multidimensi
( Djoerban, 2010). Penderita AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat dan sampai saat ini telah berkembang menjadi masalah kesehatan global. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), hingga akhir tahun 2014 ada sekitar 36,9 juta penderita HIV dengan 2 juta (5,42%) diantaranya merupakan infeksi baru.
1
Universitas Sumatera Utara
2
Tahun 2014 sebanyak 1,2 juta (3,25%) penderita meninggal akibat AIDS yang turun 41% dibandingkan dengan tahun 2005 mencapai 2 juta kematian (WHO, 2015). Hingga saat ini belum ada obat yang pasti menyembuhkan
HIV, namun ARV
(Antiretroviral) dapat mengontrol virus dan membantu mencegah penularan agar ODHA dengan risikonya dapat menikmati hidup dan hidup produktif. Hingga pertengahan tahun 2015 ada sebanyak 15,8 juta (42,81%) penderita HIV di seluruh dunia telah menerima ARV. Berdasarkan data dari The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) tahun 2015 terdapat 2,6 juta (7,04%) penderita HIV dunia dengan proporsi pada anak-anak < 15 tahun dan jumlah kasus baru dengan proporsi pada anak-anak < 15 tahun terdapat 200.000 penderita (11%). Sedangkan proporsi pada orang dewasa sebanyak 34,3 juta (92,95%) dengan CFR sebesar 3,25%. Sub Sahara Afrika merupakan wilayah dengan kasus HIV/AIDS tertinggi di dunia dengan 25,8 juta (69,9%) menderita HIV tahun 2014 dan hampir 70% merupakan total infeksi baru secara global. Sedangkan di Asia tahun 2014 ada 5 juta (13,5%) penderita HIV dimana 78 % kasus baru terdapat di China, Indonesia dan India (UNAIDS, 2015). Di Indonesia, kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada 1987, yang terjadi pada seorang warga negara asing di Bali. Tahun berikutnya mulai dilaporkan adanya kasus di berbagai provinsi. Tahun 2013 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 54.348 kasus dan ODHA yang sudah menerima ARV sebanyak 39.418 orang (72,5%)
Universitas Sumatera Utara
3
dengan CFR 1,67%. Tahun 2014 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 65.790 kasus dan ODHA yang sudah menerima ARV sebanyak 50.400 orang (76,6%) dengan CFR 1,22%. Hingga tahun 2015 jumlah kumulatif menjadi AIDS 77.112 kasus dan ODHA yang sudah menerima ARV sebanyak 63.066 (81,7%). Data tersebut menunjukkan terjadi peningkatan kasus tetapi jumlah penderita yang meninggal akibat AIDS menurun dengan CFR untuk kasus HIV/AIDS menjadi 0,95% tahun 2015 . Hal ini dapat dihubungkan dengan keberhasilan pemerintah dalam program Strategic use of ARV (SUFA)
tahun 2013 yang menekankan
pengobatan ARV dini. Berdasarkan data dari Ditjen PP&PL Kemenkes RI 2015, sebanyak 15 provinsi di Indonesia memiliki jumlah kasus HIV, meliputi seluruh provinsi di Pulau Jawa, Bali, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Papua. Jumlah kasus HIV di 15 provinsi tersebut menyumbang hampir 90% dari seluruh jumlah kasus HIV di Indonesia. Provinsi dengan jumlah HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Sedangkan provinsi dengan jumlah kasus HIV terendah yaitu Gorontalo, Sulawesi Barat, Aceh, dan Maluku Utara. Gambaran kasus baru penderita AIDS pada laki-laki sebesar 61,6% dan pada perempuan sebesar 34,4%. Sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun sebanyak 32,2%, 30-39 tahun sebanyak 29,1%, dan 40-49 tahun sebanyak 11,4%. Kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok usia produktif yang aktif
Universitas Sumatera Utara
4
secara seksual dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik. Sumber penularan AIDS melalui hubungan heteroseksual adalah persentase tertinggi sebesar 81,3%, diikuti oleh homoseksual sebesar 5,1% dan perinatal sebesar 3,5% ( Profil Kesehatan RI, 2014). Pemerintah melalui dana APBN dan Dana hibah Luar negeri menjamin ketersediaan ARV semenjak Keputusan Menteri Kesehatan No. 1190 Tahun 2004 menyatakan bahwa obat ARV disediakan gratis bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) melalui rumah sakit yang ditunjuk sebagai rujukan dengan menganggarkan dana untuk membeli obat ARV sebanyak 90% dari kebutuhan ARV. Menurut perhitungan
Komisi
Penanggulangan
AIDS
(KPA)
Nasional
satu
ODHA
membutuhkan biaya US$ 995 atau sekitar Rp 13-15 juta pertahunnya. Hal ini merupakan beban bagi Pemerintah menyediakan ARV dengan harga yang relatif mahal untuk jangka waktu yang sangat lama dengan ODHA yang membutuhkan ARV meningkat setiap tahunnya. Di Sumatera Utara dalam sepuluh tahun terakhir peningkatan HIV/AIDS meningkat begitu tajam. Kasus HIV/AIDS di Sumatera Utara tahun 2012 dengan rincian sebanyak 2189 kasus HIV dan 4.241 kasus AIDS, kasus HIV/AIDS pun mengalami peningkatan tahun 2013 dengan jumlah kasus HIV sebanyak 2916 kasus dan AIDS sebanyak 4628 kasus. Kasus pun terus mengalami peningkatan hingga tahun 2014 jumlah kasus HIV meningkat tajam dari 3.594 kasus menjadi 5.184 kasus tahun 2015 dan kasus AIDS sebanyak 5.625 pada tahun 2014 menjadi 5.660 kasus
Universitas Sumatera Utara
5
pada tahun 2015. Dari 10.844 penderita HIV/AIDS tahun 2015, yang memenuhi syarat untuk pengobatan ARV adalah 7.518 penderita (69,3%) namun hanya 6.233 penderita (83%) yang mendapat ARV dari seluruh penderita yang memenuhi syarat untuk pengobatan ARV. Berdasarkan data laporan program HIV/AIDS dan IMS Sumatera Utara tahun 2015, persentase ODHA yang
mendapatkan ARV mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan pencapaian 2014 yaitu 79%, hal ini disebabkan dengan adanya penambahan layanan PDP (Perawatan, Dukungan dan Pengobatan) di beberapa Kab./Kota. Dari data yang ada di layanan Voluntering Counseling and Testing (VCT) pada tahun 2010 kebanyakan ODHA ditemukan pada kelompok umur 25-49 tahun (78,1 %), pada tahun 2011 (75,8 %), tahun 2012 (83,6 %), tahun 2013 (80 %), tahun 2014 (78,4 %) dan tahun 2015 (79,5%) yaitu pada usia produktif sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau menyebabkan krisis ekonomi. Dilihat dari jenis kelamin kasus HIV(+) yang ditemukan lebih banyak pada laki-laki sebanyak 924 kasus (61,5%) dan sebanyak 577 kasus (38,4%) pada perempuan atau dengan perbandingan 1,6 : 1 (Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2015). Kota Medan merupakan kota yang memiliki jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi di Sumatera Utara. Terjadi peningkatan kasus baru sebanyak 506 kasus tahun 2012 (34,5%) dan tahun 2013 sebanyak 421 kasus (37,7%) dari total seluruh penderita baru (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2013). Peningkatan kasus merupakan upaya membongkar fenomena gunung es “ice berg fenomenm” yaitu
Universitas Sumatera Utara
6
jumlah kasus yang ditemukan lebih sedikit dari jumlah sebenarnya di populasi. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan penemuan penderita dengan bertambahnya jumlah layanan VCT dan layanan IMS di Sumatera Utara. Hingga tahun 2015 ada 42 layanan IMS yang aktif di 15 kab/kota dan 63 layanan VCT di Sumatera Utara salah satunya adalah RSUD Dr. Pirngadi Medan yang juga merupakan Rujukan Antiretroviral Terapi (ART). Sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadi peningkatan kasus dimana layanan ini
merupakan pintu masuk bagi penemuan kasus disamping
pelaksanaan pengobatan dan perawatan pasien serta penyampaian informasi kepada masyarakat khususnya mereka yang termasuk
dalam kelompok populasi yang
berisiko tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gifani di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, dilaporkan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 522 kasus yaitu 492 kasus HIV dan 93 kasus AIDS (Anastasya, 2008). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Janni Pematangsiantar
di
RSUD Dr. Djasemen Saragih
tahun 2013-2014, dilaporkan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS
sebanyak 145 orang (Butarbutar, 2015). Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, diperoleh jumlah kasus HIV/AIDS yang berobat jalan sebanyak 109 kasus tahun 2015. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS yang berobat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara
7
1.2
Rumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita HIV/AIDS yang berobat jalan di
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Mengetahui gambaran tentang Karakteristik penderita HIV/AIDS yang
berobat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 1.3.2
Tujuan Khusus a.
Mengetahui
distribusi
proporsi
penderita
HIV/AIDS
menurut
sosiodemografi antara lain: Umur, Jenis Kelamin, Suku/Etnik, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Status Pernikahan, dan Daerah tempat tinggal b.
Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan Faktor risiko penularan
c.
Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan Infeksi Oportunistik
d.
Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan Jumlah CD4 terakhir penderita
e. Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan Tahap Terapi Antiretroviral (ARV) yang sedang diterima penderita
Universitas Sumatera Utara
8
g.
Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan
h. Mengetahui distribusi proporsi tingkat pendidikan penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan i.
Mengetahui
distribusi
proporsi
pekerjaan
penderita
HIV/AIDS
berdasarkan faktor risiko penularan j.
Mengetahui distribusi proporsi status pernikahan penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan
k. Mengetahui distribusi proporsi Umur penderita HIV/AIDS berdasarkan Infeksi Oportunistik l.
Mengetahui distribusi proporsi Jenis Kelamin penderita HIV/AIDS berdasarkan Infeksi Oportunistik
Universitas Sumatera Utara
9
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Sebagai bahan referensi ataupun masukan bagi pihak Rumah Sakit dalam merencanakan ataupun melakukan upaya pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS 1.4.2 Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 1.4.3 Untuk bahan referensi ataupun masukan bagi peneliti lain yang memerlukannya.
Universitas Sumatera Utara