BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara negara-negara Eropa maupun Timur Tengah serta negara-negara di Asia. Keramik merupakan salah satu komoditas yang banyak dijumpai pada kapal-kapal dari perdagangan internasional, baik yang merupakan produk dari Cina, Thailand, Vietnam, Eropa, Jepang, maupun yang berasal dari Timur Tengah (Harkantiningsih, 2010: 97). Masuknya kapal-kapal asing di nusantara juga telah meninggalkan jejak yang berupa keramik, antara lain sampai ke wilayah Pulau Jawa. Keramik sangat berperan penting sebagai komoditas perdagangan kuno. Temuan berupa keramik juga memberikan berbagai informasi yang penting. Selain mengenai tempat asal dan pembuatannya saja, temuan keramik yang jumlahnya banyak dapat memberikan informasi mengenai variasi barang apa saja yang sejaman dan bagaimana pendistribusiannya (Harkantiningsih, 2010: 96). Selain sebagai komoditas perdagangan, biasanya keramik juga banyak dimiliki oleh para pemimpin kerajaan di nusantara masa lalu melalui hubungan persahabatan. Sumber asing dari Cina menyebutkan bahwa pada tahun 441563, terdapat utusan dari Kan-t’o-li yang merupakan kerajaan di sebelah timur Sumatera Selatan yang maju dalam perdagangan (Hardiati, 2010: 76).
1
2
Hubungan
antara
nusantara
dengan
Cina
dibuktikan
dengan
ditemukannya kapal-kapal karam beserta muatannya di perairan nusantara. Salah satunya adalah kapal karam di perairan utara Cirebon, dengan muatan utama berupa keramik yang jumlahnya ribuan (Harkantiningsih, 2010: 96). Negara Cina merupakan negara yang telah memproduksi keramik sejak berabad-abad yang lalu. Hasil produksi keramik tersebut, banyak ditemukan di Indonesia. Temuan artefak keramik tersebut, ditemukan tersebar di berbagai situs baik dari masa pengaruh agama Hindu-Budha hingga masa pengaruh agama Islam. baik dalam kondisi yang masih utuh maupun fragmen, Menurut Hadimuljono, dalam tulisannya Keramik Asing Sawankhalok dari Thailand yang Ditemukan di Daerah Sulawesi Selatan. Dengan ditemukannya temuan keramik asing dalam jumlah banyak, Hadimuljono menyimpulkan 2 kemungkinan keberadaan sebaran keramik-keramik tersebut. Pertama, keramik asing tersebut dirasa cocok dengan selera masyarakat yang dapat dipergunakan dalam berbagai keperluan. Kedua, keramik asing dapat digunakan sebagai alat perlengkapan upacara tradisional di daerah tertentu (Hadimuljono, 1983). Fragmen keramik sering dijumpai pada situs-situs yang diindikasikan sebagai situs pemukiman, salah satu contohnya terdapat di Kepulauan Aru, Maluku Tenggara. Di wilayah tersebut terdapat dua situs yakni Situs Ujir dan Situs Kampung Lama yang mengindikasikan adanya bekas pemukiman lama. Pada situs tersebut, banyak ditemukan fragmen keramik dengan beragam bentuk, asal dan warna. Selain itu, terdapat juga fragmen botol dengan berbagai warna dan bentuk, fragmen logam, serta adanya reruntuhan bangunan (Nayati, 1997: 108).
3
Sesuai dengan fungsinya, situs pemukiman dapat diketahui melalui beberapa indikator, antara lain bekas penggunaan api (arang dan abu), sampah, perlengkapan dapur, perlengkapan rumah tangga, bekas jalan, bangunan, dan perlengkapan lainnya (Subroto, 1983:1176). Temuan-temuan arkeologis yang menunjukkan sisa-sisa penghunian pada masa lampau selanjutnya dilakukan pengkajian lebih lanjut. Dari kajian tersebut kemudian dilakukan analisis dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kebudayaan dan lingkungannya. Dari analisis tersebut selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kebudayaankebudayaan yang ditelitinya (Subroto, 1983:1182). Tinggalan keramik di suatu wilayah dapat dijadikan petunjuk mengenai peran atau fungsi suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Suatu situs yang mengandung keramik yang melimpah diperkirakan wilayah tersebut dahulu sering menjalin hubungan dengan negara penghasil keramik. Selain itu, semakin banyak dan bervariasinya keramik yang dimiliki oleh suatu keluarga dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui status sosial keluarga tersebut (Soeroso, 1993: 81). Salah satu situs dengan temuan yang berupa keramik antara lain berada di daerah bekas kekuasaan Kerajaan Singhasari. Wilayah yang diperkirakan sebagai bekas pusat Kerajaan Singhasari adalah di Kecamatan Singosari. Namun, seiring berjalannya waktu, diketahui bahwa jejak dari tinggalan Kerajaan Singhasari tidak hanya terdapat di Kecamatan Singosari saja, karena batasan wilayah sejarah tidak dapat dibatasi oleh wilayah administratif masa kini. Namun mengingat luasan cakupan wilayah kekuasaan Kerajaan Singhasari, maka
4
wilayah yang menjadi objek penelitian dipusatkan di Kecamatan Singosari dan sekitarnya (Amelia, 2009). Kecamatan Singosari merupakan suatu kawasan situs arkeologi yang secara administratif terletak di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Pada kawasan tersebut terdapat banyak tinggalan arkeologis khususnya yang berasal dari masa Hindu-Budha di Nusantara, berupa candi, petirtaan, arca, dan lainnya. Salah satu wilayahnya juga terdapat satu candi yang paling besar, yaitu Candi Singhasari, yang pada masa lalu daerah tersebut diduga kuat sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Singhasari yang berkembang pada abad ke XII-XIII Masehi. Pada tahun 2002, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, melakukan penelitian di wilayah Kecamatan Singosari untuk pertama kalinya. Kegiatan penelitian tersebut dengan cara ekskavasi atau penggalian dengan menggunakan metode arkeologis. Penggalian dilakukan di sektor Pagentan dan sektor Candi Renggo. Pada penggalian tersebut memperoleh temuan antara lain: fragmen keramik yang berjumlah 93 buah, fragmen hiasan atap, mata uang Cina, dan struktur bangunan yang berbahan batu bata (Amelia, 2009). Pada tahun 2008, penelitian juga dilakukan dengan cara penggalian di sektor Candi Renggo dan sektor Bungkuk. Hasil penggalian tersebut adalah 272 fragmen keramik. Analisis bentuk fragmen keramik diperoleh variasi bentuk keramik, antara lain berupa mangkuk, piring, buli-buli, tempayan, cepuk, sendok, tutup, dan gacuk berglasir. Penelitian selanjutnya yang dilakukan pada sektor yang sama pada tahun 2009 juga mendapatkan 138 fragmen keramik.
5
Pada tahun 2010, dilakukan penelitian yang merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya di Kecamatan Singhasari dengan cara ekskavasi. Penelitian dilaksanakan di sektor Kadipaten dan sektor Candirenggo (dekat arca Dwarapala) yang letaknya di sebelah barat Candi Singhasari. Pada penelitian kali ini, penulis turut terlibat dalam kegiatan ekskavasi. Pada penggalian tahun 2010 tersebut ditemukan berbagai macam artefak, diantaranya berupa fragmen keramik asing. Jumlah temuan fragmen keramik adalah 371 buah, dengan perincian temuan di sektor Kadipaten berupa 339 buah fragmen keramik, dan di sektor Candirenggo terdapat 17 buah fragmen keramik, serta ditemukan juga 15 buah temuan permukaan yang ditemukan di sekitar lokasi penggalian. Selain temuan fragmen keramik ditemukan juga struktur bangunan yang terbuat dari batu bata kuno yang sebagian masih tersusun rapi pada lokasi penggalian. Berdasarkan analisis awal dari bentuk tepian, badan, dan dasar temuan fragmen keramik yang banyak ditemukan tersebut antara lain berupa mangkuk, piring, guci, buli-buli, cepuk, dll, namun beberapa diantaranya belum dapat teridentifikasi karena merupakan fragmen yang sangat kecil. Hingga saat ini penelitian mengenai keramik asing yang ditemukan di wilayah Kecamatan Singosari masih belum banyak ditemukan. Maka, sebagai obyek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah keramik asing hasil penelitian oleh Puslitbangarkenas di Kecamatan Singosari pada tahun 2002, 2008, 2009, dan 2010.
6
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka didapatkan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana variasi bentuk keramik asing di Kecamatan Singosari? 2. Bagaimana sebaran variasi temuan keramik asing di Kecamatan Singosari?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan informasi tentang variasi bentuk keramik asing yang ditemukan di Kecamatan Singosari. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui sebaran keramik asing di Kecamatan Singosari. Setelah mengetahui bagaimana sebaran variasi bentuk keramik, selanjutnya dilakukan perbandingan dengan Situs Trowulan (abad 13-16 M), Jawa Timur, yang hampir se-masa dengan Situs Singhasari (abad 13 M). Data yang berupa keramik yang digunakan sebagai perbandingan di Situs Trowulan adalah koleksi temuan yang terdapat di Museum Pusat Informasi Majapahit (PIM), Trowulan. Selanjutnya, informasi tersebut akan memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya mengenai studi pemukiman di daerah masa Kerajaan Singhasari.
7
D. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Batasan sampel fragmen keramik penelitian adalah benda yang berbahan dasar batuan (stoneware) dan bersifat silica (kaca). Bahan tersebut tidak dapat menyerap air dan tidak tembus cahaya. (Rangkuti, 2008: 1-2). Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, maka sebagai fokus dalam penelitian ini adalah temuan keramik asing hasil penelitian di Kecamatan Singhasari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa temuan keramik hasil ekskavasi dan survei pada tahun 2002, 2008, 2009, dan 2010, yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslitbangarkenas).
E. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian mengenai keramik asing yang ditemukan di nusantara telah beberapa kali dilakukan. Namun, penelitian keramik asing yang ditemukan di wilayah Singhasari belum pernah dilakukan. Maka, hal tersebut menjadi alasan dipilihnya temuan keramik asing di wilayah Singhasari untuk dijadikan objek penelitian. Salah satu artikel yang berhubungan dengan keramik asing telah ditulis oleh Hadimulyono dengan judul Sumbangan Keramik Asing bagi Penentuan Lokasi “Ibu Kota” Kerajaan Majapahit. Dalam tulisan ini diterangkan bahwa keramik asing dapat dipergunakan untuk mencari lokasi pusat-pusat kerajaan kuna di Indonesia. Menurut Hadimulyono, terdapat kebiasaan dari masa lampau bahwa hampir semua kegiatan raja yang selalu tinggal di dalam kraton, terpusat di sekitar istana dan dijadikan pusat kerajaan. Raja sebagai kepala pemerintahan
8
negara merupakan pusat dari segala kegiatan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Selain itu, para pejabat tinggi kerajaan, para bangsawan, dan keluarga raja biasanya tinggal di sekitar istana. Maka, tempat kediaman raja ini yang kemudian berkembang menjadi kota (Hadimulyono, 1986).
F. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif-analisis, yaitu memaparkan gambaran data arkeologi yang ditemukan, baik dalam kerangka waktu, bentuk, maupun keruangan serta mengungkapkan hubungan di antara berbagai variabel penelitian (Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, 2008: 20). Penalaran yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode penalaran induktif, yakni mengamati fakta atau gejala-gejala khusus kemudian disimpulkan sebagai gejala yang bersifat umum atau generalisasi empiris (Tanudirjo, 1988-1989: 16). Adapun tahapan penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1.
Tahap pengumpulan data Tahap pengumpulan data meliputi : pengamatan langsung terhadap
temuan fragmen keramik yang kemudian dijadikan data primer. Data primer diperoleh dari kegiatan ekskavasi yang dilakukan di Kecamatan Singasari oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional yang berasal dari tahun 2002, 2008, 2009, dan 2010. Data primer tersebut selanjutnya dilakukan analisis bentuk yang secara umum dibagi menjadi wadah, misalnya mangkok, guci, atau kendi, dan bukan wadah, misalnya figurin, baik manusia atau hewan. Selain fragmen keramik, temuan lain yang juga ditemukan adalah struktur bangunan
9
dengan bahan batu bata, fragmen genteng, fragmen tembikar atau earthenware. 2.
Tahap analisis dan interpretasi data Analisis dimulai dari fragmen keramik yang telah diperoleh dari data
keramik yang sudah didapatkan yang merupakan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya (temuan tahun 2002, 2008, 2009 dan 2010). Penelitian ini juga merujuk pada penelitian tim dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, yang berjudul Penelitian Permukiman Masa Kerajaan Singhasari, di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur pada tahun 2002, 2009, dan 2010. Data tersebut diidentifikasi setelah melalui tahapan sebagai berikut : a.
Tahap pembersihan temuan, pada tahap ini pembersihan
dilakukan dengan cara pembersihan basah, yaitu temuan dicuci dengan menggunakan air hingga bersih dari tanah. Alat yang digunakan adalah sikat gigi untuk membantu membersihkan kotoran yang menempel. b.
Pengeringan, yang selanjutnya dilakukan pengeringan yang
fungsinya untuk menghilangkan air setelah dicuci. Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. c.
Pemilahan, dimana fragmen keramik yang sudah bersih dipilah
berdasarkan bagian bentuknya: tepian, badan, dan dasar. d.
Pelabelan, pada tahap ini fragmen keramik yang telah dipilah
dimasukkan ke dalam kantong dan selanjutnya diberi label temuan. Pemberian label temuan dilakukan setelah temuan benar-benar kering. e.
Klasifikasi, yakni mengklasifikasi atau mengelompokkan fragmen
keramik berdasarkan kesamaan tipologinya. f.
Perekaman, yakni pencatatan keterangan dan pengambilan foto.
10
Selain itu, dilakukan juga analisis terhadap atribut fragmen keramik untuk mengenali ciri-ciri yang berkenaan dengan gaya. Atribut yang diperlukan antara lain warna glasir, warna bahan dasar, dan hiasan fragmen keramik. Data sekunder mengenai keramik didapatkan melalui sumber tertulis, antara lain berupa buku-buku, artikel, dan laporan penelitian yang diperoleh dari perpustakaan dan internet. Data keramik yang sudah diperoleh berupa variasi bentuknya, akan menghasilkan tipe keramik yang paling dominan ditemukan. Setelah proses analisis kemudian data-data tersebut diinterpretasikan untuk dapat diperoleh adanya indikasi temuan tersebut dalam konteks situs temuan. 3.
Kesimpulan Tahapan terakhir ini berupa kesimpulan dari hasil penelitian. Tahap ini,
data yang berupa fragmen keramik dan struktur batu bata yang telah dikumpulkan dan dianalisis yang kemudian akan ditarik kesimpulan sehingga dapat mendapatkan generalisasi empirik. Kesimpulan tersebut diharapkan akan menjawab permasalahan dari penelitian ini sehingga di kemudian hari akan membantu pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.