BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa sekarang ini, kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap individu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
terdapat
sarana
penunjang
berupa
fasilitas
pelayanan
kesehatan, baik pelayanan primer (misalnya Puskesmas) maupun pelayanan sekunder sebagai tindak lanjut sebagai pelayanan primer (misalnya Rumah Sakit). Rumah sakit menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (2010) adalah tempat dimana orang sakit member dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya yang diselenggarakan. Rumah sakit membutuhkan cukup banyak orang dengan berbagai keterampilan dan orang yang kompeten untuk melaksanakan misi rumah sakit dan memenuhi kebutuhan pasien. Pimpinan rumah sakit bekerja sama untuk mengetahui jumlah dan jenis staf yang dibutuhkan berdasarkan rekomendasi dari unit kerja dan direktur pelayananan. Sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang harus ada dan relatif lebih penting bagi rumah sakit, karena hampir seluruh kegiatan operasional rumah sakit bagi rumah sakit karena hampir seluruh kegiatan operasional rumah sakit dilakukan oleh manusia. Pencapaian visi dan misi rumah sakit sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, pemimpin rumah sakit harus merancang sistem pengadaan staf yang tepat, salah
1
satunya adalah mengadakan proses seleksi. Setelah proses seleksi selesai dilakukan, rumah sakit perlu menempatkan para calon staf yang telah diterima pada jabatan-jabatan yang dibutuhkan rumah sakit sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing sehingga para calon staf tersebut dapat bekerja dengan maksimal. Sebelum menjalankan proses seleksi, tentunya rumah sakit mengadakan rekrutmen terlebih dahulu. Proses rekrutmen dilakukan dengan tujuan mendapatkan persediaan calon karyawan sebanyak mungkin sehingga rumah sakit memiliki kesempatan lebih besar untuk memilih calon staf yang dianggap memenuhi standar kualifikasi. Sebelum staf dapat direkrut untuk mengisi jabatan-jabatan tertentu, recruiter harus memiliki gambaran yang jelas tentang tugas-tugas dan kewajiban yang dipersyaratkan untuk mengisi jabatan yang ditawarkan. Oleh sebab itu analisis jabatan merupakan langkah pertama dalam proses rekrutmen dan seleksi. Sekali suatu jabatan telah dianalisis, maka uraian atau pernyataan tertulis tentang jabatan atau posisi jabatan tersebut dalam rumah sakit akan tertuang dengan jelas. Uraian atau pernyataan tertulis tersebut dinamakan uraian jabatan. Jika uraian jabatan telah tersusun dengan baik maka spesifikasi jabatan akan mulai dikembangkan. Spesifikasi jabatan didefinisikan sebagai suatu uraian tertulis tentang pendidikan, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat mengisi suatu jabatan tertentu sehingga
berfungsi
efektif.
Dalam
spesifikasi,
telah
ditetapkan
persyaratan dan kualifikasi minimum dari orang yang dapat menjabat atau melakukan pekerjaan tersebut. Dasar ini harus betul-betul menjadi
2
pedoman pelaksaan seleksi, prinsipnya adalah “the right man on the right place and the right man behind the right gun.” Jadi titik tolak pemikiran seleksi hendaknya kepada apa yang akan dijabat, baru siapa yang akan menjabatnya: bukan siapa baru apa. Jabatan atau pekerjaan apapun yang seharusnya dijadikan informasi dasar untuk memulai proses rekrutmen, seleksi dan penempatan. Rekrutmen, evaluasi dan penugasan staf dapat dilakukan sebaikbaiknya melalui proses yang terkoordinasi, efisien dan seragam. Juga penting
untuk
mendokumentasikan
ketrampilan,
pengetahuan,
pendidikan dan pengalaman sebelumnya dari pelamar. Terutama sekali penting untuk secara seksama mereview / melakukan proses asuhan klinis dan bekerja langsung dengan pasien. Rumah sakit harus memberikan kesempatan bagi staf untuk belajar dan mengembangkan kepribadian dan profesionalitasnya. Karenanya, pendidikan in-service dan kesempatan pembelajaran lain harus ditawarkan kepada staf.
Tak
terkecuali staf rekam medis di rumah sakit. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit maka rekam medis menjadi salah satu kewajiban pencatatan sebagai informasi pasien yang harus diselenggarakan dengan baik dan benar. Hal tersebut telah diatur dalam Peraturan
Menteru
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis. Menurut Hatta (2008) rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan ssat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para
3
praktisi kesehatan dalam
upaya mereka memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien. Pelayanan rekam medis bukan pelayanan dalam bentuk pengobatan, tetapi merupakan bukti pelayanan, finansial, aspek hukum dan ilmu pengetahuan. Peran rekam medis sangat dibuthkan untuk mengelola bahan bukti pelayanan kesehatan dengan aman, nyaman, efisien, efektif dan rahasia, sehingga rekaman pelayanan kesehatan dapat berfungsi sebaik-baiknya untuk tindakan pelayanan yang diperlukan. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan yang professional wajib memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar
kompetensi dan
kode
etik profesi. Bagaimana
menjalankan visi dan misi masyarakat hidup mandiri hidup sehat bila deteksi dini dan penyajian informasi awal tidak cepat dan tepat dikelola melalui sistem informasi terpadu. Tujuan pengelolaan rekam medis adalah untuk menunjang tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang didukung oleh suatu sistem pengelolaan rekam medis yang cepat, tepat, bernilai dan dapat dipertanggungjawabkan. Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah kewajiban bagi setiap rumah sakit. Dan standarisasi merupakan sarana yang sangat penting bagi menggerakkan kegiatan organisasi dalam meningkatkan produktivitas dan menjamin mutu jasa sehingga dapat meningkatkan daya saing dan melindungi konsumen, tenaga kerja dan masyarakat baik keselamatannya maupun kesehatannya. Perlunya peningkatan mutu rumah sakit, badan KARS (Komisi Akeditasi Rumah Sakit) membuat standar akreditasi baru yaitu standar akreditasi yang
4
mengacu pada akreditasi JCI (Joint Commision International). Joint Comission Internatioanal merupakan divisi dari JCHAO dari Amerika. Joint
Comission
International
berbasis
pada
kelompok
standar
keselamatan berfokus pada pasien dan manajemen rumah sakit. Rekam medis merupakan data dasar yang ingin dicapai dalam Akreditasi Joint Comission International, dimana rekam medis memegang peranan penting dalam pendokumentasian baaik untuk rumah sakit maupun pasien. Upaya melindungi keselamatan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan melindungi keselamatan pasien terus ditekankan dengan mengadakan akreditasi rumah sakit dan Akreditasi Joint Comission International. Sehubungan dengan hal-hal tersebut maka diperlukan stafstaf rekam medis yang kompeten sesuai standar kualifikasi dan pendidikan yang telah ditetapkan. Peneliti
telah
melakukan
studi
pendahuluan
dan
sedikit
wawancara informal dengan salah satu staf rekam medis di RSUP Dr.Sardjito pada tanggal 24 Desember 2013. Peneliti memilih lokasi penelitian di RSUP Dr.Sardjito dengan alasan bahwa rumah sakit tersebut sedang dalam proses akreditasi ketika peneliti melakukan studi pendahuluan. Proses akreditasi yang sedang berlangsung adalah Akreditasi Rumah Sakit. Dan berdasar wawancara informal, setelah Akreditasi Rumah Sakit selesai maka akan dilanjutkan dengan Akreditasi JCI. Hal lain yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah RSUP Dr Sardjito memiliki staf rekam medis yang telah lama mengabdi dan bekerja disana. RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta yang telah berdiri lama sejak perundang-undnagan tentang rekam medis dan institusi perekam medis
5
ada, memiliki staf rekam medis yang latar pendidikan non perekam medis.Selain itu, peneliti ingin mengetahui tentang proses kredensial yang telah dilakukan oleh RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. Hasil diskusi dengan dosen pembimbing membuat peneliti semakin tertarik untuk menilik proses kredensial yang dikhususkan untuk staf rekam medis. Berdasar latar belakang dan studi pendahuluan tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji
dan meninjau lebih dalam tentang standar akreditasi
Kelompok II Bab 5 yaitu Kualifikasi dan Pendidikan Staf dan proses kredensial staf rekam medis di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. Pada penelitian ini Kualifikasi dan Pendidikan Staf
dikhususkan hanya staf
rekam medis
B. Rumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pemenuhan kualifikasi
dan
pendidikan staf rekam medis dalam menghadapi Akreditasi Rumah Sakit dan Akreditasi JCI di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pemenuhan kualifikasi dan pendidikan staf rekam medis dalam menghadapi Akreditasi Rumah Sakit dan Akreditasi JCI di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
6
2.
Tujuan Khusus a.
Mengetahui
peran
staf
rekam
medis
berdasarkan
kualifikasi dan pendidikan staf dalam menghadapi Akreditasi Rumah Sakit dan Akreditasi JCI. b.
Menganalisi kelengkapan dokumen standar Kualifikasi dan Pendidikan Staf apa saja yang terkait staf rekam medis sesuai elemen penilaian Standar Akreditasi Rumah Sakit dan Akreditasi JCI.
c.
Mengetahui proses kredensial staf rekam medis sesuai Akreditasi Rumah Sakit dan Akreditasi JCI.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Praktis a.
Aspek Pelayanan Dapat dijadikan bahan evaluasi untuk proses kualifikasi dan pendidikan staf rekam medis di rumah sakit agar mutu rekam medis semakin meningkat.
b.
Aspek Penelitian Penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk meninjau lebih dalam tentang kualifikasi dan pendidikan menjelang akreditasi.
2.
Manfaat Teoritis a.
Bagi Institusi Pendidikan Penelitian inidapat memberikan gambaran berkaitan dengan kualifikasi dan pendidikan staf di rumah sakit.
7
b.
Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk meneliti kasus serupa.
E. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengetahuan peneliti, penelitian tentang “ Analisis Kualifikasi dan Pendidikan Staf Rekam Medis dalam Menghadapi Akreditasi Rumah Sakit dan Akreditasi JCI di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta” belum pernah dilakukan. Namun beberapa penelitian yang hampir mendekati serupa pernah dilakukan, antara lain : 1.
Wulan (2009), dengan judul “Gambaran Umum Kompetensi Tenaga Rekam Medis di Bidang Rekam Yogyakarta.”
Bertujuan
untuk
Medis RSUP Dr. Sardjito
mengetahui
gambaran
umum
kompetensi tenaga kerja rekam medis yang ada di Instalasi Catatan Medik RSUP Dr. Sardjiti Yogyakarta. Hasil penelitiannya adalah kompetensi yang paling banyak dimiliki yaitu aspek hukum dan etika profesi sebanyak 90,0%, manajemen rekam medis dan informasi kesehatan sebanyak 93,3%, menjaga mutu rekam medis sebanyak 76,6%, kemitraan profesi sebanyak 83,3%
dari
masing-masing
point
pertanyaan
yang
diambil.
Sedangkan untuk kompetensi yang belum dimiliki adalah klasifikasi dan kodefikasi sebanyak 43,3%, statistik kesehatan sebanyak 50,0%, manajemen unit kerja rekam medis sebanyak 36,6% dari masingmasing point pertanyaan yang diambil.
8
Perbedaan dengan penelitian ini sangat jelas terletak pada judul, tujuan, dan lokasi. Dalam hal jenis penelitian yang digunakan, penelitian yang dilakukan oleh Wulan menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, sedangkan pada penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. 2.
Nurhayati (2013), dengan judul “Kesiapan Kelengkapan Dokumen Pada Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien Dalam Akreditasi Baru 2012 Di Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan kelengkapan dokumen terkait rekam medis sesuai penilaian elemen standar akreditasi 2012 dalam kelompok standar berfokus kepada pasien di Rumah Sakit DKT Dr. Soetarto Yogyakarta. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nurhayati (2013) yaitu sama-sama
menggunakan
jenis
penelitian
deskriptif
dengan
pendekatan kualitatif, serta rancangan penelitian dengan rancangan penelitian cross sectional. Kesamaan yang lain yaitu sama-sama mengkaji mengenai tema akreditasi yang baru versi 2012. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nurhayati (2013) terdapat pada tema yang diambil.Jika pada penelitian Nurhayati (2013) mengangkat judul tentang kesiapan kelengkapan dokumen pada kelompok standar berfokus kepada pasien, maka pada penelitian ini mengangkat judul Analisis Kualifikasi dan Pendidikan Staf Rekam Medis dalam Menghadapi Akreditasi Rumah Sakit dan Akreditasi JCI di RSUP Dr. Sardjito.
9
F. Gambaran Umum RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta 1.
Sejarah Berdasarkan buku Sejarah Perkembangan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (2005), pada tahun 1954 Prof. Dr. Sardjito mengusulkan untuk mendirikan rumah sakit umum untuk pendidikan calon dokter ahli serta pengembangan penelitian dalam satu lokasi. Penelitian rumah sakit tersebut juga didasari untuk mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Gagasan tersebut mendapat dukungan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Yogyakarta, sehingga pada tahun 1960 Dewan Perwakilan
Rakyat
Daerah
membantu
mengusulkan
kepada
pemerintah pusat untuk segera mendirikan sebuah RS Umum Pusat di Yogyakarta. Sehingga pada tahun 1970 pelaksanaan pendirian rumah sakit tersebut yang dibiayai oleh Departemen Kesehatan RI dengan lokasi di Pingit. Karena lokasi dianggap tidak memadai, maka pembangunan RSU Pusat di pindahkan ke daerah Sekip di dalam kampus Universitas Gadjah Mada dengan nama RS Dr. Sardjito. Nama Prof. Dr. Sardjito dijadikan sebagai nama rumah sakit karena untuk mengenang perjuangan dan jasa beliau sebagai tokoh pelayanan kesehatan dan pendidikan di UGM. Sebagai bentuk penghargaan terhadap beliau dibuat patung Prof. Dr. Sardjito yang sampai sekarang dapat dilihat di RS Dr. Sardjito. Berdasarkan
Surat
Keputusan
bersama
antara
Menteri
Kesehatan RI beserta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 522/Menkes/SKB/X/1981 dan No. 238a/U/1981 tanggal 2 Oktober
10
1981 dilakukan pembangunan antara Rumah Sakit Gadjah Mada dengan Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Sardjito dengan memanfaatkan fasilitas pemerintah. Pada tanggal 6 Februari 1982, RS Dr. Sardjito diresmikan oleh Presiden Soeharto, hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti yang ditanda tangani Presiden Soeharto. Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
126/Ka/B.VIV/1974 tanggal 13 Juni 1974 RS Dr. Sardjito merupakan Rumah Sakit Umum tipe B pendidikan yang berada di bawah pengawasan langsung dan bertanggungjawab kepada Departemen Kesehatan melalui Dirjen Pelayanan Medis. pada tahun 2004, berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
kesehatan
RI
No.
1174/Menkes/SK/X/2004 RS Dr. Sardjito menjadi Rumah Sakit Pemerintah tipe A. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Umum Pusat yang bertujuan mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan inovatif maupun dalam bidang pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan yang unggul dan terkemuka serta meningkatkan kesejahteraan
karyawan
yang
memadai
dan
meningkatkan
pendapatan untuk menunjang kemandirian Rumah Sakit. 2.
Motto, Visi dan Misi a.
Moto : Motto dari RS Dr. Sardjito adalah “Mitra Terpercaya Menuju Sehat”
b.
Visi : Menjadi rumah sakit unggulan dalam bidang pelayanan, pendidikan, dan penelitian di Asia Tenggara yang bertumpu pada kemandirian
11
c.
Misi : 1)
Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
2)
Melaksanakan
pendidikan
dan
pelatihan
di
bidang
kesehatan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. 3)
Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan Ilmu Pengetahuan
kedokteran
kesehatan
dan
berwawasan
global. 4)
Meningkatkan kesejahteraan karyawan
5)
Meningkatkan pendapatan untuk menunjang kemandirian Rumah Sakit.
3.
Kepemilikan dan Lokasi Rumah Sakit Dr. Sardjito adalah milik Departemen Kesehatan RI dan bertanggung jawab langsung kepada Departemen kesehatan melalui Direktur Jenderal Pelayanan Medis. Rumah Sakit Dr. Sardjito berada di Jl. Kesehatan No. 1 Sekip, Yogyakarta. Letaknya sangat strategis dekat dengan kawasan kampus Universitas Gadjah Mada khususnya Fakultas Kedokteran dan berada di tengah kota dengan sarana transportasi yang memadai sehingga mudah dijangkau masyarakat.
4.
Macam Pelayanan a.
Poliklinik 1)
Klinik Mata
2)
Klinik Anak
12
3)
Poliklinik Penyakit Dalam
4)
Klinik Jantung
5)
Klinik Akupuntur
6)
Klinik THT
7)
Klinik Bedah Mulut
8)
Klinik Kulit dan Kelamin
9)
Klinik Paru-Paru (pulmonologi)
10) Klinik Herbal 11) Klinik Edelweis 12) Klinik elektroMedis 13) Klinik Geriatri 14) Klinik Saraf 15) Klinik Kanker Terpadu “Tulip” 16) Klinik Kesehatan Jiwa 17) Klinik General Check Up (GCU) 18) Klinik Kebidanan dan Kandungan 19) Klinik Gizi 20) Klinik Gigi dan Mulut 21) Klinik Pegawai 22) Klinik Estetika 23) Poliklinik Bedah Umum 24) Klinik Bedah Thorax dan Vaskuler 25) Klinik Bedah Plastik 26) Klinik Bedah Anak 27) Klinik Bedah Saraf
13
28) Klinik Bedah Urilogi 29) Klinik Anesthesi 30) Klinik Stroke dan Memori 31) Klinik Kesehatan Reproduksi 32) Klinik Kontrasepsi Mantap 33) Home Care 34) Klinik Bedah Digestiv b.
Pelayanan Penunjang Medis 1)
Radiologi
2)
Patologi Klinik
3)
Patologi Anatomi
4)
Rehabilitasi Medis
5)
Farmasi
6)
Kedokteran Forensik
7)
Bedah Sentral Terpadu
8)
Haemodialisis
9)
Pelayanan Transfusi Terpadu
10) Anesthesi 11) Radioterapi c.
Instalasi Rawat Inap Instalasi Rawat Inap I untuk perawatan dewasa, terdiri dari: 1)
Bangsal Bedah (Cendana 1-5)
2)
Bangsal Kulit dan Kelamin (Dahlia III)
3)
Bangsal THT (Dahlia IV)
4)
Bangsal Saraf (Dahlia II)
14
5)
Bangsal Mata (Dahlia I)
6)
Bangsal penyakit Dalam (Bougenvile I, II, III, IV)
7)
Bangsal Kebidanan dan Penyakit Kandungan (Anggrek I, II)
8)
Unit Stroke
Instalasi Rawat Inao II untuk perawatan anak, terdiri dari: 1)
Melati 1-4
2)
Kartika
3)
Bangsal VIP Anak Cempaka Mulya
Instalasi Rawat Inap III untuk perawatan pasien VIP, terdiri dari:
d.
1)
Paviliun Wijaya
2)
Paviliun Kusuma
3)
Paviliun Ayodya
4)
Instalasi Rawat inap IV untuk perawatan pasien jiwa
5)
Instalasi Rawat Inap V yakni Paviliun Cendrawasih
6)
Instalasi Rawat Instensif (ICU)
7)
Instalasi Rawat Jantung (IRJAN/ICCU)
8)
Pelayanan Bedah Jantung
9)
IRNA VI Paviliun Amarta Instalasi Rawat Darurat (IRD) Instalasi Rawat darurat merupakan bagian dari rumah sakit
yang melayani kasus darurat serta pelayanan di luar jam kerja yang dilengkapi dengan ambulance 118 yang tergabung dalam Pusat Bantuan Pelayanan Kesehatan (Pusbankes). Pelayanan Instalasi Rawat Darurat buka 24 jam dan dilengkapi 3 ruang operasi, IMC (Intermediet care), pelayanan obat “Hospital
15
Farma”, Apotek Pelengkap Kimia Farma dan Unit Transfusi Darah PMI. e.
Poliklinik Perjanjian 1)
Anak Cempaka Mulya
2)
Wijaya Kusuma
3)
Cendrawasih (Gigi dan Mulut)
4)
Psikologi
5)
Unit Perlindungan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (UKPT) Sekar Arum
5.
Performance Prosentase performance RSUP Dr. Sardjito selama lima tahun terakhir dapat dilihat melalui tabel berikut: Tabel 1. Performance RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
NO
INDIKATOR
2009
2010
2011
2012
2013
707
731
724
730
730
73,17
75,13
76,26
74,34
79,98
7,07
7,10
7,10
7,22
7,46
1.
Jumlah Tempat Tidur
2.
BOR (%)
3.
AVLOS (hari)
4.
BTO (kali)
37,14
39,11
39,87
38,51
39,89
5.
TOI (hari)
2,65
2,25
2,08
2,3
1,72
6.
NDR (
)
49
54
56, 76
52
58,32
7.
GDR (
)
70
72
73,46
72
73,44
288, 937
315,154
345,265
316,338
32,412
35,227
33,350
32,582
25,812
28,412
28,796
28,046
8.
JUMLAH RAJA L JUMLAH
9.
10.
KUNJUNGA N
KUNJUNGA N
RAWAT DARURA T JUMLAH RAWAT INAP
PASIE N
279,732
33,669
28,316
Sumber: Bagian Pelaporan Instalasi Catatan Medis RSUP Dr. Sardjito tahun 2013
16
Tabel 2. Jumlah Tempat Tidur tahun 2012 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta NO.
JENIS RUANGAN
JUMLAH TEMP AT TIDUR
1.
Suite Room
10
2.
VVIP A
16
3.
VVIP B
4
4.
VIP B
32
5.
VIP
45
6.
Utama
7
7.
Isolasi
3
8.
Kelas 1
74
9.
Kelas 2
273
10.
Kelas 3
266
TOTAL
730
Sumber: Bagian pelaporan Instalasi Catatan Medis RSUP Dr. Sardjito tahun 2013
17