BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang merepresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia merupakan kekayaan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan eksistensinya. Dengan adanya peninggalan sejarah, bangsa Indonesia dapat belajar dari kekayaan budaya masa lalu untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada saat ini dan masa yang akan datang.Dengan terpeliharanya semua bangunan bersejarah pada suatu zaman akan memberikan ikatan kesinambungan yang erat antara masa kini dan masa lalu. Labuhanbatu Selatan (Labusel) adalah kabupaten yang baru dimekarkan yang awalnya merupakan sebuah kecamatan di bawah pemerintah Kabupaten Labuhanbatu. Kabupaten Labuhanbatu, pada zaman sebelum penjajahan Belanda terdiri dari empat kerajaan atau kesultananyang pemerintahannya dipimpin oleh Sultan. Adapun Kesultanan tersebut yaitu : Kesultanan Kualuh di Tanjung Pasir, Kesultanan Bilah di Negeri Lama, Kesultanan Panai di Labuhan Bilik, dan Kesultanan Kotapinang di Kotapinang. Kesultanan Kotapinang adalah salah satu Kesultanan yang pernah berjaya dan merupakan salah satu Kesultanan terkaya. Hal ini terbukti dari
arsitektur istananya yang megah, indah dan elegan. Istana itu berbentuk lima kubah dan istana tersebut bernama Istana Kota Bahran.Istana Kesultanan Kotapinang dibangun pada tahun 1926 pada masa pemerintahan Sultan Tengku Mustafa Makmur Perkasa Alamsyah. Didesain meniru gaya bangunan arsitektur Eropa. Selain itu masih banyak peninggalan-peninggalan bersejarah Kesultanan Kotapinang, seperti meriam, Mesjid Raya Kotapinang, gapura dan kompleks pemakaman Kesultanan. Namun saat ini kondisiistana Kesultanan Kotapinang sudah rusak yang mungkin dikarenakan gejala alam, dindingnya sudah keropos dan penuh dengan coretan-coretan, bagian atas bangunan ditumbuhi alang-alang dan bagian belakang istana terdapat hutan rimbun. Tidak jauh dari Istana terdapat gapura yang merupakan pintu gerbang menuju Istana Kota Pinang. Gapura tersebut merupakan bagian dari peninggalan kesultanan Kota Pinang. Kondisi Meriam peninggalan Kesultanan Kota Pinang juga sangat memprihatinkan karena hanya difungsikan sebagai penyanggah sebuah pondok agar tidak rubuh.Sedangkan peninggalan-peninggalan lain kondisinya masih baik dan terawat seperti Mesjid Raya Kotapinangkarena masih dipergunakan sebagai tempat beribadah sampai sekarang. Mesjid ini di bangun pada masa pemerintahan Sultan Mustafa Perkasa Alamsyah sekitar tahun 1937.
Dan disekitar pekarangan mesjid terdapat komplek makam keluarga kesultanan Kota Pinang. Kondisi kompleks pemakaman Sultan juga terawat dengan baik. Selain itu ada juga peninggalan-peninggalan bersejarah dari Kesultanan Kotapinang ini yang cenderung tidak terawat baik rusak karena gejala alam maupun karena ulah manusia. Persepsi masyarakat terhadap benda-benda dan bangunan peninggalan bersejarah merupakan hal penting dalam upaya menanamkan kesadaran untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam menjaga kelestarian peninggalan bersejarah. Tetapi masyarakat terlihat cenderung tidak peduli pada peninggalan sejarah tersebut bahkan banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa daerahnya merupakan salah satu tempat bersejarah. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan sejarah didaerahnya membuat mereka cenderung menganggap bahwa peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut bukanlah hal yang penting bahkan sebagian masyarakat menganggap peninggalan sejarah hanyalah benda – benda tua yang tidak berarti apa-apa. Pentingnya nilai dari peninggalan bersejarah tersebut dapat menjadi sesuatu yang bernilai tinggi serta dapat menjadi sebuah icon budaya bagi daerah mereka disamping warisan budaya tersebut sangat penting sebagai sumber pengetahuan dan pembelajaran sejarah lokal guna membangun karakter bangsa.
Makna positif dari persepsi mereka tentang benda-benda dan bangunan peninggalan bersejarah akan memberikan motivasi untuk menyemarakkan upaya pelestarian peninggalan sejarah. Sebaliknya bila makna persepsi mereka tentang benda-benda dan bangunan peninggalan bersejarah negatif maka upaya pelestarian akan menemui hambatan.Perbedaan pandangan ini berawal dari perbedaan persepsi dan perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi itu sendiri. Berpedoman pada latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti judul “Persepsi masyarakat terhadap peninggalan bersejarah Kesultanan Kotapinang di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.”
1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka identifikasi masalah yang dapat dikemukakan yaitu : 1. Peninggalan bersejarah Kesultanan Kotapinang 2. Kondisi terkini peninggalan 3. Manfaat peninggalan untuk masyarakat 4. Upaya pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah 5. Persepsi
masyarakat
Kotapinang 1.3.Pembatasan Masalah
terhadap
peninggalan
bersejarah
Kesultanan
Adapun batasan masalahnya adalah
“Persepsi masyarakat terhadap
peninggalan bersejarah Kesultanan Kotapinang di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.”
1.4.Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah : 1. Apa saja peninggalan-peninggalan bersejarah Kesultanan Kotapinang? 2. Bagaimanakah kondisi terkini dari peninggalan-peninggalan bersejarah Kesultanan Kotapinang tersebut? 3. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap peninggalan bersejarah Kesultanan Kotapinang?
1.5.Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk
mengetahui
peninggalan-peninggalan
bersejarah
Kesultanan
Kotapinang 2. Untuk mengetahui kondisi terkini dari peninggalan-peninggalan bersejarah Kesultanan Kotapinang 3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap peninggalan bersejarah Kesultanan Kotapinang
1.6.Manfaat Penelitian Setelah tercapainya tujuan diatas maka manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menambah dan memperluas wawasan peneliti dan pembaca mengenai peninggalan-peninggalan bersejarah Kesultanan Kotapinang 2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap peninggalan bersejarah Kesultanan Kotapinang 3. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa atau peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian yang sama 4. Memberikan pemahaman secara positif kepada generasi muda untuk lebih menghargai sejarah, karena sejarah tidak bisa terulang kembali 5. Sebagai pengabdian dan pengembangan keilmuan penulis dalam bidang penelitian. 6. Sebagai penambah perbendaharaan perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah