BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah salah satu faktor yang paling umum menyebabkan umur harapan hidup (UHH) lebih pendek dan beberapa penyakit. Strategi untuk mencegah kenaikan berat badan dan obesitas telah terbukti menjadi lebih mudah dan murah daripada terapi yang ditujukan jika orang telah menjadi gemuk. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) masalah status gizi pada usia ≥ 18 tahun didominasi kasus obesitas walaupun kasus berat badan kurang juga tinggi. Angka obesitas perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yaitu 26,9% dan 16,3%. Karakteristik obesitas cenderung terjadi pada masyarakat berpendidikan tinggi, penghasilan tinggi, tingkat pengeluaran tinggi dan tinggal di perkotaan, sedangkan proporsi berat badan lebih/overwight sebesar 10,8% dan obesitas 14,76% (Bappenas, 2010). Caulfield et al. (1998) menyatakan wanita berat badan normal (indeks massa tubuh/IMT 18,5-24,9) dianjurkan memiliki kenaikan berat badan antara 11,4 -15,9 kg selama kehamilan. Pada wanita kelebihan berat badan (IMT: 25,029,9) dianjurkan menaikkan berat badan antara 6,8-11,4 kg selama kehamilan dan wanita obesitas dengan IMT ≥ 30 disarankan memperoleh kenaikan berat badan antara 5,0-9,0 kg selama kehamilan. Wanita dengan IMT > 30 mempunyai berat badan tidak terkendali dapat meningkatkan risiko kematian 2 kali dibandingkan dengan wanita obesitas dengan kenaikan berat badan yang terkendali, sehingga kejadian preeklampsia dapat diminimalkan (Tanentsapf et al., 2011). Hogan et al. (2010) menyatakan bahwa salah satu parameter dalam bidang kesehatan adalah kematian ibu. Hal ini seperti tercantum pada salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) yaitu meningkatkan kesejahteraan perempuan dengan target menurunkan angka kematian ibu (AKI)/maternal mortality ratio (MMR) sebesar 75% tahun 2015. Djaja dan Afifah (2011) menyatakan bahwa beberapa faktor penyebab kematian maternal adalah perdarahan postpartum 30%, komplikasi nifas 18% dan
1
2
preeklampsia/eklampsia 17%. Hasil studi Survei Kesehatan Nasional (Surkenas) tahun 2001 adalah preeklampsia/eklampsia 24%, komplikasi 19% dan perdarahan postpartum 18%. World Health Organization (WHO) (2012) mengemukakan bahwa kematian ibu antara tahun 1990 sampai dengan 2010 sebagian besar disebabkan perdarahan dalam kehamilan atau hipertensi kehamilan serta efek samping anestesi dari tindakan operasi caesar. Preeklampsia merupakan penyebab utama kematian ibu 15-20% di negara maju dan morbiditas (akut dan jangka panjang), kematian perinatal, kelahiran prematur, dan pembatasan pertumbuhan intrauterine (Sibai et al., 2005). Setiap tahun, di seluruh dunia diperkirakan sebanyak 8.370.000 wanita mengalami preeklampsia. Di negara Inggris kejadian preeklampsia sebesar 4-6% dari seluruh kehamilan (sekitar 33.500 per tahun) dan menjadi penyebab utama morbiditas dan kematian ibu, janin, dan neonatal, serta berkontribusi pada beban ekonomi kesehatan yang cukup signifikan (Chappell et al., 2008). Dekker and Robillard (2003) menyatakan bahwa preeklampsia menyebabkan kematian ibu pada negara maju sebesar 15-20%. Kejadian global dari preeklampsia diperkirakan sebesar 415% dari seluruh kehamilan pada negara maju dan 4-18% di negara berkembang (Mostello et al., 2008). O'Brien et al. (2003) menyebutkan, di negara maju peningkatan preeklampsia berhubungan positif dengan peningkatan obesitas, baik alamiah ataupun akibat dari retensi insulin, yaitu risiko preeklampsia akan meningkat 2 kali pada peningkatan IMT 5-7 kg/m2. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi hipertensi pada usia ≥ 18 tahun rata-rata adalah 25,8%, sedangkan prevalensi hipertensi pada wanita ialah 28,8% (Bappenas, 2013). Wanita yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas memerlukan pengawasan dan kewaspadaan agar pada saat hamil tidak terjadi kelahiran prematur dan preeklampsia (Anderson and Neuhouser, 2012). Kruger (2005) menyatakan bahwa peningkatan berat badan bagi ibu hamil harus berkisar 0,3 kg per minggu pada wanita dengan kelebihan berat badan dan 0,5 kg per minggu pada wanita dengan berat badan kurang pada trimester 2.
3
Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia AKI di Indonesia adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup dan masih tertinggi di Asia Tenggara, sedangkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (BKKBN et al., 2012). Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 menyebutkan, tiga besar penyebab kematian ibu adalah perdarahan 28%, preeklampsia 24% dan infeksi 11%. Ketiga penyebab tersebut dapat dicegah jika dilakukan pemeriksaan antenatal yang berkualitas dengan melakukan skrining preeklampsia pada setiap ibu hamil > 20 minggu, baik terdapat faktor predisposisi maupun tidak ada. Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup atau 668 orang (Jateng, 2013).
Jumlah tersebut
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012 terdapat 347 kasus kematian ibu dan 37% disebabkan preeklampsia (Dinkes Prop Jateng, 2012). Di Kabupaten Magelang AKI tahun 2012 adalah 13 kasus dan kematian ibu dengan eklampsia sejumlah 6 kasus (46.1%), dari hasil laporan pemantauan wilayah setempat pada tahun 2012 terdapat ibu hamil dengan risiko tinggi 6,476 orang, kasus preeklampsia pada kehamilan sebesar 308 kasus (4,75%) (Dinkes Kab. Magelang, 2011). Berdasarkan data kesakitan, kematian akibat preeklampsia dan masih terbatasnya penelitian tentang obesitas sebelum kehamilan juga masih adanya perbedaan hasil penelitian yang sudah dilakukan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui adanya hubungan antara peningkatan IMT ibu sebelum hamil dengan kejadian preeklampsia/eklampsia. B. Perumusan Masalah Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa preeklampsia masih merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian ibu dan bayi di dunia, khususnya di negara berkembang. Di Indonesia, preeklampsia merupakan penyebab langsung kematian ibu, di samping perdarahan dan infeksi. Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengenal faktor risiko dan penyebab preeklampsia, sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bagi ibu
4
dan bayi.
Bodnar and Kaufman (2004) menyatakan, salah satu faktor risiko
preeklampsia adalah kenaikan berat badan dan mempunyai IMT 26 kg/m2 akan meningkatkan 2 kali risiko preeklampsia dan wanita dengan IMT 30 kg/m2 akan meningkatkan risiko 3 kali terhadap kejadian preeklampsia. Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah penelitian ini adalah: “Apakah obesitas prakehamilan dapat meningkatkan risiko preeklampsia/ eklampsia dari pada yang bukan obesitas?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan obesitas prakehamilan dengan kejadian preeklampsia/eklampsia. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui kejadian preeklampsia/eklampsia di RSU Muntilan. b. Mengetahui
peran
obesitas
prakehamilan
dengan
kejadian
preeklampsia/eklampsia. c. Mengidentifikasi faktor lain seperti usia ibu, paritas, jarak kelahiran, riwayat preeklampsia dan riwayat keluarga yang berpengaruh terhadap kejadian preeklampsia/eklampsia. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi Rumah Sakit Umum Muntilan Kabupaten Magelang hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam deteksi dini preeklampsia dan penatalaksanaannya. b. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, puskesmas dan bidan di desa di wilayah Kabupaten Magelang serta sektor terkait sebagai masukan dalam mengembangkan program penyuluhan kesehatan dan pemantauan terhadap kenaikan berat badan ibu hamil untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh preeklampsia/ eklampsia.
5
c. Memberikan informasi kepada ibu hamil bahwa status gizinya dapat berpengaruh terhadap kehamilannya. 2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam bidang studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada, khususnya Kesehatan Ibu dan Anak. b. Sebagai
bahan
masukan
bagi
penelitian
selanjutnya
untuk
mengembangkan penelitian dengan topik serupa. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian serupa pernah dilakukan antara lain: Tabel 1. Keaslian penelitian Peneliti
Judul penelitian
Lee et al. (2000)
Risk factor for preeclampsia in an asian population
Persamaan
Perbedaan
Preeklampsia dapat berulang pada : wanita dengan riwayat preeklampsia 6,3 kali; paritas lebih dari 2: 3,6 kali; IMT sebelum hamil 24,2 kg/m2 : 2,4 kali; usia diatas 34 tahun 1,8 kali; nullipara 1,3 kali; infeksi saluran kencing 1,9 kali dan bekerja 1,9 kali.
Mengukur IMT sebelum kehamilan, paritas, usia ibu, riwayat preeklampsia
kohort retrospektif, nullipara, ISK, pekerjaan
O'Brien et al. Maternal body mass (2003) index and the Risk of preeklampsia: A systematic overview
Risiko preeklampsia 2 kali lipat dengan penambahan IMT 5-7 kg/m2 dari sebelum kehamilan sampai trimester 3, risiko preeklampsia biasanya naik 0.54% (CI 0,27 – 0,80) untuk setiap 1 kg/m 2 peningkatan IMT
Mengukur IMT sebelum kehamilan
Kohort prospektif, mempertimbangkan etnis, perbedaan geografis, mengeluarkan ibu dengan hipertensi kronis dan diabetes millitus
Bhattacharya et al. (2007)
Peningkatan berat badan meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu, hipertensi dan preeklampsia meningkat secara linier dengan meningkatnya IMT dengan OR 3,1, CI 95%
Bayi tunggal, IMT
Kohort retrospektif, nullipara, Caesar, perdarahan post partum, kinerja bidan, data tinggi badan dan berat badan telah tercatat dengan baik
Effect of body mass index on pregnancy outcomes in nulliparous women delivering singleton babies
Hasil
6
Lanjutan Tabel 1 Peneliti
Judul penelitian
Bodnar, et al. (2005)
The risk of preeclampsia rises with increasing prepregnancy body mass index
Chen, et al. (2009)
Prepregnancy body mass index, gestational weight gain, and pregnancy outcomes in china
Hasil
Persamaan
perbedaan
Preeklampsia naik pada IMT 30 kg/m2 dan menurun pada IMT 19 kg/m2 sebesar 33%
IMT prepregnacy
prospective cohort study, wanita primipara, terdaftar sebelum kehamilan 16 minggu
Kenaikan berat badan ≥ 0,50 kg perminggu akan memperbesar risiko hipertensi gestasional, wanita dengan kwartil tertinggi dengan berat badan ≥ 0,59 kg per minggu berisiko tinggi preeklampsia (Pb 0,05), wanita dengan berat badannya berlebihan memiliki risiko 3 kali lipat mengalami hipertensi dalam kehamilan dan 4 kali mengalami preeklampsia.
IMT Prepregnancy, riwayat keluarga hipertensi, paritas
Studi kohort, diabetes mellitus, hipertensi gestasional, ketuban pecah dini, tingkat pendidikan, pekerjaan
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah obesitas prakehamilan sebagai variabel bebas atau variabel utama dan belum pernah dilakukan sebelumnya di RSU Muntilan.