1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, masa lansia, sampai pada kematian. Diantara masa-masa tersebut ada masa yang disebut masa dewasa awal. Sebagai seorang individu yang berada pada masa dewasa awal, mereka beranjak dari masa-masa sekolah yang masih bergantung pada orang tua menuju masa mencari pekerjaan dan mandiri dalam hal keuangan. Selain itu ia juga harus membentuk kehidupan sosialnya dengan memilih pasangan hidup dan akhirnya menikah. Setelah menikah Setiap pasangan menginginkan kehidupan yang harmonis dalam kehidupan berumah tangga. Hidup bersama sehidup semati merupakan janji bagi setiap pasangan suami istri. Dengan perkawinan sebagai bentuk ekspresi akhir dari suatu hubungan yang mendalam dimana dua individu berikrar di depan umum untuk menetapkan hubungan sepanjang hidupnya. Yang kemudian setelahnya akan muncul status sosial sebagai suami maupun istri dan pada umumnya akan tinggal bersama dengan anak-anaknya. Pernikahan dan keluarga memberikan motivasi serta beban bagi individu masa dewasa awal untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan agar mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru seperti memainkan
1 Gambaran Tingkat Kepuasan..., Amelia Dwi Bonita, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
2
suami/istri, orang tua dan pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas baru ini (Liza & Julinda, 2009) Namun ada alasan ungkapan pernikahan adalah hidup bersama menjadi tidak terwujud secara nyata oleh bergai alasan dimana terdapat keadaan pada keluarga tidak dapat tinggal dalam satu atap. Keadaan tersebut banyak terjadi pada fenomena saat ini yang memperlihatkan bahwa ada beberapa pasangan suami istri tidak tinggal dalam satu rumah yaitu dengan menjalani perkawinan jarak jauh, fenomena yang sering muncul adalah yang terjadi pada istri yang berkarir atau istri yang suaminya harus bekerja di beda kota sedangkan istri tetap di kota tempat asal karena alasan karir atau oleh sebab lain. Sepasang suami istri terpisah jarak yang menjalani kehidupan rumah tangga makin mudah ditemui. kondisi itu disebut commuter marriage. Pasangan tersebut belum pernah belajar bekerja sama dalam urusan penyelesaian masalah maupun pembagian tugas. Persoalan memang bisa dibicarakan, namun biasanya keputusan yang diambil sifatnya bukan kolaboratif. Tidak terbangun kerja sama tim sehingga waktu tinggal bersama bisa saja malah terjadi konflik. (www.jawapos.com) Pasangan commuter marriage yang tidak tinggal serumah tentu saja menghadapai banyak masalah komunikasi antar pasangan yang tinggal serumah. Masalah pada komunikasi tampak ketika pesan non verbal tidak dapat disampaikan melalui media komunikasi seperti telepon dan email yang
Gambaran Tingkat Kepuasan..., Amelia Dwi Bonita, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
3
akhirnya mempengaruhi beberapa hal antara lain, hubungan pasangan, dukungan dalam pengambilan keputusan, kelelahan terhadap peran, kurangnya waktu untuk bersama, durasi perpisahan, kurangnya kebersamaa, kurangnya kekuatan ego, serta terjadinya penurunan kompetensi sebagai professional. Skolnick menyatakan (Marini & Julinda, 2009) Kehidupan istri menjadi lebih kompleks di mana di satu sisi istri harus bekerja namun di sisi lain istri harus memperhatikan dan menjaga anak. Istri pada pasangan commuter marriage seringkali merasa mempunyai peran sebagai orang tua tunggal dan konflik peran meskipun pasangan commuter marriage kebanyakan menganut peran egalitarian, dimana pasangan suami istri mempunyai peran yang sama dalam keluarga. Akan tetapi ketika salah satu pasangan meninggalkan keluarga, pasangan tersebut akan menyerahkan perannya dalam keluarga kepada pasangan yang tinggal dengan keluarga. Sehingga dibutuhkan adanya relasi personal yang baik antar anggota keluarga agar tercapai kepuasan pernikahan (Skolnick dalam Marini & Julinda, 2009). Meskipun begitu commuter marriage tidak hanya memberikan masalah, tetapi terdapat juga beberapa kelebihan hal ini dirasakan oleh wanita pada pasangan commuter marriage, dimana nampaknya wanita lebih nyaman daripada pria ketika berpisah, ini dikarenakan pasangan tersebut
dapat
menikmati kualitas karir penuh yang tidak selalu dapat diperoleh pada saat tinggal bersama. Selain itu commuter marriage juga dapat meningkatkan
Gambaran Tingkat Kepuasan..., Amelia Dwi Bonita, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
4
aktualisasi diri, kemampuan komunikasi dan fleksibilitas tanpa harus bertemu dan hanya menggunakan media komunikasi seperti telepon dan email. Murteko (Marini & Julinda, 2009) menyatakan pendidikan dan perkembangan dunia pekerjaan yang semakin maju membuat pria dan wanita sama-sama mempunyai kesempatan untuk mengembangkan karir dan pekerjaan. Sejak semakin banyak wanita yang bekerja dan mempunyai pendidikan yang tinggi, secara alami juga menghasilkan pasangan dengan karir yang berbeda pula (dual-career couples). Menurut Gustafson pasangan dual-career tidak jarang menemui keadaan dimana suami istri
harus
melakukan perjalanan dalam pekerjaan. Hal ini disebabkan karena dunia pekerjaan saat ini semakin dipengaruhi oleh proses globalisasi dan berbagai aktivitas pekerjaan yang tidak dibatasi oleh letak geografis suatu wilayah. Pada era globalisasi ini aktivitas pekerjaan tidak hanya didominasi oleh kaum pria saja. Kaum wanita juga banyak yang memutuskan untuk bekerja, termasuk ibu rumah tangga. Perkembangan wanita karir di Indonesia semakin meningkat. Perkembangan pendidikan dan dunia pekerjaan yang semakin maju membuat baik kaum pria maupun wanita sama-sama memiliki kesempatan untuk mengembngkan karir dan pekerjaan. Peran wanita sebagai pekerja yang aktif sebagai pencari nafkah tersebar diberbagai bidang pekerjaan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia. Taylor & Lounsbury menyatakan (Liza & Julinda) Pasangan dualcareer mungkin dapat berusaha menghindar perpisahan dengan ikut
Gambaran Tingkat Kepuasan..., Amelia Dwi Bonita, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
5
berpindah, namun kenyataan sangat sulit bagi pasangan untuk mendapatkan posisi karir yang sama atau lebih baik dalam lokasi yang sama. Solusi lain yang lebih modern yaitu dengan mengadopsi pola hidup pernikahan jarak jauh dan tinggal di dua daerah yang terpisah atau dikenal dengan istilah commuter marriage, dimana salah satu dari pasangan meninggalkan rumah, pindah cukup jauh dari rumah dan bekerja. Terdapat beberapa penelitian terdahulu tentang commuter marriage, salah satunya dilakukan oleh Handayani (2014) yang menyimpulkan bahwa (76,70%) istri bekerja yang menjalani pernikahan jarak jauh memiliki komitmen yang kuat, dan (23,70%) memiliki komitmen yang lemah. Penelitian yang lain dilakukan oleh Khairunissa (2014) yang menyimpulkan bahwa penyebab terjadinya commuter marriage bukan hanya karena kepentingan keluarga seperti melanjutkan pendidikan atau mutasi pekerjaan, tetapi juga karena menghindari konflik dengan istri pertama atau status sebagai istri kedua. Selain itu, hambatan komunikasi dalam hubungan jarak jauh yang sering menjadi penyebabnya adalah gangguan jaringan dari alat komunikasi.Sedangkan
penelitian
Litiloly
dan
Swastiningsih
(2014)
menyimpulkan bahwa adanya dampak yang dialami subjek penelitian saat ditinggal suami bekerja di luar daerah yaitu pada aspek fisiologis, ekonomi dan anak yang merupakan pemicu stres. Upaya subjek untuk dapat mengatasi stres yang muncul. Upaya yang dilakukan adalah dengan manajemen stres. Manajemen stres yang digunakan oleh kedua subjek yaitu menyelesaikan masalah, mendekatkan diri kepada Tuhan, bekerja dalam porsi wajar.
Gambaran Tingkat Kepuasan..., Amelia Dwi Bonita, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
6
Harmonisasi, berbagi, mengenali penyebab stres,menangis, perencanaan yang baik dan menjaga kesehatan. Salah satu wilayah yang terdapat istri yang menjalani commuter marriage adalah di wilayah Cilacap Utara, Kelurahan Gumilir Jawa Tengah. Di Kelurahan tersebut para suami yang pergi untuk bekerja maupun bertugas ke luar kota dengan jangka waktu sekian bulan memiliki pekerjaan yang bervariasi dan dengan pekerjaan yang memiliki tingkatan. Berdasarkan studi pendahuluan di wilayah Kelurahan Gumilir Cilacap Utara Jawa tengah terdapat lebih dari 100 orang istri yang menjalani commuter marriage. Sebagian besar dalam usia produktif dan memiliki anak yang masih kecil atau belum memiliki anak. Selama menjalani commuter marriage istri akan mengalami pro dan kontra akibat keputusannya memilih tinggal berjauhan, dari wawancara peneliti kepada dua istri mereka lebih mudah terpengaruh pikiran nya oleh komentar sehingga manjadi pesimis keluarganya akan utuh dan kuat akibat menjalani commuter marriage sedangkan suami lebih memilih tidak peduli dengan pendapat orang. Alasan peneliti memilih istri sebagai subjek dalam penelitian ini adalah karena peneliti ingin mengetahui apakah istri merasa tidak puas selama menjalani commuter marriage seperti yang orang nilai selama ini ataukah istri justru merasa puas. Kemudian wawancara yang dilakukan pada subjek pertama bahwa subjek merasa hubungan pernikahan dengan suami rukun bilapun ada rasa tidak senang itu dirasakan subjek beberapa kali hanya sebatas pikiran-pikiran emosinal. Subjek pertama seorang istri berusia 40an tahun bekerja di tempat
Gambaran Tingkat Kepuasan..., Amelia Dwi Bonita, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
7
makan dekat tempat tinggalnya memiliki satu orang putra yang kini tengah berusia 20 tahun. Subjek menjalani commuter marriage dari awal pernikahan hingga sekarang, suami harus sering keluar kota selama tiga bulan karena bekerja sebagai pemborong, sebagai kesepakatan bersama subjek tetap tinggal dirumah bersama putranya. Subjek merasa selama menjalani commuter marriage memiliki kepercayaan satu sama lain dan sangat menjaga kepercayaan suami dengan melakukan yang menjadi pesan suami seperti membatasi diri dengan pria lain dan tidak menerima tamu ketika sendirian, itu selalu dilakukan subjek selama mereka menjalani commuter marriage. Selama dirumah subjek mengurus anak dan bekerja. Subjek mengakui merasa sulit ketika anak masih kecil dan dirumah hanya berdua mengurusnya sendirian kemudian saat anak sudah selesai sekolah dan bekerja sehingga hanya tinggal sendiri, sepulang kerja subjek mengaku terkadang merasa sangat kesepian sehingga kadangkala muncul prasangka dan cemburu namun itu diakui subjek hanya sebuah pikiran yang muncul sekilas, lalu ketika kangen subjek maupun suami akan menghubungi melalui telepon itu subjek dan suami lakukan paling sedikit semingu sekali. Meskipun ini dijalankan subjek dengan sukarela dia dan suami berharap dimasa tua suami tidak perlu lagi merantau dan bisa berkumpul setiap hari. Dari latar belakang masalah hasil wawancara dengan subjek bahwa subjek tidak mengalami tekanantekanan selama menjalani commuter marriage sehingga tidak mempengaruhi kepuasan pernikahan subjek dengan suami, dengan usia pernikahan yang lebih dari 15 tahun hubungan dengan suami masih rukun karena subjek tidak
Gambaran Tingkat Kepuasan..., Amelia Dwi Bonita, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
8
pernah sekalipun melewatkan yang menjadi pesan suami dan secara sukarela menerima sepenuhnya apa yang menjadi pekerjaan suami. Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada subjek kedua Ia merasakan kepuasan pada pernikahannya dengan suami ketika Ia dan suami memiliki kepercayaan dan komitmen yang tinggi, meskipun tidak harus selalu tinggal di rumah yang sama dengan waktu cukup lama namun Ia merasa pernikahannya tetap bahagia karena saling percaya dan menjadikan pekerjaan dan hubungan sebagai prioritas utama. Kemudian dalam studi pendahuluan dengan subjek satu Ia mengatakan pernikahan bahagia ketika bisa mengasuh anak bersama dengan suami dan melakukan komunikasi secara langsung serta hal bersama lainnya, sehingga saat Ia merasa tidak puas dengan suami subjek mengungkapkan Ia menjadi mudah marah dan tersinggung. Subjek mengakui sering mendapat komentar miring dari orang lain mengenai hubungannya dengan suami yang selalu berjauhan sehingga terkadang terpikirkan oleh komentar tersebut dan menjadi curiga terhadap suami. Dalam penelitian tentang kepuasan pernikahan akan mengetahui gambaran tingkat kepuasan pada istri yang menjalani commuter marriage hal ini menjadi penting karena setiap responden tentu merasakan kepuasan maupun tingkatan puas yang berbeda dalam pernikahannya. Dan sebagai informasi baru bagi para istri apakah menjalani pernikahan dengan tinggal dirumah berbeda dengan suami membuat pernikahan pasangan menjadi tidak utuh dan tidak bahagia sehingga memicu tingkat perceraian tinggi atau pasangan tersebut tetap bahagia karena keyakinan dan komitmen yang kuat.
Gambaran Tingkat Kepuasan..., Amelia Dwi Bonita, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
9
Adapun permasalahan yang ditemui pada saat studi pendahuluan berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek mereka merasakan muncul permasalahan ketika menjalani pernikahan jarak jauh seperti pada komunikasi, komunikaasi yang tidak dapat disampaikan secara langsung membuat istri kesulitan dalam menyampaikan informasi emosional dan kognitif serta kesulitan dalam pengambilan keputusan, kemudian kelelahan terhadap peran yang dijalani istri yang juga berperan sebagai ayah dan tugastugas di rumah sekaligus kantor yang rutin dijalani membuat subjek terkadang merasa lelah dengan tuntutan tugas tersebut sehingga dari tekanan yang dialami subjek mempengaruhi kepuasan pernikahan sebagai salah satu yaitu komunikasi dan pembagian peran dalam rumah tangga. Kemudian subjek yang kedua menyatakan bahwa dirinya telah tau resiko dari pekerjaan suaminya sehingga tidak terlalu berat dirasakan ketika harus menjalani commuter marriage, subjek mengatakan dia menjadi lebih focus dalam pekerjaannnya lebih mengatualisasikan dirinya dalam berkarir meskipun peran-peran dirumah juga rutin dilakukan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, latar belakang masalah dan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Kepuasan Pernikahan Pada Istri Yang Menjalani Commuter Marriage Di kelurahan Gumilir Cilacap Utara.
Gambaran Tingkat Kepuasan..., Amelia Dwi Bonita, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
10
B. Perumusan Masalah Manfaat Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu : Bagaimana gambaran kepuasan pernikahan istri yang menjalani commuter marriage berdasarkan aspek-aspek kepuasan pernikahan menurut Fowers dan Olson.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pernikahan istri yang menjalani commuter marriage.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan yang berguna bagi bidang psikologi sosial, dan tentunya memberikan manfaat bagi saya sendiri sebagai mahasiswa yang melakukan penelitian tersebut. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini antara lain : a. Untuk para istri Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan sumber informasi bagi para istri yang menjalani commuter marriage yang berkaitan dengan kepuasan pernikahan dan Commuter marriage
Gambaran Tingkat Kepuasan..., Amelia Dwi Bonita, Fakultas Psikologi, UMP, 2016
11
sehingga akan memotivasi untuk lebih optimis terhadap pernikahan yang dijalani.
Gambaran Tingkat Kepuasan..., Amelia Dwi Bonita, Fakultas Psikologi, UMP, 2016