1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari tahun 1897 ketika Beard menduga bahwa korpus luteum dapat menghambat terjadinya ovulasi. Fellmer pada tahun 1912 mempelajari pengaruh korpus luteum terhadap payudara dan uterus. Moore and Price mengetahui fungsi kelenjar hipofisis dan estrogen serta
progesterone dapat memberikan
rangsangan balik. Corquodale, Thayer dan Doisy antara tahun 1930 dan 1936 mengisolasi estrogen dan progesterone (Manuaba, 2010). Pada akhir tahun 1960-an diketahui dengan jelas bahwa efek samping, baik yang berat maupun ringan, kebanyakan mempunyai hubungan dengan dosis estrogen (Hartanto, 2012). Peranan kadar progesteron semakin mendapat perhatian pada tahun 1980-an. Efek kurang menguntungkan dari progesteron terhadap kadar lemak darah, menyebabkan kadar progesteron semakin dikurangi dengan harapan akan mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler yang berhubungan dengan pemakaian pil. Pengetahuan tentang daya kerja kontrasepstif dari progesteron menghasilkan sejumlah penemuan baru yang hanya berisikan progesteron saja misalnya mini pil, suntikan, IUD yang mengandung progesteron, implant, dan vaginal-ring yang mengandung progesteron (Hartanto, 2012).
1
2
Indonesia merupakan salah satu peserta dari pertemuan di Alma Ata pada tahun 1978 yang diselenggarakan oleh WHO dan UNICEF. Dalam pertemuan tersebut disepakati upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan menetapkan konsep Primary Health Care yang termasuk didalamnya adalah upaya penerimaan keluarga berencana. Sejak saat itu berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam mensukseskan program KB di Indonesia dengan berbagai kebijakan yang dilakukan secara bertahap. Tahapan dimulai dari Management For the People ( tahun 1970-1980) berubah menjadi Management with the People (1989-1990) kemudian berkembang menjadi program lingkaran biru (1985-1988) dan pada tahun 1988 menjadi program KB lingkaran emas (Handayani, 2010). Gerakan KB diperkirakan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam penurunan pertumbuhan penduduk, yaitu sebesar 2,1 % pada tahun 1961-1971 menjadi 1,49 % pada tahun 1990-2000. Penurunan laju pertumbuhan terutama karena tingginya penurunan angka fertilitas total atau Total Fertility Rate (TFR) dari 5,6 pada tahun 1967-1970 menjadi 2,3 tahun 2007. Sementara itu hasil survei nasional pada wanita kawin menunjukkan bahwa pasangan usia subur yang memakai alat/cara KB meningkat dari 60 % pada tahun 2002/2003 menjadi 62 % pada tahun 2007 (BKKBN, 2009) Peserta KB Nasional periode Agustus 2012 sebanyak 6.152.231 orang, yang memilih menggunakan IUD 7,46%, MOW 1,41%, MOP 0,28%, Kondom 7,51%, Implant 5,58%, Suntik 47,94%, Pil 26,81%. Berdasarkan
3
data KB Nasional diketahui bahwa masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek (Statistik Indonesia, 2012). Menurut data BKKBN sampai bulan Oktober 2012 jumlah pasangan usia subur yang menjadi peserta KB aktif di D.I Yogyakarta berjumlah 551.873 pasangan.
Kecenderungan
masyarakat
lebih menyukai
alat
kontrasepsi yang sifatnya hormonal. Untuk Wilayah Bantul jumlah PUS ada 152.127 PUS dengan rincian pengguna implant ada 5,12 %, suntik ada 48,52 %, pil ada 10,88 %. Untuk wilayah Sleman jumlah PUS ada 152.167 PUS dengan rincian pengguna implant 3,86 %, suntik 48,11 %, pil 9,67 %. Wilayah Gunung Kidul jumlah PUS ada 132.143 PUS dengan rincian pengguna implant 7,32 %, suntik 48,56 %, pil 16,85 %. Wilayah Kulonprogo jumlah PUS ada 68.123 PUS dengan rincian pengguna implant 12,8 %, suntik 42,72 %, pil 9,11 %. Wilayah kota Yogya jumlah PUS ada 47.313 PUS dengan rincian pengguna implant 29,64 %, suntik 31,92 %, pil 10,69 %. Pada masyarakat, kontrasepsi hormonal tidaklah asing lagi. Hampir 70% akseptor KB menggunakan metode kontrasepsi hormonal. Namun demikian banyak juga efek samping yang dikeluhkan oleh akseptor KB berkenaan dengan metode kontrasepsi yang dipakainya. Akhirnya banyak kejadian akseptor KB yang drop out karena belum memahami dengan baik bagaimana metode kontrasepsi hormonal tersebut (Handayani, 2010). Efek samping yang sering ditimbulkan pada akseptor KB hormonal adalah antara lain mual-mual, sakit kepala, pertambahan berat badan,
4
pembengkakan payudara dan perubahan di dalam menstruasi. Efek-efek ini tidak berbahaya, tetapi sering kali tidak terasa nyaman (Klein, 2010). Menurut Baziad (2008) kadang-kadang yang menjadi alasan wanita untuk tidak ingin melanjutkan lagi penggunaan kontrasepsi hormonal adalah salah satunya karena terjadi perdarahan sela seperti perdarahan bercak (spotting). Timbulnya berbagai jenis efek samping merupakan alasan yang dipakai oleh kebanyakan wanita untuk menghentikan penggunaan kontrasepsi hormonal. Materi wawancara yang ditanyakan pada saat studi pendahuluan yaitu nama, umur, jumlah anak, alamat, KB apa yang ibu gunakan, sudah berapa lama ibu menggunakan KB, ada efek samping atau tidak (jika ya efek sampingnya apa) dan apakah ibu tetap lanjut menggunakan KB atau tidak. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 responden didapatkan hasil 4 orang mengalami efek samping dan tetap lanjut untuk menggunakan alat kontrasepsi tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penulisan yang berjudul “Pengaruh Efek Samping KB Hormonal dengan Kelangsungan Pemakaiannya Di Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.
B. Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh efek samping KB hormonal dengan kelangsungan pemakaiannya di Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta ?
5
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh efek samping KB hormonal dengan kelangsungan
pemakaiannya
di
Desa
Caturtunggal,
Depok,
Sleman,Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik (umur, jumlah anak, pendidikan dan pekerjaan) pengguna KB hormonal di Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. b. Untuk mengetahui efek samping KB hormonal di Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. c. Untuk mengetahui kelangsungan pemakaian KB hormonal di Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta
D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Pengembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi pemerintah dan tenaga kesehatan dalam usaha membentuk generasi yang cerdas dan berguna bagi nusa dan bangsa.
6
2. Manfaat Praktis a. Bagi Desa Caturtunggal Untuk semakin meningkatkan penyuluhan tentang efek samping KB hormonal. b. Bagi Institusi Universitas Respati Yogyakarta Khususnya untuk perpustakan dapat menambah referensi penulisan yang berkaitan dengan pengaruh efek samping KB hormonal dengan kelangsungan pemakaiannya. c. Bagi Penulis Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah d. Bagi Penulis selanjutnya Sebagai acuan dan referensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan dalam meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh efek samping KB hormonal dengan kelangsungan pemakaiannya.
No 1.
Peneliti
Judul
Variabel
Alawiyah (2011)
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Efek Samping Kontrasepsi Hormonal dengan alat Kontrasepsi Hormonal Di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta
Variabel bebas : tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping kontrasepsi hormonal
Hasil
Perbedaan
Cross Uji statistik Sectional menggunakan chi Dengan kuadrat didapatkan hasil jumlah bahwa nilai P= 0,416. responden 55 Berarti tidak ada orang hubungan antara tingkat pengetahuan tentang efek samping kontrasepsi Variabel terikat hormonal dengan : penggunaan penggunaan kontrasepsi kontrasepsi hormonal. hormonal
Yang diteliti tentang tingkat pengetahuan efek samping kontrasepsi Hormonal sedangkan saya tentang ada tidaknya efek samping. Teknik sampling yang digunakan cluster sampling sedangkan saya menggunakan accidental sampling.
Variabel bebas : Cross Uji statistik dengan chi lama pemakaian Sectional kuadrat didapatkan hasil KB implant Dengan bahwa nilai p value jumlah 0,018<0,05 sehingga Variabel terikat responden 48 dapat disimpulkan : gangguan orang terdapat hubungan lama menstruasi pemakaian KB implant dengan gangguan menstruasi. Dengan rumusan masalah Dan tingkat keeratan : apakah ada hubungan hubungan cukup erat lama pemakaian KB yaitu 0,380.
Yang diteliti lama pemakaian KB implant dengan gangguan menstruasi sedangkan saya yang diteliti pengaruh efek samping dengan kelangsungan pemakaiannya. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling sedangkan saya menggunakan
Dengan rumusan masalah : Apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping kontrasepsi hormonal dengan penggunaan alat kontrasepsi Di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta? 2.
Metode
Sudarwati Hubungan Lama (2010) Pemakaian KB Implant Dengan Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB Implant di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta Tahun 2010
7
3.
Marianti (2011)
implant dengan gangguan menstruasi ada akseptor KB implant di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta tahun 2010? Hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan terjadinya kenaikan berat badan pada akseptor KB Di BPS Mei Suwarsono Depok, Sleman, Yogyakarta
accidental sampling.
Variabel bebas : Lama pemakaian KB suntik DMPA
Kohort Retrospective Dengan jumlah responden 47 Variabel terikat orang : kenaikan berat badan pada Dengan rumusan masalah akseptor KB apakah ada hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan terjadinya kenaikan berat badan pada akseptor KB Di BPS Mei Suwarsono Depok, Sleman, Yogyakarta?
F. Keaslian Penelitian
8
Hasil uji hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan terjadinya kenaikan berat badan diperoleh nilai p= 0,000 (< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan terjadinya kenaikan berat badan. Relative Risk (RR) = 1,923 dan Confidence Interval (CI) = 1,3202,803. Kekuatan hubungan sebesar 0,481 yang artinya cukup kuat
Yang diteliti lama pemakaian KB suntik DMPA dengan terjadinya kenaikan berat badan sedangkan saya pengaruh efek samping KB hormonal dengan kelangsungan pemakaiannya. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling sedangkan saya accidental sampling