BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan individu atau masyarakat yang mengkonsumsinya. Merokok dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan dapat juga dijumpai di berbagai tempat umum. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok tetap saja tidak menghiraukan larangan tersebut. Sekarang rokok bukan saja dikonsumsi oleh orang dewasa tetapi juga remaja bahkan anak-anak sudah mulai mengenal rokok dan mencoba untuk mengkonsumsi rokok. Berdasarkan data Global Youth Survey menyebutkan bahwa 34% remaja usia SMP pernah merokok, walaupun berbagai survey membuktikan tingkat mortalitas akibat rokok dari tahun ke tahun semakin meningkat. Data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) menunjukkan, bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang melaksanakan GATS (16 low dan middle income countries), Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif tertinggi, yaitu 67,0 % pada laki-laki dan 2,7 % pada wanita (bandingkan dengan India, 2009): laki-laki 47.9% dan wanita 20.3 %; Philippines (2009): laki-laki 47,7 % dan wanita 9,0%; Thailand (2009): laki-laki 45,6% dan wanita 3,1%; Vietnam (2010): 47,4% laki-laki dan 1,4% wanita; Polandia (2009): 33,5% laki-laki dan 21.0% wanita). Pada populasi dewasa, 56,7 % laki-laki
1
2
dewasa (57,6 juta), 1,8% wanita dewasa (1,6 juta) dan 29,2% dari jumlah total (50,3 juta) merokok setiap hari (WHO, 2012). Di Yogyakarta sendiri penggunaan rokok menyumbangkan angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 23,8% merokok setiap harinya dan 6% merokok kadang-kadang dengan rata-rata penggunaan rokok 9,9 batang perharinya (Riskesdas, 2007). Hasil survey perilaku merokok di Yogyakarta pada tahun 2005 menunjukkan bahwa usia mulai merokok cenderung semakin muda. Sementara hasil survey tahun 2008 tentang perilaku merokok remaja SMP dan SMA (12-18 tahun) di yogyakarta melaporkan bahwa hampir 50% remaja setingkat SMA dan 30% remaja setingkat SMP pernah mencoba untuk merokok. Dari sejumlah remaja tersebut, hanya 37,5% remaja yang bisa melepaskan diri untuk tidak merokok, sementara sebanyak 9,3% di antaranya menjadi perokok rutin, dan 3% diantaranya adalah remaja putri (Dinkesprov DIY, 2009). Pada tahun 2004, tiga dari empat rumah tangga di Indonesia (71%) memiliki paling sedikit satu anggota keluarga yang merokok. Hampir semua perokok (84%) merokok di rumah ketika sedang bersama dengan anggota keluarga lainnya. Bahkan pada tahun 2007, terjadi peningkatan menjadi 85,4% (Riskesdas, 2007). Diperkirakan lebih dari 97% penduduk Indonesia terpapar secara tetap pada asap tembakau lingkungan dirumah mereka sendiri, 43 juta diantaranya adalah anak-anak usia 0-14 tahun. Data dari GATS (2011), anak yang berusia 13-15 tahun sebanyak 81% terpapar asap rokok di tempat umum, dan data ini merupakan tertinggi di dunia. Perokok pasif mempunyai risiko terkena penyakit akibat rokok.
3
Sebanyak 16 persen pelajar SMP dan SMA di Kota Yogyakarta adalah perokok. Dari jumlah tersebut, 12 persen merupakan perokok eksperimenter dan 4 persen perokok reguler. Eksperimenter adalah kelompok pelajar yang beberapa kali mencoba dengan teman, sedangkan perokok reguler ialah kelompok pelajar yang merokok rutin setiap hari. Survei tersebut dilakukan Quit Tobacco Indonesia, Fakultas Kedokteran (FK) UGM, terhadap 2.015 siswa SMP dan SMA di Kota Yogyakarta (Gusti, 2011) Angka merokok pada siswa SMKN 3 Yogyakarta sebanyak 72,73% dari responden pria menyatakan pernah merokok dan sebanyak 27,27% tidak pernah merokok. Sebanyak 3,57 dari responden wanita menyatakan pernah merokok dan 96,43%
tidak
pernah
merokok.
Sebanyak
24,10%
responden
pernah
mengkonsumsi rokok, 12,4 sering mengkonsumsi rokok, dan 4,82% selalu mengkonsumsi rokok.mengenai informasi kegiatan merokok di terima oleh siswa SMKN 3 Yogyakarta ini 38,55% diperoleh dari teman , 21,69% dari orang tua, 2,41% dari yang lainnya (Tariza, 2013). Melihat fenomena yang ada tentang rokok, sekarang sudah banyak orang yang merokok dan didominasi oleh remaja. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti persepsi remaja terhadap dampak rokok dan harapan terhadap perilaku merokok.
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar bekakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah, “bagaimana persepsi remaja terhadap dampak rokok dan harapan terhadap perilaku merokok ?”
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
persepsi remaja terhadap dampak rokok dan harapan terhadap perilaku merokok. 2.
Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk : a. Mengetahui
gambaran
persepsi
remaja
terhadap
dampak
rokok
berdasarkan indikator kesehatan dan ekonomi. b. Mengetahui gambaran harapan remaja terhadap perilaku merokok berdasarkan indikator aturan tentang rokok dan area merokok. c. Mengetahui hubungan antara persepsi remaja terhadap dampak rokok dengan harapan terhadap perilaku merokok. . D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan keperawatan dengan mengetahui persepsi remaja terhadap dampak rokok dan harapan terhadap perilaku merokok di kota Yogyakarta.
5
2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti Meningkatkan keilmuan penulis dalam penelitian selanjutnya dan menambah referensi yang telah ada. b. Bagi institusi pendidikan Sebagai masukan dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan yang berkaitan dengan dampak rokok dari segi kesehatan dan ekonomi. c. Bagi Pemerintah Daerah Yogyakarta Sebagai masukan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan arah kebijakan program promosi kesehatan yang berkaitan dengan dampak rokok dan perilaku merokok.
E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai persepsi terhadap perilaku merokok sebelumnya sudah banyak dilakukan dengan berbeda subjek, metode, dan lain-lain. Akan tetapi, penulis belum menemukan penelitian yang membahas mengenai harapan masyarakat terhadap perilaku merokok. Beberapa penelitian mengenai persepsi terhadap perilaku merokok yang pernah ada, antara lain : 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Liana (2011) dengan judul “Persepsi Mahasiswa Terhadap Perilaku Merokok di Kampus Terpadu Politeknik Kesehatan Kemenkes Nangroe Aceh Darussalam” dengan tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran umum tentang perilaku merokok dan hubungan
6
antara persepsi, khususnya persepi mengenai ancaman, keuntungan, dan hambatan dengan perilaku merokok di kampus terpadu Politeknik Kesehatan Nangroe Aceh Darussalam. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan cross-sectional yang termasuk penelitian analitik observasional dengan alat ukur kuesioner berstruktur. Jumlah total populasi sebanyak 226 responden. Analisis data yang digunakan adalah analisis data bivariabel menggunakan uji chi square, t-test dan anova dan multivariabel menggunakan multiple logistic regresion dengan nilai p<0,05. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi kerentanan dan ancaman dengan perilaku merokok, terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi hambatan dan keuntungan tidak merokok dengan perilaku merokok. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2009) dengan judul “Gambaran Persepsi, Sikap, dan Perilaku Merokok pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Urban Kabupaten Sleman”. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 190 orang dengan teknik pengambilan sampel acak sistematis. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner, kemudian data dianalisa menggunakan uji statistik deskriptif. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa secara umum responden memiliki persepsi dan sikap yang baik terhadap merokok meskipun prevalensi merokok masih tinggi.
3.
Pada penelitian Ikasari, D (2006), “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Remaja Tentang Merokok di Sekolah Seni Rupa Yogyakarta”.
7
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 66 orang siswa kelas 1 dan kelas 2 sekolah menengah seni Yogyakarta. Hasilnya adalah sebagian siswa mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang merokok dan bahayanya bagi kesehatan serta tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap remaja tentang rokok. Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pada variabel, sampel dan metode yang digunakan. Peneliti hanya menggunakan dua variabel yaitu persepsi dan harapan siswa SMA dan yang sederajat di kota yogyakarta. Selain itu peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner.