15
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika
salah
satu cabang ilmu
pengetahuan yang sudah
dipelajarisejak taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Seiring berjalannya waktu dalam
pembelajaran
matematika
tentu
muncul
permasalahan-permasalahanyang menyebabkan pembelajaran matematika di sekolah menjadi tidak efektif dan prestasimatematika siswa kurang optimal. Mungkin salah satu penyebab permasalahan tersebut yaitu siswa memiliki kekurangan dalam hal kecerdasan logis-matematis. Menurut Chatib (2012), “Kecerdasan logis-matematis melibatkan banyak komponen : perhitungan secara matematis, berpikir logis, nalar, pemecahan masalah, pertimbangan deduktif, dan ketajaman hubungan antara pola-pola numerik”. Salah satu bagian dari kemampuan matematika adalah memecahkan masalah matematika. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran dan penyelesaian soal, siswa akan mendapatkan pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan dalam pemecahan masalah sehingga siswa akan lebih analitik dalam mengambil keputusan. Pembelajaran matematika hendaknya mengutamakan pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Holmes (Wardhani, 2010), “Latar belakang atau alasan seseorang perlu belajar memecahkan masalah
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Arifatun Fitriasih, FKIP UMP, 2017
16
matematika adalah adanya fakta dalam abad dua puluh satu ini bahwa orang yang mampu memecahkan masalah hidup dengan produktif. Menurut Holmes (Wardhani, 2010), orang yang terampil memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global”. Menurut laporan Trends in International mathematics and Science Study (TIMSS) 2007, siswa Indonesia berada pada posisi 36 dari 49 negara yang disurvei. Prestasi Indonesia jauh dibawah negara-negara Asia lainnya. Dengan rata-rata skor internasional 500 dan standar diviasi 100, nilai matematika Indonesia berada pada skor 397. Dengan demikian nilai matematika Indonesia berada signifikan dibawah nilai rata-rata internasional. Berdasarkan Indonesia
hasil
survey
PISA 2009,
sebanyak
49,7%
siswa
mampu menyelesaikan masalah rutin yang konteksnya masih
umum, 25,9% siswa mampu menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan rumus, dan 15,5% siswa mampu melaksanakan prosedur dan strategi dalam pemecahan masalah. Sementara itu 6,6% siswa dapat menghubungkan masalah dengan kehidupan nyata dan 2,3% siswa mampu menyelesaikan masalah yang rumit dan mampu merumuskan, dan mengkomunikasikan hasil temuannya. Ini berarti presentase siswa yang mampu memecahkan masalah dengan strategi dan prosedur yang benar masih sedikit jika dibandingkan dengan presentasi siswa yang menyelesaikan
masalah
dengan
menggunakan
rumus. Di satu sisi
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Arifatun Fitriasih, FKIP UMP, 2017
17
pemecahan masalah matematika penting, tetapi di sisi lain siswa sering mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah matematika. Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan wawancara dan observasi dengan guru mata pelajaran matematika MTs Negeri Model Purwokerto kelas VIII I. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi terdapat beberapa masalah, antara lain : masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga siswa kurang dapat memahami materi yang diberikan guru, siswa sering menarik dirinya untuk bisa berinteraksi dengan teman-temannya saat berdiskusi, siswa seringkali menghindari kontak mata untuk menjawab pertanyaan dari guru, siswa masih kurang bisa dalam membedakan operasi penjumlahan dan perkalian pada bentuk aljabar, siswa masih ragu dalam mengungkapkan pendapatnya, siswa masih sering menghafal materi yang ada dibuku sehingga siswa masih sering lupa ketika guru bertanya tentang materi tersebut, siswa masih sering salah dalam memilih bentuk-bentuk faktorisasi aljabar dalam menyelesaikan soal, siswa masih bingung dalam mengerjakan soal cerita, siswa kesulitan memodelkan soal tersebut. Berdasarkan informasi yang didapat dari guru beberapa permasalahan yang terjadi pada saat proses pembelajaran di kelas VIII I MTs Negeri Model Purwokerto, yaitu :
siswa mengalami kesulitan dalam membuat model
matematis dari permasalahan sehari-hari, kesulitan dalam merumuskan penyelesaian, kesulitan dalam melakukan penyelesaian, dan menyimpulkan hasil. Hal tersebut diperkuat dengan hasil ulangan harian kemampuan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Arifatun Fitriasih, FKIP UMP, 2017
18
pemecahan masalah siswa kelas VIII I MTs Negeri Model Purwokerto berdasarkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa didapatkan siswa melakukan tahap memahami masalah sebesar 35,13 %, tahap merencanakan penyelesaian 19,23 %, dan tahap memecahkan masalah atau melaksanakan rencana sebesar 45,64 %, sedangkan tahap memeriksa proses dan hasil yang diperoleh sebesar 0%, sehingga terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih tergolong rendah. Bagi para guru matematika khususnya, berdasarkan fakta dan kondisi tersebut hendaknya menjadi perhatian dan bahan evaluasi tentang strategi pembelajaran matematika yang sudah diterapkan selama ini. Seringkali guru menemukan siswanya yang mengalami kesulitan belajar matematika. Jika kesulitan belajar matematika maka siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika dengan cara yang benar. Sebelum
berkomunikasi
dengan
siswanya
guru
matematika
mempunyai tugas penting yaitu menganalisis konsep dalam materi yang akan disajikan, melakukan perencanaan secara baik disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
siswa.
Guru
juga
bertanggungjawab
memberikan
pengarahan dalam belajar dan mengoreksi kesalahan siswa. Selain itu, guru perlu memberikan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga membangkitkan minat dan motivasi siswa. Namun sebagian besar guru masih belum membuat variasi dalam mengajar atau hanya menggunakan satu metode
yang
sama selama
mengajar
sehingga
mengakibatkan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Arifatun Fitriasih, FKIP UMP, 2017
19
pembelajaran
kurang
efektif
dan kurang
mengasah
kemampuan
matematika lainnya seperti kemampuan pemecahan masalah matematis. Pada proses pembelajaran matematika untuk memahami suatu materi dibutuhkan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah siswa ketika mengikuti pembelajaran matematika rendah dapat disebabkan oleh berbagai hal. Sesuai dengan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang kemampuan pemecahan masalah siswa khususnya tentang kemampuan merencanakan penyelesaian
dalam
memecahkan
masalah
matematika
karena masih banyak siswa tidak mengerti apa yang mereka kerjakan dan hanya terpaku pada penggunaan rumus yang sudah ada tanpa mengerti alasan mengapa rumus tersebut yang digunakan. Peneliti mengharapkan siswa
dapat
menyelesaikan masalah matematika
dengan baik serta
mampu memberi alasan terkait penyelesaian terhadap masalah tersebut. Strategi yang dapat merealisasikan hal tersebut adalah strategi pemecahan masalah working backward yakni strategi pemecahan masalah bekerja mundur. Ketika strategi pemecahan masalah bekerja mundur diterapkan kemampuan dalam memeriksa kembali siswa akan terasah karena untuk memecahkan masalah matematika dengan bekerja mundur diperlukan pemahaman. Diharapkan strategi pemecahan masalah working backward
dapat
membantu
siswa
menyelesaikan
permasalahan-
permasalahan matematika dan meningkatkan kemampuan pemecahan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Arifatun Fitriasih, FKIP UMP, 2017
20
masalah matematika siswa yang difokuskan
terhadap
kemampuan
merencanakan penyelesaian. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: Apakah pembelajaran berbasis masalah melalui strategi working backward dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswakelas VIII I MTs Negeri Model Purwokerto ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII I MTs Negeri Model Purwokerto menggnakan model pembelajaran berbasis masalah melalui strategi pemecahan masalah working backward. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa a) Membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dalam menyelesaikan permasalahan matematika dengan menggunakan strategi pemecahan masalah working backward. b) Memudahkan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika
melalui strategi working backward.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Arifatun Fitriasih, FKIP UMP, 2017
21
2. Bagi Guru Membantu guru dalam mendukung siswa, khususnya dalam memilih dan menerapkan
strategi
pembelajaran
untuk
mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah. 3. Bagi Sekolah Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah terutama dalam pembelajaran matematika. 4. Bagi Peneliti Dapat
meningkatkan
pemahaman
dan
kemampuan
peneliti
terhadap strategi pemecahan masalah working backward sehingga dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran matematika di sekolah.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Arifatun Fitriasih, FKIP UMP, 2017