BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada pada setiap jenjang pendidikan dan memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi siswa yang berkualitas. Trianto (2010: 136) mengemukakan IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistemis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejalagejala alam . IPA merupakan suatu cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis dan tidak hanya menekankan pada penguasaan konsepkonsep, fakta, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, serta keterampilan siswa terhadap lingkungannya. Pembelajaran IPA mulai diajarkan dari jenjang Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah seharihari. Trianto, (2011: 141) menyatakan pembelajaran IPA merupakan suatu hasil dari serangkaian kegiatan untuk mengembangkan pengetahuan, konsep, dan fakta tentang alam sekitar yang diperoleh berdasarkan pengalaman melalui serangkaian proses kerja ilmiah. Proses pembelajaran IPA
yang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan menekankan pada pendekatan keterampilan proses bertujuan agar siswa dapat menemukan faktafakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa yang
1 Upaya Meningkatkan Kerjasama..., Siti Rodiyah, FKIP, UMP, 2017
2
memiliki pengaruh terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Pelaksanaan
pembelajaran
IPA
tidak
selalu
berjalan
efektif.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan siswa dan guru kelas V SD Negeri 1 Karangbawang, ditemukan permasalahan pada pembelajaran IPA diantaranya siswa cenderung lebih menyukai mengerjakan sesuatu sendiri dan tidak menyukai kegiatan kelompok dan diskusi, hanya sebagian anak saja yang aktif saat berdiskusi. Siswa enggan memberikan pendapat saat berdiskusi dan susah menerima pendapat dari siswa lain. Faktor lain yang menunjukkan kemampuan bekerjasama siswa rendah yaitu saat kegiatan kelompok berlangsung siswa cenderung mengerjakan tugas kelompok sendiri dan tidak melakukan diskusi terlebih dahulu dengan anggota kelompoknya karena ada beberapa siswa yang cenderung pasif saat melaksanakan kegiatan kelompok. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan kepada 32 siswa, sebanyak 59,3 % atau 19 anak yang cenderung pasif saat kegiatan kelompok berlangsung. Sikap kerjasama siswa yang rendah bukan satu satunya permasalahan yang ada di kelas, namun ada beberapa permasalahan seperti kemampuan siswa dalam menyerap materi tergolong masih rendah, karena siswa cenderung hanya belajar materi pelajaran ketika berada di lingkungan sekolah saja, selain itu siswa cenderung mudah lupa dengan materi yang disampaikan oleh guru karena siswa hanya membaca buku dan mendengarkan penjelasan guru saat pembelajaran dan tidak melakukan praktek langsung agar siswa dapat memahami materi yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa.
Upaya Meningkatkan Kerjasama..., Siti Rodiyah, FKIP, UMP, 2017
3
Hasil observasi menyatakan bahwa dari 32 siswa 19 atau 59,37% siswa memiliki nilai yang belum memenuhi KKM yaitu 70, lalu 13 siswa atau 40,62% siswa telah memenuhi KKM. Permasalahan tentang kemampuan kerjasama dan prestasi belajar siswa yang rendah menjadi alasan dilakukannya refleksi dengan melibatkan guru guna mencari pemecahan masalah tersebut. Salah satu solusi yang dapat digunakan yaitu dengan memilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat, menarik, dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga dapat mengembangkan aktifitas belajarnya. Dengan memperhatikan kondisi yang ada, maka alternatif pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut Gulo (2004:
84) inkuiri merupakan rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sitematis, kritis, logis, analitis, sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya. Penemuan yang dilakukan siswa tidak terlepas dari peran guru yang membimbing siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri terbimbing (guide inquiry) merupakan salah satu model pembelajaran berkelompok yang memberi siswa kesempatan untuk berpikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Pembelajaran inkuiri terbimbing
membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab
individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya. Pembelajaran inkuiri terbimbing ini sesuai dengan sifat anak usia sekolah dasar yaitu menyukai hal-hal yang dialaminya secara langsung. Karakteristik anak usia sekolah dasar menurut Piaget masih dalam tahap
Upaya Meningkatkan Kerjasama..., Siti Rodiyah, FKIP, UMP, 2017
4
operasi konkrit (Kuswana, 2013 : 157). Artinya anak sudah mampu untuk berpikir logis, namun masih belum dapat memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Untuk itu dibutuhkan media pembelajaran yang bersifat konkrit untuk memudahkan penanaman konsep siswa. Penggunaan media pembelajaran yang tepat tentu akan memudahkan siswa untuk memahami materi pembentukan tanah yang akan diajarkan. Media yang akan digunakan adalah benda yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari siswa. Penggunaan media pembelajaran berupa benda yang dapat dijumpai di kehidupan seharihari , diharapkan siswa akan lebih mudah memahami penjelasan mengenai materi pembentukan tanah . Berdasarkan uraian di atas, dilakukannya penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing sebagai upaya mengatasi kurangnya kerjasama dan prestasi belajar IPA materi pembentukan tanah di kelas V SD Negeri 1 Karangbawang. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing digunakan karena di dalam proses pembelajarannya terdapat unsur kerjasama yang harus dimiliki setiap siswa. Pada saat pelaksanaan eksperimen, setiap siswa harus saling bekerjasama dalam kelompoknya supaya pelaksanaan eksperimen berjalan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh guru. Pembelajaran dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar IPA materi pembentukan tanah .
Upaya Meningkatkan Kerjasama..., Siti Rodiyah, FKIP, UMP, 2017
5
B. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar belakang masalah yang peneliti uraiakan sebe-
lumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan sikap bekerjasama siswa dalam pembelajaran IPA materi pembentukan tanah pada siswa kelas V SD Negeri 1 Karangbawang? 2. Apakah
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pembentukan tanah pada siswa kelas V SD Negeri 1 Karangbawang. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan pokok diatas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Meningkatkan sikap bekerjasama siswa kelas V
SD Negeri 1
Karangbawang dalam pembelajaran IPA materi pembentukan tanah melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing. 2. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Karangbawang dalam pembelajaran IPA materi pembentukan tanah melalui
model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
Upaya Meningkatkan Kerjasama..., Siti Rodiyah, FKIP, UMP, 2017
6
D. Manfaat Peneletian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi Siswa Manfaat penelitian ini bagi siswa yaitu memberikan kontribusi kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam bekerjasama dan memahami materi yang disampaikan guru. 2. Bagi Guru Manfaat penelitian ini bagi guru adalah sebagai acuan bagi guru lain untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan meningkatnya kemampuan pengelolaan kelas. 3. Bagi Sekolah Manfaat bagi sekolah adalah memberikan kontribusi positif pada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas proses dan prestasi belajar.
Upaya Meningkatkan Kerjasama..., Siti Rodiyah, FKIP, UMP, 2017