BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Era global mengakibatkan bermacam-macam kebutuhan semakin meningkat yang harus segera dipenuhi. Berawal dari kebutuhan yang terus menuntut, muncul berbagai masalah. Layanan bimbingan dan konseling menjadi salah satu kebutuhan membantu orang (helping people) mengatasi segala masalah. Siswa yang kesulitan belajar, individu yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan tempat tinggalnya merupakan garapan dari bimbingan dan konseling dalam berbagai seting kehidupan. Untuk itu, diperlukan teknik konseling yang diperlukan untuk membantu individu Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam teknik konseling adlah teknik behavioral. Teknik behavioral merupakan teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan dan konseling berbagai macam teknik behavioral dintaranya adaah teknik evesi, teknik modeling pengkondisian operan dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Gambaran Umum Teori Behavioristik ? 2. Bagaimana Model Konseling Behavioral ? 3. Bagaimana Ragam Teknik Behavioral?
C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui konsep dasar teori behavioral 2. mengetahui model konseling behavioral 3. mengetahui teknik yang digunakan dalam konselingbehavioral
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Teori Behavioristik Behaviorisme
merupakan pandangan ilmiah tentang tingkah laku
manusia. Menurut behavioristik manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budaya, sehingga perilaku manusia dapat dipelajari. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar sehingga dapat dibah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisikondisi belajar. Terapi behavioral tidak berlandasakan sekumpulan konsep yang sistematik, juga tidak berakar pada suatu teori yang dikembangkan dengan baik. Sekalipun mempunyai banyak teknik, terapi behavioral memiliki sedikit konsep. Terapi behavioral merupakan suatu pendekatan induktif yang berlandaskan eksperimen-eksperimen dan menerapkan metode eksperimental pada proses teurapeutik. Terapi behavioristik membunyai implikasi dalam bimbingan dan konseling. Hal yang mendasar dalam konseling behavioral adalah prinsip penguatan (reinforcement) sebagai suatu kreasi dalam upaya memperkuat atau mendukung suatu perilaku yang dikehendaki. Konsep penguatan tersebut berasal dari percobaan Pavlov (Teori Classical Condiutioning) dan Skinner (Teori Instrumnetal Conditioning). Ada tiga hal yang dapat memberikan penguatan diantranya adalah positive reinforcer, negative reinforcer, dan no consequence and neutral stimuli. Menurut Krumboltz dan Thoresen (Surya, 2003,26) konseling behavioral merupakan suatu proses membantu untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Tujuan umum terapi behavioral adalah menciptakan kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah segenap tingkah laku dapat dipelajari termasuk tingkah laku yang maladaptive agar tingkah laku yang diperoleh menjadi lebih efektif. Terapis behavioral harus aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni
2
terapis menerangkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemeahan masalahmasalah manusia pada konseli. Karena tidak ada teori utuh yang mendasari praktek kelompok, maka para behaviorist mengadakan perkumpulan yang dinamakan behavior therapy. Para ahli behavior menekankan pada belajar dan modifikasi perilaku sebagai perlawanan terhadap treatment yang didasarkan pada gejala-gejala. Behaviorisme menjadi popular dalam konseling dan pelatihan hubungan manusiawi serta terkadang dalam kelompok . pendekatan behavioristik memandang bahwa perilaku, kognisi dan perasaan bermasalah terbentuk karena dipelajari sehingga dapat diubah melalui proses belajar. Secara umum, behavioris di dalam dan diluar adegan kelompok menekankan pada proses, pengalaman di sini dan kini, belajar, perubahan tindakan menyimpang, pembatasan tujuan yang spesifik, dan teknik yang ditunjang secara ilmiah. Sebagai suatu kelompok, praktisi memberikan prosedur yang kongkrit dan fragmatis yang disesuaikan dengan kebutuhan individu yang diverifikasi secara empiric. Dalam kelompok, secara praktis hamper semua materi konseptual dan teoretikal berasal dari teori behavioral dan diintegrasikan dalam wilayah terapi behavior yang saling berhubungan erat. Kelompok behavioral baik interpersonal ataupun transaksional bergantung pada maksud pemimpin dan anggota.
B. Metode Konseling Behavioral Konseling behavioral dapat proses nya dapat menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan konseling behavioral. Metode yang dapat digunakan
dalam
konseling
behavioral
menurut
Krumboltz,
dapat
dikategorikan menjadi empat pendekatan yakni: 1. operant learning 2. unitative learning atau social modeling 3. cognitive learning 4. emotional learning
3
Dalam Pendekatan operant learning, hal yang harus diperhatikan adalah penguatan (reinforcement) yang dapat menghasilakan perilaku konseli yang dikehendaki. Konselor dapat memilih tindakannya agar dapat memberikan penguatan terhadap perilaku konseli. Selain itu juga konselor dapat memanfaatkan situasi dari luar konseli yang dapat memperkuat perilaku konseli yang dikehendaki. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan adalah, penguatan memiliki kemungkinan untuk mendorong konseli, penguatan dilakukan secara sistematis, konselor mengetahui kapan dan bagaimana menggunakan penguatan tersebut, dan konselor dapat merancang perilaku yang memerlukan penguatan. Metode unitative learning atau social modeling diterapkan oleh konselor dengan merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model oleh konseli. Model-model perilaku adaptif dapat dalam bentuk rekaman pengajaran berprogram, video, film hendaknya
berprestise,
berkompeten,
atau biografi. Model yang dipilih dapat
diketahui,
atraktif,
dan
berpengaruh. Metode cognitive learning atau pembelajaran kognitif merupakan metode berupa pengajaran secara verbal, kontak antara konselor dengan konseli dan bermain peran. Metode in lebih banyak menekankan aspek perubahan kognitif konseli dalam upaya membantu konseli memecahkan masalahnya. Metode emotional learning diterapkan pada individu yang mengalami kecemasan. Metode emotional learning dilakukan dalam situasi rileks yang menghadirkan ransangan yang menimbulkan kecemasan bersama suatu rangsangan lain yang menyenangkan. Dengan demikian maka kecemasan dapat berkurang dan akhirnya dapat dihilangkan.
C. Teknik Konseling Behavioristik 1. Desentralisasi Sistematik Desentralisasi sistematik adalah suatu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi behavioral. Desentralisasi sistematik digunakan
4
untuk memghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan pemunulan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang dihapuskan. Wolpe (Corey, 2007,208) yang mngembngkan teknik desentralissasi sistematik, beliau mengemukakan bahwa segenap tingkah laku neurotik adalah ungkapan dan kecemasan yang bisa dihapusleh respon yang berlawanan. Dengan pengkondisian klasik, kekuatan stimulus pengahasil kecemasan tersebut dilemahkan dengan dikendalikan dan dihapus melalui penggantian stimulus. Desentralisasi sistematik melibatkan teknik relaksasi. Konseli dilatih
untuksantai
dan
mengasosiasikan
keadaan
santai
dengan
pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan. Desentralisasi sistematik adalah teknik yag cocok digunakan untuk menangani fobia, tetapi keliru apabila menganggap teknik ini hanya diterapkan
adalam
ganggguan
ketakutan–ketakutan.
Desentralisasi
sistematik adapat diterapkan pada berbagai situasi kecemasan mencakup interpersonal ketakutan menghadapi ujian, ke emasan neurotic, impotensi dan frigitas seksual. Wolpe mengungkapkan bahwa tiga penyebeb kegagalan dalam pelaksanaan desentralissaasi sistenmatik adalah kesuitan –kesulitan dalam relaksasai, yang bida merujuk pada kesulitan komunikasi antra konseli dengan konselor , tinkatan yang menyesatkan atau tidak relevan yang melibatkan penanganan yang keliru dan ketidakmemadaaiana dalam membayangkan. Saffer dan Galinsky dalam terapi tentang tingkah laku kelompok, menunjukan bahwa belum ada keterangan yang muncul tentang model kelompok. Pendekatan terapi behavioral dalam kelompok secara khas memperkenalkan prosedur terapi behavior yang berorientasi individual dalam seting kelompok. Pada kelompok yang menggunakan desentralisasi sistematik , teknik –teknik individual digunakan dalam keompok. Saffer dan Galinsky menunjuk Lazarua sebagai seorang yang pertama menggunakan prosedur desentralisasi sistematik dala kelompok.
5
Prosedur kelompok dianjurkan pada konsei yang mengalami kecemasan uyang berada pada situasi spesifik. Kelompok biasanya terdiri atas berbagai partissipan yang memiliki kekuatan kecemasan yang sama. Iklim kelompok dipandang sebagai agen yang suportif dan memperkuat dukungan dalam kegiatan pengambilan resiko, di dalam maupun di luar kelompok dan perkuatan diberikan bagi keberhasilan- keberhasilan.
2. Terap Impolsif Dan Pembanjiran Teknik –teknik pembanjiran berlandaskan paradigma mengenai penghapusan eksperimental. Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang- ulang tanpa pemberian perkuatan. Teknik pembanjiran berbeda dengan teknik desentralisasi sistematik dalam arti teknik pembanjiran tidak menggunakan pengkondisian balik maupun tingkatan kecemasan
kecemasan. konseli
Terapis
memunculkan
membeyangkan
situasi
stimulus
penghasil
daterapis
berusaha
mempertahankan kecemasan konseli. Stampt (1975) mengembngkan ateknik yang berhubungan dengan teknik pembanjiran yang disebut dengan terapi impolsif yang bersasumsi bahwa tingkah laku neurotik melibatkan pengindraan terkondisi atas stimulus penghasil kecemasan. Terapi impolsif berbeda dengan terpai desentral;isasi sisrtematik dalam usaha terapis untuk mengahindarkan luapan emosi masip. Alas an yang digunakan oleh teknik ini adalah jika seseorang berulang –ulang dihapdakan pad akondisi kondisi kecemasan dan konsekuensi yang menakutkan tidak muncul maka kecemasan terdeteksi dan terhapus. Stampt (1975) mencatata
beberapa contoh bagaimana terapi
impolsif berlangsung. Prosedur penangnan konseli mencakup pencarian stimulus-stimulus yang memicu gejala, manaksir gejala yang berkaitan dan bagaimana gejala tersebut membentuk tingkah klaku konseli, meminta konseli untuk membayangkan apa yang dijabarkan tanpa disertai dengan pencelaan terhadap situasi yang dihadap, bergerak semakindekat pada
6
ketakutan yang paling kuat dan paling ingi dihindarinya dan mengulang prosedur tersebut sampai kecemsanan tidka muncul dalam diri koseli. Stampt (1975) mencatat sejumlah studi yang emmbuktikan terapi impolsif dalam menanganai pasien yang mengalami gangguan jiwa di rumahsakit, para psien neurotic, pasien psikotik, dan orng yang menderita fobia. Stampt meyatakan bahwa terapi impolsif berbeda dengan terapi konvensional dalam arti terapi impolsif tidakmenekankan peahaman sebagai agen teurapuetik. Tarapi impolsif adalah metode langsung yang menantang pasien untuk menatap mimpi buruknya. 3. Latihan Asertif Pendekatan behavioral mendapatkan popularitas paling cepat adalah asertif yang bisa diterapkan dalam situasi interpersonal individu yang mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menegaskan diri adalah tindakan yang benar. Latihan asertif akan membantu orang yang tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, menunjukan kesopaann yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk selalu mendahuluinya, memiliki kesulitan mengungkapkan tidak, mengalami kesulitan dalam mengungkapkan efeksi dan respon positif lainnya, merasa tidakk punya hak dalam memiliki perasaan sendiri. Tingkah alku menegaskan diri pertamad ipraktekan dalam situasi permainan peran, dari situasi diusahakan agar tingkah laku menegaskan diri tersebut diperaktekan dalam situasi kehidupan nyat, terapis memberikan bimbingan dengan memperlihatkan bagaiama konseli bisa kembali kepada tingkah laku semula tidak tegas, serta memberikan pedoman untuk memperoleh tingkah alku menegaskan diri yang diperolehnya. Saffer dan Galinsky menerangkan bagaimana kelompok berlatih asertif dibentuk dan berfungsi. kelompok terdiiri dari delapan atau sepuluh anggota yang memiliki latar belakang yang sama, dan sesion terapi berlangsung selama dua jam. Terapis bertindak sebagai penyelenggara dan pengarah permaianan peran, pemberi perkuatan dan sebagai model peran.
7
Dalam diskusi kelompok terapis bertindak sebagai ahli yang memberikan bimbingan dalam situasi permaianna peran, dan memberikan umpan balik kepada para anggota. Seperti kelompok terapi behavior lainnya, kelompok latihan asertif dengan struktur yang mempunyai pemimpin. Secara khas session berstruktur sebagai berikut, pertama dimulai dengan pengenalan didaktik etentang kecemasan sosial yang tidak realistic, kedua memperkenalakan latihan relaksaasi dan masing masing anggota menerangkan tingkah laku spesifik dalam situasi interpersonal yang dirasakan menjadi masalah. Para anggota kemudian membuat perjanjian dengan menegaskan diri sebeluum memasuki sesi berikutnya, sesi ketiga, anggota menerangkan tingkah alku menegaskan diri yang telah dicoba dalam situasi kehidupan nyata. Mereka mengeveluasi dan jika mereka belum berhasil kelompok langsung menjalankan permainan peran. Sesi selanjutnya terdiri atas penambahan latihan relaksasi pengulangan perjanjian untuk menjalankan penagasan diri, yang dievaluasi. Sesi yang terakhgir bisa disesuaikan dengan ebutuhan anggota. Terapi kelompok latihan afersei merupakan penerapan latihan tingkah laku pada kelompok engan sasaran membantu individu dalam mengembangkan berhubungan langsung dalam situasi interpersonal. Fokusnya adalah mempraktekan melalui permainan peran, kecakapan begaul yang beru diperoleh sehingga individu mampuy mengatasi ketidakmemadaianannya, dan belajar mengungkapkan perasaan dan pemikira
mereka secara terbuka disertai debngan keyakinan mereka
berhak menunjukan reaksi terbuka tersebut.
4. Terapi Aversi Teknik pengkondisian aversi telah digunakan secara luas dlam meredakam gangguan behavioral yang spesifik malibatkan pengasosiasian tingkah aku simtomik dengan satu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah aku yang diinginka terhamabat kemunculannya. Stimulus aversi
8
biasanya berupa ukumann dengan kejutan listrik atau pemberian ramuan yang menimbulkan mual.kendali aversi bisa melibatkan penarikan pemerkuatpositif dan penggunaan berbagai bentuk hukuman. Teknik aversi adalah metode yang controversial yang digunakan oleh behavioris meskipun digunakan secara luas sebagai metode untuk membaw orang kepda tingkah laku yang diinginkan.. kondisi diciptaka agar orang –orang melakukan apa yang diharapkan dari mereka dalam rangka menghindari konsekuensi aversif. Sebagian besar lambaga sosial menggunakan prosedur aversif untuk membentuk tingkah laku individu sesuai denganyang digariskan. Hal yneg menjadi masksud unag sangat penting dalam prosedur aversif adalah menuyajikan cara menahan rspo aladaptif dalam suatu periode sehingga terdapat kesempatan untuk memperoleh tingkah laku alternative yang adaptif dan yang akan terbukti mamparkuat dirinya sendiri. Hukuman angan sering digunakan meskipun konseli menginginkan penghapusan tingkah laku dengan hukuman. Apabila terdapat alternative lain maka hukuman tidak digunakan. Cara yang positif mengarah pada tingkah laku yang baru dan layak dapat digunakan sebelum menggunakan pemerkuat negative. Tingkah laku bisa diubah dengan menggunakan perkuatan positif yang mengurangi kemungkinan terbentuknya efek-efek samping yang merusak dari hukuman. Skinner adalah salah seorang tokoh yang menentang terang – terangan hukuman sebagai salah satu cara untuk mengendalikan hubungan manusia untuk mencapai makud lembaga masyarakat. Menurut Skinner perkuatan positif jauh leih efektifdalam menghasilkan tingkah laku karena kemungkinan tingkah laku yang tidak diignkan akan lebih kecil. Apabila
hukuman
digunakan
maka
terdapat
kemungkinan
terbebtuknya efek-efek samping emosional tambahan seperti tingkah laku yang tidak diinginkan yang dihukum bisa jadi akan ditekan haya apabila penghukum hadir, jika tidka ada alaternatif tingkah laku yang dihukum maka kemungkinan ornag yang dihukum menarik diri secara berlebihan,
9
pengaruh hkuman bisa jadi digeneralisasikan pada tingkah laku lain yang berkaitan dengan tingkah laku yang dihukum.
5. Pengkondisian Operan Pengkondisisan operan adlah tingkah laku yang memancar yang menjadi cirri organisme yang aktif. Pengkondisisan operan adalah tingkah laku yang beroprasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat akibat. Tingkah laku operan merupakkan tingkah laku yang paling berarti daalam kehidupan sehari –hari yang mencakup berbicara, berpakaian, bermain, makan, dan sebagainya. Skinner menyatakan bahwa jika tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan kemal tingkah laku tersbut akan muncul di masa yang akan dating akan semakin tinggi. Prinsip perkuatan yang menerangkan pembentukan, pemeiharaan dan penghapusan pola tingkah laku merupakan inti dari pengkondisian operan. Metode pengkondisian operan mencakup perkuatan positif, pembentukan respon, perkuatan intermitem, penghapusan, percontohan dan token economy
a. Perkuatan positif Pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul adalah suatu cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat pemerkuat baik primer maupun skunder diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat primer memuaskan kebutuhan isiologis dan pemerkuat sekunder memuaskan kebutuhan psikologis, sosial memiliki nilai karena berasosiasi dengan pemerkuat primer. Penerapan pemberian perkuatan positif pada psikoterapi membutuhkan spesifikasi tingkah laku yag diharapkan, penemuan apa agen yang memperkuat bagi individu dan penggunaan perkuatan positif secara sistematis guna memunculkan tingkah laku.
10
b. Pembentukan Respon Dalam pembnentukan respn tingkah laku sekarang dirubah secara bertahap dengan mmeperkuat unsure-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diingnkansampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respon berwujud pengembangan suatu rspon yang pada mulanya tidak terdapat dalam pembendaharaan tigkah l;aku individu. Penguatan sering digunakan dalam pembentukan respon ini.
Pada
anak autis tingkah laku motorik, verbal, emosional. Terapis bisa memeberikan pengauatan primer dan sekunder untuk memebentuk tingkah laku yang adaptif.
c. Perkuatan Intermiten Perkuatan intermiten diberikna secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik. Tingkah laku yang dikondisiskan oleh perkuatan
intermiten
pada
umumnya
lebih
tahan
terhadap
penghapusan disbanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian perkuatan yang terus menerus, seorang anak yang diberi pujian terus menerus setiap berhasil menyeleasikan soal –soal metematika memiliki kecenderungan apbila mengalami kegagalan akan lebih kuat untuk erputus asa dibandingkan dngan anak yang sesekali mendapatkan pujian.
d. Penghapusan Apabila respon terus menerus dibuat tanpa perkuatan maka respon tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian kenapa pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus perilaku yang mal adaptif adalah dengan menarik perkuatan dari tingkah laku yang mal adaptif tersebut. Wolpe menekankan bahwa penghentian pemberian penrkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya anak yangh bandel di rumah dan di
11
sekolah orang tua dan guru dapat menghentikan pemberan perkhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saar yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada anak agar belajar tingkah laku yang diinginkan.
e. Percontohan Individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontohklan tingkah laku sang model. Bandura menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung bisa diperolah secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi. Jadi kecakaan sosial bisa diperoleh melalui pengamatan terhadap tingkah laku model. Juga reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan mengamati orang lain yang mendekati objek atau situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat yang manakutkan dengan tindakan yang dilakukan.
f. Taken economy Model taken economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dari pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam taken economy tidangkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkyuatan yang bisa diraba yang nantinya bisa ditukar dengan objek yang istimewa yag diingini. Metode taken economy sangat mirip dengan dengan hal yang dijumpai dengan kehidupan nyata. Penguatan tanda sebagai pemerkuat bagitingkah laku memiliki bebberapa keuntungan diantranya adalah tanda tnda kehilangan nilai insentifnya tanda tanda bisa mengurangi penundaan yang ada , tanda tanda bisa digunakan sebagai pengukur yang konkret dan tanda tanda adalah bentuk perkuatan positif. Token economiy adalah salah satu contoh dari perkuatan yang ekstrinsik yang menjadikan orang melakukan sesuatu untuk meraih pemikat di ujung tombak. Tujuan prosedur adalah mengubah motivasi
12
yang ekstrinsik mrnjadi motivasi yang intrinsic. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk memelihata tingkah laku yang baru.
D. Implikasi Praktek Konseling Kelompok Behavioral Kelompok behavioral dapat berfunggi dalam berbagai cara. Rose, (1977,1983), Hollander dan Kazaoka (1988) mengungkapkan tahapan spesifik dan prinsip-prisnip secara universal yang digunakan dalam kelompok behavioral. 1. pembentukan kelompok, (forming the group). Pembentukan kelompok terdiri dari perincian organisasional yang harus ditunjukan sebelum kelompok dimulai. Rincian kegiatannya meliputi tujuan kelompok, angggotanya, dan frekuensi serta lamanya pertemuan. Konseli dengan target perilaku yang berbeda membutuhkan kelengkapan pendekatan yang berbeda 2. membangun atraksi dan identitas kelompok awal. Pemimpin berpran utama dalam proses ini melalui pemanduan wawancara individu pada pra kelompok sedangkan anggota mampu mengeksplorasi tujuan yang lebih mendalam. Wawancara menekankan keterkaitan anggota kelompok dengan anggota masing-masing yang lainnya. 3. membangun keterbukaan dan pertukaran di dalam kelompok. Pemimpin mendorong perilaku dengan membiarkan anggota kelompok mengetahui apa yang diharapkan, melalui perkenalan sub-group kepada yang lain, melalui modeling yang ditanyakan anggota kelompok untuk dilakukan. 4. membengun kerangka kerja behavioral untuk seluruh peserta, pada saat ini pemimpin kelompok mengantarkan anggota mereka dalam kerangka rujukan behavioral, yang akan langsung mengontrol tingkah laku kelompok. Model ini pada dasarnya menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi dan dihubungkan dengan peristiwa berkonsekuensi dan yang mendahuluinya. Sehingga perilaku terarahkan, meskipun sebagian tidak
13
produktif.
Anggota
kelompok
yang
mempelajari
model
A-R-C
(Antecendent-Response-Consequence), lebih mampu dalam mengakses tindakan dan memantaunya, khususnya dalam menghargai tanda-tanda pra-perilaku dan ganjaran akhir perilaku, sehingga angota kelompok tersebut mampu untuk melaporkan perubahan yang dibuat baik di dalam atau pun diluar kelompok secara lebih akurat. Esensi dari cara berfikir tersebut memberikan suatu alat bagi kelompok yang dapat digunakan da;am mengevaluasi perilaku secara spesifik yang diupayakan. 5. membangun dan mengimplementasikan suatu model untuk perubahan. Pada tahap ini, anggota kelompok menjadi lebih spesifik dalam upaya yang dilakukan. Anggota kelompok mengidentifikasi dan menunjukan perilaku yang ditargetkan untuk berubah, memelihara landasan tentang bagaimana mereka selanjutnya, mengimplementasikan teknik perubahan yang penting dan mengukur ringkat kesuksesan. Teknik yang sering digunakan dalam terapi behavioral kelompok diantaranya adalah penguatan (reinforcement), penghilangan (extintion), kontrak-kontrak kemungkinan (contingency contracts), pemotongan (shaping). Percontohan (modeling), pengulangan perilaku (behavioral rehearsal), pelatihan (coacing), restrukturisasi kognitif (cognitive restructuring), dan system teman baik (the buddy system) 6. generalisasi dan tranferensi perlakuan kepada lingkungan alamiah, sebaagai cirri-ciri mulai mengakhiri kelompok. Generalisasi melibatkan penampilan perilaku lingkungan luar tempat mereka belajar yang asli, seperti dirumah atau lingkungan kerja. Apabila perilaku genealisasi dan pemindahan kepada adegan lain tidak terjadi perubahan, maka pemimpin kelompok yang terammpl menjamin proses pelaksanaan. 7. memelihara perubahan perilaku dan menghilangkan kebutuhan atas dukungan kelompok. Pemeliharaan didefinisikan sebagai kehidupan yang lebih konsisten dalam melakukan suatu tindakan yang diinginkan, tanpa mengandalkan kelompok atau pemimpin untuk mendukung. Dalam tahap
14
ini ditekankan penempatan pada peningkatan self control (pengawasan diri) dan self management (mengelola diri sendiri) anggota kelompok. Dalam terapi behavioral kelompok, pemimpin mempunyai peranan yang
sangat
dan
tanggung
jawab
kepemimpinan.
Corey
(1990)
mengemukakan daftar fungsi pokok pemimpin sebagai berikut, 1. penyaringan anggota kelompok 2. mengajar anggota kelompok tentang proses kelompok 3. menilai kemajuan anggota kelompok 4. menentukan keefektifan teknik-teknik kerja dalam kelompok 5. memperkuat anggota kelompok mencapai tujuan khusus. Vander Kolk menyatakan bahwa strategi utama yang dilakukan oleh pemimpik kelopmpok behavioral adalah instruksi, umpan balik, percontohan, pengulangan perilaku, penguatan sosial, dan penendaan pekerjaan rumah. Secara keseluruhan pemimpin kelompok behavioral adalah seorang pengamatperanserta. Belkin (1988) menggambarkan gaya kepemimpinan sebagai suatu manajer atau pengelola kemungkinan. Jika pemimpin berpenampilan secara adekuat, maka anggota kelompok akan membantu memperkuat yang lain dalam cara yang positif.
E. Evaluasi Kelompok Behavioral Kelompok behavioral memiliki keuntungan dan kelebihan tersendiri diantaranya, 1. Keuntungan Keuntungan dari kelompok behavioral dintaranya adalah, a. Kelompok behavioral berfokus pada membantu anggota kelompok dalammempelajari cara-cara baru yang fungsional. Banyak individu yang memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain karena menampilkan kelebihan atau keterbatasan keterampilanketerampilan
berprilaku.
Kelompok
behavioral
langsung
menginstruksikan anggota untuk memperbaiki keterampilan personal dan interpersonal suapaya masalah menjadi berkurang.
15
b. Pendekatan behavioral adalah hasil penelitian yang mengesakan. Dengan demikian ada sejumlah peneliti yang memiliki kelompok berdasarkan behavioral dibawah pengkondisian yang terkontrol, dan tinjauan tahunan pada metode kelompok dan behavioral yang tidak hentinya dihimpun. Sejumlah tulisan tentang behavioral terus diterbitkan c. Kelompok behavioral adalah relative terfokus dan lebih singkat. Anggota memiliki tujuan spesifik untuk bekerja yang terukur. Kelompok kerja behavioral dan kelompok pendidikan psikologis sama-sama meiliki waktu yang singkat. d. Kelompok behavioral adalah keteramplan mereka yang beraneka ragam . sebagai contoh kelompok yang berorientasi pada behavioral dapat digunakan untuk mengajar keterampilan khusus, seperti ketegasan, dapat bekerja dalam beberapa wilayah masalah, seperti phobia, dan menunjukan isu holistic. e. Pendekatan behavioral penekannya pada memajukan control diri diantara para anggota pada akhir kelompok. Dalam beberapa cara kelompok behavioral seperti sebuah incubator yang membantu perkembangan khusus partisiapan dan memelihara perkembangan setelah pengalaman kelompok berakhir.
16
BAB III KESIMPULAN
Behaviorisme
merupakan pandangan ilmiah tentang tingkah laku
manusia. Menurut behavioristik manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budaya. Terapi behavioral tidak berlandasakan sekumpulan konsep yang sistematik, juga tidak berakar pada suatu teori yang dikembangkan dengan baik. Sekalipun mempunyai banyak teknik, terapi behavioral memiliki sedikit konsep. Konseling behavioral merupakan suatu proses membantu untuk belajar memecahkan masalah interpersonal, emosional dan keputusan tertentu. Tujuan umum terapi behavioral adalah menciptakan kondisi baru bagi proses belajar. Metode yang dapat digunakan dalam konseling behavioral menurut Krumboltz, dapat dikategorikan menjadi empat pendekatan yakni: 1. operant learning 2. unitative learning atau social modeling 3. cognitive learning 4. emotional learning Teknik yang digunakan dalam konseling behavioral adalah teknik pengkondisian operan, desentralisasi sistematis, metode rileks, teknik penguatan, pembuatan rekonstruksi kognitif, penghentian pikiran, latiha ketegasan, latihan keterampilan sosial, program manajemen diri, pengulangan perilaku, latihan khusus, tknik terapi multi modal, tugas pekerjaan rumah. Penggunaan teknik oleh konselor behavioral tergantung pada variable diantaranya kelebihan dan perilaku konseli, macam masalah konseli yang memerlukan bantuan, macamm dan nilai penguatan yang tersedia dalam lingkungan konseli, orang lain yang mempunyai arti tertentu bagi kehidupan konseli yang dapat membantu konselor dalam meningkatkan perubahan perilaku yang dikehendaki.
17