BAB I PENDAHULUAN A.
Latar belakang
Data penggunaan obat sangat penting dalam rangka memantau kecenderungan konsumsi (pola penggunaan) obat, sebagai ukuran untuk perbandingan antar negara atau wilayah yang sama, meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan menilai aksesibilitas, kualitas dan efektivitas biaya perawatan. Penelitian tentang penggunaan obat pada fasilitas pelayanan kesehatan rutin dilakukan di sebagian negara maju dan banyak penelitian telah menunjukkan efektivitasnya, namun sebagian negara berkembang tidak memiliki data tentang ini di tingkat nasional (WHO, 2004). Data penggunaan obat yang diperlukan di rumah sakit misalnya untuk obat dengan harga mahal, bentuk sediaan obat baru dan antibiotik. Parasetamol infus merupakan bentuk sediaan baru dengan harga yang lebih mahal jika dibandingkan parasetamol tablet. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1197/MENKES/SK/2004 menyebutkan bahwa farmasi di rumah sakit bertugas untuk melakukan pemantauan dan pengkajian penggunaan obat. Pengkajian penggunaan obat merupakan evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat- obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien (Depkes RI, 2006). WHO mendefinisikan penggunaan obat yang rasional adalah jika pasien menerima obat yang tepat, dalam dosis yang sesuai kebutuhan untuk periode
1
waktu yang cukup dan pada biaya terendah untuknya dan di masyarakat. Salah satu bentuk penggunaan obat yang irrasional adalah pemberian sediaan injeksi jika sediaan oral dapat diterima pasien (WHO, 2004) Parasetamol infus termasuk benstuk sediaan obat baru yang tersedia di Indonesia. Obat ini telah disetujui oleh EMA (European Medicine Agency) sejak tahun 2002 dan tahun 2010 disetujui oleh “US Food and Drug Administration “ untuk pengelolaan nyeri ringan sampai sedang, pengelolaan nyeri sedang sampai berat bersama dengan analgesik opioid, dan menurunkan demam (Anonim, 2010). Di Indonesia, pabrik mencantumkan indikasi parasetamol infus untuk terapi jangka pendek pada nyeri setelah pembedahan, demam, jika ada urgensi secara klinik rute pemberian secara intravena untuk menghilangkan nyeri dan keadaan hipertermia dan atau jika rute lain tidak memungkinkan untuk pasien (MIMS Indonesia, 2012). Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan parasetamol infus menurut UK Medicines information pharmacist, 2010 yaitu: 1. Risiko terjadi infeksi (nosokomial) atau nyeri dan peradangan lokal di tempat injeksi 2. Potensi overdosis jika diberikan bersamaan dengan oral atau adanya gangguan fungsi hati dan ginjal 3. Kegagalan untuk penyesuaian dosis berdasarkan berat badan 4. Peningkatan waktu perawatan dan biaya lebih tinggi Penggunaan parasetamol infus di rumah sakit mengalami peningkatan akhirakhir ini, berdasarkan data di RSUD Gambiran, penggunaan parasetamol infus
2
pada triwulan I tahun 2012 sebanyak 278 botol, sedangkan pada triwulan II meningkat dua kali lipat menjadi 605 botol. Penelitian mengenai evaluasi penggunaan parasetamol infus perlu dilakukan di RSUD Gambiran Kediri karena belum pernah ada evaluasi terhadap penggunaan obat ini. Penelitian ini akan mengevaluasi penggunaan parasetamol infus pada pasien rawat inap di RSUD Gambiran Kediri apakah pemakaiannya sudah rasional ataukah terdapat masalahmasalah yang berkaitan dengan penggunaannya terhadap pasien dalam rangka memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi penggunaan obat. Apoteker dapat memberikan pelayanan farmasi klinik di ruang rawat inap berupa pemantauan terapi obat dan pengkajian masalahmasalah terkait obat khususnya dalam penggunaan parasetamol infus kepada pasien.
B.
Perumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah penggunaan parasetamol infus pada pasien rawat inap sudah sesuai dengan indikasinya?
2.
Apakah penggunaan parasetamol infus sudah tepat pasien?
3.
Apakah penggunaan parasetamol infus sudah tepat obat?
4.
Apakah penggunaan parasetamol infus sudah tepat dosis?
5.
Apakah cara pemberian parasetamol infus pada pasien sudah tepat?
6.
Apakah penggunaan parasetamol infus sebagai antipiretik pada pasien rawat inap efektif mencapai outcome klinik yang diinginkan?
3
C. Manfaat penelitian Penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan peran farmasi klinik di rumah sakit terutama dalam hal pemantauan penggunaan obat, menyajikan data evaluasi penggunaan obat khususnya parasetamol infus di RSUD Gambiran Kediri dan memberikan informasi atau masukan ke Panitia Farmasi dan Terapi dan pihak manajeman rumah sakit tentang kajian penggunaan parasetamol infus yang rasional. Hasil penelitian dapat memberikan gambaran tentang penggunaan parasetamol infus kepada rumah sakit lain di Indonesia sehingga bermanfaat dalam membuat kebijakan dan pedoman.
D. Tujuan Penelitian Tujauan Umum Mengevaluasi penggunaan parasetamol infus pada pasien rawat inap di RSUD Gambiran Kediri
Tujuan khusus 1. Mengetahui ketepatan indikasi penggunaan parasetamol infus pada pasien rawat inap 2. Mengetahui ketepatan pasien dalam penggunaan parasetamol infus pada pasien rawat inap 3. Mengetahui ketepatan obat dalam penggunaan parasetamol infus pada pasien rawat inap
4
4. Mengetahui ketepatan dosis dalam penggunaan parasetamol infus pada pasien rawat inap 5. Mengetahui ketepatan cara pemberian parasetamol infus pada pasien rawat inap 6. Mengetahui efektivitas parasetamol infus sebagai antipiretik untuk mencapai outcome klinik yang diinginkan terhadap pasien
E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya mengenai parasetamol intravena yaitu “Intravenous Acetaminophen (Paracetamol): Comparable Analgesic Efficacy, but Better Local Safety than Its Prodrug, Propacetamol, for Postoperative Pain After Third Molar Surgery” yang dilakukan oleh Philip dkk di University Hospital of Aarhus, Denmark (Moller et a.l, 2005), penelitian mengenai “Efficacy and safety of single and repeated administration of 1 gram intravenous acetaminophen injection (paracetamol) for pain management after major orthopedic surgery” oleh Raymond dkk (Sinatra et al., 2005). Penelitian tentang evaluasi penggunaan parasetamol intravena sudah pernah dilakukan di Brisbane, Australia yaitu “Drug Utilization Evaluation of i.v. paracetamol at a large teaching hospital” oleh Razvan A.G (Ghiculescu et al., 2007). Hasil penelitian menunjukkan parasetamol intravena digunakan untuk nyeri pada pembedahan abdomen (90%) dan nyeri musculoskeletal (10%). Parasetamol infus juga digunakan pada kondisi komorbid gangguan ginjal berat (9,5%), ketergantungan alkohol (3,5%), gangguan fungsi hati (2,4%) dan
5
malnutrisi (18,8%). Pada 90% kasus ditemui bahwa parasetamol infus digunakan meskipun alternatif rute pemberian yang lain masih bisa. Evaluasi tentang penggunaan parasetamol infus di Indonesia belum pernah dilakukan.
6