BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini disebabkan karena aliran permukaan merupakan sarana pengangkut zat-zat yang terlarut dalam air. Besar kecilnya aliran permukaan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah karakteristik DAS. Daerah Aliran Sungai adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 2004). Suatu daerah aliran sungai tidak dapat lepas dari unsurunsur utama yang berpengaruh didalamnya. Unsur-unsur itu meliputi unsur-unsur alam seperti topografi, jenis tanah dan iklim; unsur yang dapat dipengaruhi oleh campur tangan manusia meliputi vegetasi penutup tanah, erosi, sedimentasi, sirkulasi dan kualitas air; serta unsur manusia itu sendiri. Menurut UndangUndang Nomor 5 Tahun 1990 dijelaskan bahwa kegiatan terhadap sistem penyangga kehidupan sangat penting untuk dilakukan. Salah satu sistem penyangga kehidupan adalah ekosistem DAS. Ekosistem DAS biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
1
Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi tata air. Oleh karena itu, perencanaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perencanaan mengingat bahwa dalam suatu DAS, daerah hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi. Daerah hulu DAS dicirikan sebagai daerah konservasi yang berupa hutan. Daerah ini akan mengeluarkan air dengan kualitas yang masih bagus melalui jaringan aliran sungai, tetapi semakin ke bawah (menuju hilir) air sungai tercemar oleh banyak limbah, baik limbah domestik maupun limbah industri, sehingga kualitas air menurun dan tidak dapat lagi berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Menurunnya kualitas air dapat disebabkan oleh faktor-faktor perubahan alam lingkungan seperti berkurangnya areal hutan secara luas dan meluasnya kegiatan cocok tanam yang tidak atau kurang mengindahkan kaidah-kaidah konservasi, yang mengakibatkan perubahan perilaku aliran air dan menurunkan kualitas air. Selain itu, penurunan kualitas air dapat juga disebabkan oleh banyaknya kegiatan-kegiatan industri yang membuang limbah ke perairan yang dilakukan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Masalah penurunan kualitas air ini menjadi berat dengan bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah industriindustri pemakai air permukaan (Asdak, 2004). Salah satu sungai di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Sungai Winongo. Sungai Winongo merupakan anak Sungai Opak dengan panjang 43,75 km yang mengalir melintasi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sungai Winongo membelah perkotaan Yogyakarta. Kawasan perkotaan ditandai
2
oleh kepadatan bangunan pemukiman dan industri tinggi, kepadatan penduduk yang tinggi, dan adanya konsentrasi pola sirkulasi sarana dan prasarana transportasi yang tinggi pula, sedangkan menurut Yunus (1994), kenampakan lahiriah perkotaan ditandai oleh adanya penggunaan lahan non agraris, karakteristik bangunan yang dicirikan oleh kepadatan bangunan yang tinggi, orientasi kegiatan bangunan juga pada kegiatan non agraris, pola sirkulasi, sarana dan prasarana transportasi baik orang, barang dan jasa menunjukkan konsentrasi yang tinggi. Perkembangan perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Proses yang terjadi dapat secara alamiah atau dengan adanya campur tangan manusia. Adanya faktor-faktor fisik, sosial, ekonomi, budaya dan politik maka perubahan tersebut membawa dampak positif dan negatif. Pada kawasan perkotaan di bantaran Sungai Winongo penggunaan lahan yang dominan adalah pemukiman, perkantoran, fasilitas umum dan industri. Kondisi ini sangat bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional yang menyebutkan bahwa kawasan tepian sungai merupakan kawasan perlindungan setempat. Tingginya kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk meningkatkan aktivitas pembangunan bangunan di pinggir Sungai Winongo. Sepanjang Sungai Winongo terdapat pemukiman yang masyarakatnya tidak hanya menggunakan airnya untuk keperluan sehari-hari, tetapi juga sebaliknya banyak masyarakat yang membuang limbah domestik berupa air buangan toilet dan sampah dapur ke badan air. Selain itu, limbah juga berasal dari industri batik, rumah pemotongan hewan, binatu,
3
restoran, rumah sakit, hotel dan lain-lain. Hal itu dapat mengakibatkan kualitas air Sungai Winongo menurun yang tentunya akan berimbas pada kualitas air di daerah hilir. Sungai Winongo adalah salah satu sungai sasaran Prokasih sesuai Keputusan Gubernur DIY No.258/Kpts/1998 yang mendapatkan perhatian pemerintah Kota Yogyakarta guna mengembangkan nilai estetika, mengingat sungai ini mengalir melintasi kawasan perkotaan. Sungai Winongo juga merupakan salah satu sungai yang masuk dalam program revitalisasi sungai karena di daerah hilir dan tengah terdapat keramba ikan yang menggunakan air Sungai Winongo. Adanya kawasan perkotaan dengan berbagai aktivitas yang menghasilkan limbah tentu akan berdampak pada daerah hilir. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian mengenai karakteristik kualitas air Sungai Winongo setelah melewati kawasan perkotaan. B. Rumusan Masalah Menurut UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kegiatan perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan sangat penting untuk dilakukan. Salah satu sistem penyangga kehidupan adalah ekosistem daerah aliran sungai (DAS). Aktivitas yang bersifat mengubah kondisi permukaan tanah biasanya dikonsentrasikan di daerah hulu dan tengah suatu DAS, yang dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap keseimbangan ion-ion yang ada dalam suatu DAS. Sungai Winongo adalah sungai yang melewati kawasan perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan kawasan dengan pemukiman padat dan industri yang ada di sepanjang sungai.
4
Dengan adanya pemukiman maka tidak sedikit masyarakat yang membuang sampah maupun limbah rumah tangga ke sungai. Selain itu, terdapat industri yang belum memiliki IPAL akan membuang limbah ke sungai pula. Berkaitan dengan hal tersebut, adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berkut : 1.
Apa saja sumber pencemar yang berpotensi dapat menurunkan kualitas air Sungai Winongo?
2.
Bagaimana karakteristik kualitas air Sungai Winongo sebelum, pada dan setelah melewati kawasan perkotaan berdasarkan parameter fisik (kecepatan arus, suhu, TSS dan kejernihan), kimia (DO, pH, BOD, COD, amoniak, dan Pb) dan biologi (total coliform)?
3.
Bagaimana perubahan karakteristik kualitas fisik, kimia dan biologi air Sungai Winongo mulai tahun 2012-2014? C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah 1.
Mengetahui sumber pencemar yang berpotensi dapat menurunkan kualitas air Sungai Winongo.
2.
Mengetahui karakteristik kualitas air Sungai Winongo sebelum, pada dan setelah melewati kawasan perkotaan berdasarkan parameter fisik (kecepatan arus, suhu, TSS dan kejernihan), kimia (DO, pH, BOD, COD, amoniak, dan Pb) dan biologi (bakteri coliform).
3.
Mengetahui perubahan karaktersitik kualitas fisik, kimia dan biologi air Sungai Winongo mulai tahun 2012-2014.
5
D. Manfaat Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai sumber pencemar yang berpotensi dapat menurunkan kualitas air dan karakteristik kualitas fisik, kimia dan biologi air Sungai Winongo sebelum, pada dan setelah melewati kawasan perkotaan serta dapat memberikan informasi mengenai perubahan karakteristik kualitas air Sungai Winongo yang selanjutnya dapat dijadikan masukan bagi pembuat kebijakan dalam pengendalian pencemaran air di Sungai Winongo.
6