BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, dinyatakan bahwa dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Dalam RPJP-N, dinyatakan pula pembangunan nasional di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs).Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengurangi kesenjangan status kesehatan masyarakat dan akses terhadap pelayanan kesehatan antarwilayah, tingkat sosial ekonomi dan gender. Pembangunan kesehatan yang sedang dilaksanakan masih menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi terutama di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).Di satu sisi, sebagai negara kepulauan dengan wilayah yang luas masih ditemukan keterbatasan sarana prasarana pelayanan kesehatan khususnya di DTPK sehingga akses masyarakat ke sarana pelayanan kesehatan rendah. Di sisi lain, kurangnya minat tenaga kesehatan yang bersedia ditempatkan di wilayah DTPK turut menyumbang status kesehatan masyarakat yang tergolong rendah. Permasalahan ketidakmerataan upaya kesehatan ini juga
1
disebabkan permasalahan sosial yaitu tingkat kemiskinan masyarakat setempat sehingga tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan. Keterbatasan sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut menyebabkan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah perbatasan masih tergolong rendah, selain dikarenakan kondisi lingkungan permukiman dan cara hidup masyarakat yang kurang sehat. Contoh, penyakit yang umum diderita penduduk Raja Ampat adalah malaria klinis, infeksi saluran pernapasan akut, dan penyakit kulit.Selain itu, juga masih ditemukan kasus kematian ibu waktu melahirkan, dan kematian neonatal.Pada tahun 2009 jumlah kematian ibu waktu melahirkan sebanyak 4 per 100.000 kelahiran hidup. Kasus kematian bayi waktu dan pasca dilahirkan tercatat 33,8 per 1000 kelahiran hidup. Kematian bayi di bawah 1 bulan ini masih didominasi oleh berat bayi yang lahir rendah (< 2500 gram), keadaan bayi yang sesak nafas (aspeksia) dan infeksi akibat pemotongan tali pusar bayi dengan menggunakan peralatan yang tidak bersih. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan pemantapan dan percepatan melalui berbagai program dan kegiatan.Salah satu kegiatan pada Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal untuk meningkatkan derajat kesehatan di daerah tertinggal adalah Kegiatan Perdesaan Sehat. Program perdesaan sehat merupakan Kebijakan Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan Di Daerah Tertinggal yang bertumpu pada peningkatan kapasitas lembaga dan infrasturktur pelayanan kesehatan dasar.Program tersebut dicanangkan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) bersama Solidaritas Isteri
2
Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB ) di Entikong, Kalimantan Barat pada tanggal 20 Desember 2012 dengan tema “Bersama MenujuIndonesia Sejahtera”. Kegiatan perdesaan sehat dikembangkan berdasarkan hasil identifikasi dan analisis terhadap fakta masalah - masalah kritis kesehatan yang terjadi di daerah tertinggal, antara lain : a. Rendahnya keterjangkauan dan / atau kualitas pelayanan kesehatan dasar. b. Rendahnya peran serta aktif masayarakat dalam pembangunan kesehatan. c. Rendahnya angka harapan hidup (AHH) d. Tingginya angka kematian ibu e. Tingginya angka kematian bayi f. Banyaknya kasus gizi buruk Fakta masalah tersebut dipengaruhi oleh karakteristik daerah tertinggal, dan secara dominan melibatkan perempuan, anak - anak di wilayah perdesaan. B. Tujuan Kegiatan Tujuan dari kegiatan Perdesaan Sehat adalah sebagai berikut : 1. Melakukan sosialisasi dan promosi hidup sehat. 2. Melakukan identifikasi dan pengumpulan data kesehatan masyarakat. 3. Melakukan investigasi masalah kesehatan masyarakat berbasis kasus. 4. Memfasilitasi proses pemberdayaan masyarakat perdesaan untuk terlibat aktif dalam peningkatan pelayanan puskesmas, termasuk juga pelayanan kesehatan puskesmas pembantu, puskesmas keliling, pos bersalin desa dan poskesdes agar lebih baik dan berkualitas. 3
5. Melakukan kerja advokasi perencanaan dan penganggaran di bidang kesehatan di wilayah perdesaan. 6. Melaporkan seluruh pelaksanaan tugasnya di lokasi kegiatan perdesaan sehat kepada kementerian pembangunan daerah tertinggal dan pihak terkait lainnya melalui sekretariat pokja perdesaan sehat. C. Manfaat Manfaat dari kegiatan perdesaan sehat terbagi atas manfaat program, manfaat bagi institusi (Perguruan Tinggi dan KPDT), manfaat bagi instansi terkait (Bappeda, Dinkes, Pemda setempat) dan manfaat bagi kader. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Program Diharapkan hasil dari kegiatan ini dapat menambah wawasan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang masyarakat dan memperkaya referensi kepustakaan. 2. Manfaat Bagi Institusi Diharapkan hasil dari kegiatan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan acuan dalam penentuan kebijakan dan evaluasi perencanaan program kesehatan di daerah daerah tertinggal. 3. Manfaat Bagi Instansi Terkait Diharapkan hasil dari kegiatan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan acuan dalam pengambilan kebijakan dan evaluasi perencanaan program kesehatan ditingkat daerah. 4. Manfaat Bagi Kader 4
Diharapkan kegiatan ini akan menjadi pengalaman berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan kader mengenai perdesaan sehat, serta menambah pengalaman di lapangan. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI A. KEADAAN GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 1. Keadaan Geografi dan Demografi Kelurahan Benteng merupakan salah satu kelurahan dari tiga kelurahan dan sepuluh desa yang ada di Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 5.19 km2. Adapun batas-batas wilayah kelurahan Benteng yaitu : - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pallantikang - Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pallengu - Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pantai Bahari - Sebelah barat berbatasan dengan Desa Banrimanurung Kelurahan benteng dihuni sebanyak 749 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 3123 jiwa yang tersebar di 4 lingkungan yaitu : - Lingkungan Borong Untia Timur, - Lingkungan Borong Untia Barat, - Lingkungan Alluka dan - Lingkungan Maricaya B. KEADAAAN SOSIAL BUDAYA
5
Kelurahan Benteng merupakan pusat kegiatan masyarakat di Kecamatan Bangkala karena tersedia sarana-sarana umum seperti Kantor Camat Bangkala, Kantor Lurah, Koramil, Bik Bud Camat, Madrasah Tsanawiyah Bangkala, Madrasah Aliyah Bangkala, SD Allu, SMP Allu, KUA, PLN dan Puskesmas Bangkala. Mayoritas penduduk Kelurahan Benteng mengenyam pendidikan SMP hingga SMA. Hal tersebut di pengaruhi oleh mayoritas pekerjaan masyarakat sebagai petani dan wiraswasta. Agama Islam adalah agama mayoritas di Kelurahan Benteng.Terdapat bagunan masjid yang merupakan mesjid terbesar yang ada di Kecamatan Bangkala. Secara umum, rumah masyarakat di Kelurahan Benteng merupakan rumah semi permanen yang terbuat dari papan, namun terdapat juga beberapa yang merupakan bagunan permanen. Beberapa rumah masih berbentuk rumah panggung. Secara umum, masyarakat kelurahan Benteng sudah sadar akan pentingnya mengunjungi unit pelayanan kesehatan bila anggota keluarga atau dirinya mengalami kesakitan. Namun ada juga beberapa yang malas mengunjungi unit pelayanan kesehatan dengan alasan jarak yang cukup jauh. C. STATUS KESEHATAN Menurut teori HL.Blum, status kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Tercapainya kondisi derajat kesehatan yang optimal diperoleh melalui penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima
6
dan menjangkau seluruh masyarakat luas tanpa mengabaikan mutu pelayanan kesehatan perorangan. 1. Lingkungan Wilayah Kelurahan Benteng merupakan daerah pesisir yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perkebunan dan persawahan milik masyarakat setempat serta beberapa sungai.Hampir seluruh penduduk di Kelurahan Benteng menjadikan daerah persawahan dan perkebunan sebagai sasaran pembuangan sampah karena wilayah rumahnya berada disekitar kebun dan sawah. 2. Perilaku Masyarakat Pada Dasarnya masyarakat di Kelurahan Benteng sudah cukup sadar akan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang tidak membuang sampah di sembarang tempat, melainkan membuang sampah di lahan kosong yang berada di sekitar rumah atau dengan menggali lubang sebagai tempat pembuangan sampah kemudian membakarnya.Namun, masih terdapat masyarakat khususnya di Lingkungan Borong Untia Barat yang tidak memiliki jamban dan memilih buang air besar di lahan kosong (parit). Adapun kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan cukup tinggi.Hal tersebut dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat untuk datang memeriksakan kesehatan ke Puskesmas Bangkala yang terletak di Kelurahan Benteng. 3. Pelayanan Kesehatan
7
Di Kelurahan Benteng, terdapat fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmasyang selalu dikunjungi oleh masyarakat jika mengalami keluhan kesehatan. 4. Keturunan Masyarakatyang ada di Kelurahan Benteng merupakan penduduk asli Bangkala dan mayoritas suku Makassar.
BAB III HASIL KEGIATAN A. HASIL KEGIATAN TRIWULAN I, II DAN III Kegiatan perdesaan sehat di Kelurahan Benteng, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, dimulai pada bulan Juni hingga bulan Desember Tahun 2013. Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan selama tujuh bulan di Kelurahan Benteng antara lain sebagai berikut : a. Sosialisasi Kegiatan perdesaan sehat dimulai dengan melakukan sosialisasi ke beberapa instansi terkait dari tingkat dinas kesehatan kabupaten, kecamatan, desa hingga ke tingkat dusun. Hal ini dimaksudkan untuk meminta izin serta menjelaskan maksud dan tujuan dari program perdesaan sehat yang akan dilaksanakan selama 7 bulan diwilayah kerja mereka. 8
b. Observasi Awal Terkait Lima Pilar Perdesaan Sehat Setelah proses sosialisasi selesai dilakukan, maka selanjutnya dilakukan kegiatan observasi awal. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat hal – hal yang terkait dengan lima pilar perdesaan sehat di Kelurahan Benteng. Lima pilar yang dimaksud adalah ketersediaan tempat pelayanan kesehatan; petugas kesehatan (dokter puskesmas dan bidan desa); peralatan medis; sarana air bersih dan sanitasi bagi setiap rumah tangga; serta gizi seimbang bagi ibu hamil, ibu menyusui dan ibu balita. Dari hasil observasi awal ini diketahui bahwa di Kelurahan Benteng tersedia tempat pelayanan kesehatan yaitu satu puskesmas (Puskesmas Bangkala) yang merupakan puskesmas rawat inap (pelayanan 24 jam).Jumlah tenaga kesehatan yang ada di puskesmas Bangkala terdiri dari 1 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 4 orang bidan, 8 orang perawat, 1 orang perawat gigi, 3 orang sanitarian, 1 orang tenaga gizi, 1 orang tenaga promkes dan 1 orang tenaga laboratorium. Di Kelurahan Benteng, sebelumnya terdapat 2 pos pelayanan terpadu (posyandu) namun karena fasilitas yang ada roboh (rusak) sehingga pelaksanaan posyandu khusus kelurahan Benteng di pusatkan di puskesmas setiap tanggal 5 dan 6. Jika dilihat dari hasil observasi, pelaksanaan posyandu di puskesmas tersebut tidak bejalan maksimal karena hanya sebagian kecil masyarakat yang membawa anaknya melakukan posyandu.Hal tesebut dikarenakan sebagian masyarakat tidak bisa menjangkau pelayanan posyandu di puskesmas karena akses yang cukup jauh.
9
Berdasarkan hasil observasi awal juga diketahui bahwa
untuk kebutuhan air
bersih masyarakat sudah terpenuhi dan bahkan di wilayah lingkungan Maricaya masyarakat menggunakan sarana perpipaan yang dibangun oleh PNPM pada tahun 2011. Selain itu, berdasarkan hasil observasi awal ini juga dapat dilihat pula kondisi lingkungan di Kelurahan Benteng. c. Identifikasi dan Pengumpulan Data Selain kegiatan observasi awal, dilakukan pula kegiatan identifikasi dan pengumpulan data.Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang lebih lengkap dan mendalam lagi. Kegiatan ini berupa pengumpulan data sekunder yang meliputi batas-batas wilayah, jumlah penduduk, dan lain-lain.Kemudian dilakukan pula pengumpulan data primer dengan menggunakan instrument berupa kuesioner (sanitasi dan air bersih serta gizi seimbang) dan lembar observasi (sanitasi dan air bersih).Sampel atau sasaran dari kuesioner tersebut berjumlah 30 untuk masing - masing kuesioner.Sampel ini diambil secara acak (Random Sampling) dari tiap dusun yang ada di Kelurahan Benteng.Untuk kuesioner gizi, sampel/sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui, ibu bayi dan ibu balita.Sedangkan untuk kuesioner sanitasi, sampel/sasaran yaitu rumah tangga. Kegiatan ini dilakukan secara door to door untuk melihat secara langsung kondisi lingkungan di Kelurahan Benteng. Selain kegiatan - kegiatan diatas, dilakukan juga beberapa interview atau wawancara dan FGD (Focus Group Discussion/Diskusi Kelompok) dengan beberapa ibu hamil dan ibu menyusui terkait pengetahuan mereka tentang gizi seimbang. 10
d. Penentuan Prioritas Masalah Kemudian berdasarkan hasil dari pengumpulan data yang telah dilakukan sebelumnya, dilakukan penentuan prioritas masalah untuk mengklasifikasikan masalah – masalah yang ada dan dianggap paling mendesak untuk diselesaikan. Berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah ini didapatkan bahwa masalah yang paling mendesak di Kelurahan Benteng adalah masih terdapat kebiasaan masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat (BABS), serta masalah sanitasi dan PHBS. Selain itu, di temukan kasus gizi kurang di Lingkungan Boronguntia Barat.Salah satu hal yang menjadi penyebab adalah Kelurahan Benteng tidak terdapat fasilitas posyandu (bangunan) di setiap lingkungan sehingga kurang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan posyandu karena akses yang cukup jauh untuk datang ke puskesmas. e. Memfasilitasi Proses Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan Kegiatan ini berupa penyegaran (refreshing) kader perdesaan sehat di Kelurahan Benteng.Kader tersebut diambil dari beberapa kader Puskesmas Bangkala yang telah terbentuk sebelumnya yang kemudian dilatih mengenai tugas dan fungsi kader serta pilar – pilar perdesaan sehat.Kader – kader tersebut diharapkan dapat meneruskan tugas dan fungsi kader perdesaan sehat sebelumnya setelah kegiatan ini selesai dilaksanakan. f. Melakukan Kerja Advocacy Setelah semua kegiatan diatas dilakukan, langkah terakhir yang dilakukan adalah melakukan kerja advocacy. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengunjungi instansi terkait (kepala puskesmas, camat dan kepala desa) kemudian memaparkan masalah – masalah yang telah ditemukan selama tujuh bulan di wilayah kerja mereka. 11
g. Melaporkan Hasil Kegiatan Hasil kegiatan perdesaan sehat ini juga dilaporkan kepada pihak perguruan tinggi selaku pokja perdesaan sehat.Laporan hasil kegiatan ini berupa laporan perbulan (log Book) dan laporan lengkap pertriwulan. B. DAFTAR ISIAN TERKAIT LIMA PILAR PERDESAAN SEHAT 1. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Ketersediaan fasilitas kesehatan berarti tempat pelayanan tersebut bukan hanya tersedia namun juga mudah dijangkau dan dapat diterima oleh warga serta berkualitas. Namun di Kelurahan Benteng keberadaan fasilitas kesehatan tersebut masih memiliki beberapa kendala, seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
12
Tabel Daftar Isian Masalah Terkait Ketersediaan Fasilitas KesehatanDi Kelurahan Benteng Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 Jenis Fasilitas Jumlah Kesehata n Rumah Sakit
Identifikasi Masalah
Tidak Tidak tersedia tersedia rumah sakit
Puskesma 1 (Satu) s
-
Poskesdes Tidak Tidak tersedia tersedia poskesdes
Kegiatan/ Solusi/ Aktivitas yang Alternatif yang dilakukan oleh dilakukan saat kader terkait ini masalah tersebut Masyarakat menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia Masyarakat menggunakan fasilitas kesehatan yang terdekat
Mendata ketersediaan Posyandu Tidak Bangunan Pelaksanaan fasilitas kesehatan tersedia posyandu roboh posyandu yang lainnya sehingga tidak dilakukan di layak digunakan PKM Polindes
Tidak Tidak tersedia tersedia polindes
Poskestre Tidak Tidak tersedia n tersedia poskestren Pusling (PKM Keliling)
1 (Satu) Selama tahun 2013 Pusling tidak berfungsi
Rekomendasi (Solusi Alternatif kedepan)
Mengkomunika sikan hasil identifikasi masalah ke Dinas Kesehatan
Masyarakat menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa fasilitas kesehatan yang
ada di
Kelurahan Benteng hanya tersedia satu puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan
13
masyarakat. Bangunan posyandu yang pernah ada dan kini roboh sudah tidak layak digunakan, sehingga kegiatan posyandu dipindahkan ke puskesmas.Sedangkan untuk kegiatan imunisasi yang dilaksanakan setiap tanggal 5 atau 6 setiap bulannya di puskesmas Bangkala.Hal ini kurang efektif karena masih banyak masyarakat yang tidak bisa menjangkau pelaksanaan posyandu di puskesmas karena untuk akses ke puskesmas harus mengeluarkan biaya dengan menggunakan ojek atau dokar. Untuk puskesmas keliling sendiri hanya dilakukan di beberapa desa atau kelurahan yang jaraknya jauh dari puskesmas.Untuk Kelurahan Benteng tidak tersedia puskesmas keliling karena puskesmas Bangkala yang merupakan pusat pelayanan kesehatan terletak di Kelurahan Benteng. 2. Ketersediaan Dokter Puskesmas Ketersediaan dokter puskesmas berarti dokter tersebut bukan hanya tersedia namun juga menetap di puskesmas tersebut sehingga memudahkan masyarakat untuk mencarinya dan dapat diterima oleh warga serta berkualitas.Beberapa kendala terkait ketersediaan dokter puskesmas di Kelurahan Benteng dapat dilihat pada table berikut : Tabel Daftar Isian Masalah Terkait Ketersediaan Dokter PuskesmasDi Kelurahan Benteng Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 Identifikasi Masalah
Kegiatan/Aktivitas yang dilakukan oleh kader terkait masalah tersebut
Solusi/Alternatif yang dilakukan saat ini
Rekomendasi (Solusi Alternatif kedepan)
14
Kurangnya tenaga dokter (Jumlah dokter yang ada sebanyak 1 orang dokter)
Melakukan komunikasi dengan pihak puskesmas
Tugas dokter dibantu oleh perawat
Melakukan advocacy ke pihak Dinkes terkait penambahan jumlah dokter
Sumber : Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa salah satu masalah di Kelurahan Benteng adalah kurangnya ketersediaan tenaga dokter di puskesmas. Seperti yang diketahui bahwa untuk puskesmas dengan pelayanan 24 jam seharusnya memiliki minimal 3 orang dokter dengan pelayanan masing-masing 8 jam kerja.
3. Ketersediaan Bidan Desa Ketersediaan Bidan di Kelurahan Benteng sudah cukup Baik karena di Kelurahan Benteng terdapat dua orang bidan yaitu satu bidan kordinator puskesmas dan satu bidan desa serta beberapa bidan sukarela dan bidan PTT. 4. Ketersediaan Sanitasi Bagi Setiap Rumah Tangga Sanitasi adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan pengelolaan limbah, drainase, pengendalian vektor dan kondisi
rumah.Sanitasi disebut juga sebagai kegiatan yang
ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Adapun ruang lingkup sanitasi, meliputi antara lain Penyediaan air bersih dan air layak minum; Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air; Pengelolaan sampah padat; Pengendalian vektor penyakit; Pencegahan / pengendalian pencemaran 15
tanah; Hygiene makanan; Pengendalian pencemaran udara; Pengendalian radiasi, Kesehatan kerja, terutama pengendalian dari bahaya-bahaya fisik, kimia dan biologis; Pengendalian kebisingan; Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari perumahan penduduk, bangunan - bangunan umum dan institusi, perencanaan daerah dan perkotaan, aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat; Pencegahan
kecelakaan; Rekreasi umum dan pariwisata; Tindakan-
tindakan sanitasi yang berhubungan
dengan keadaan
epidemi, bencana alam,
perpindahan penduduk dan keadaan darurat, dan Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan.
Tabel Daftar Isian Masalah Terkait Ketersediaan Sanitasi Di Kelurahan Benteng Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 Identifikasi Masalah Masih ada KK yang belum memiliki jamban di Lingkungan Boronguntia Barat
Kegiatan/Aktivitas yang dilakukan oleh kader terkait masalah tersebut
Solusi/Alternatif yang dilakukan saat ini
Melakukan pendataan Menggunakan MCK jumlah KK yang tidak Umum dan BAB di memiliki jamban tempat yang tidak layak
Rekomendasi (Solusi Alternatif kedepan)
Pemerintah setempat akan mengeluarkan peraturan dan sanksi bagi masyarakat yang terkait kepemilikan sanitasi (jamban).
16
Masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat
Masih ada KK yang memiliki SPAL tidak memenuhi standar
Melakukan pendataan terkait tempat pembuangan sampah masyarakat
Masyarakat membuang sampah di belakang rumah (dihalaman rumah)
SPAL (Saluran M e l a k u k a n Pembuangan Air pendataan terkait Limbah) masih SPAL yang dimiliki tergenang di sekitar oleh masyarakat rumah
Pemerintah setempat akan mengeluarkan peraturan dan sanksi bagi masyarakat yang terkait kepemilikan sanitasi (tempat pembuangan sampah). Pemerintah setempat akan mengeluarkan peraturan dan sanksi bagi masyarakat yang terkait kepemilikan sanitasi (SPAL).
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa masalah di Kelurahan Benteng
terkait sanitasi adalah belum meratanya kepemilikan jamban keluarga bagi setiap kepala keluarga, masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat dan saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang tidak memenuhi standar (masih tergenang). Data tersebut didapatkan berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan instrument kuesioner mengenai sanitasi dan air bersih serta lembar observasi seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel Pembuangan kotoran (Jamban keluarga) Responden di Kelurahan Benteng Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2013 Jamban Keluaraga
Frekuensi (n)
%
Ada sarana, memenuhi syarat
9
30.0
Ada sarana, tidak memenuhi syarat
15
50.0
Tidak ada sarana
6
20.0
17
Total
30
100
Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa hanya 30% responden mempunyai sarana pembuangan kotoran (jamban keluarga) yang memenuhi syarat kesehatan. Tabel Pembuangan Sampah di Kelurahan Benteng Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2013 Pembuangan Sampah
Frekuensi (n)
%
Tersedia tempat pembuangan sampah yang tidak tertutup
8
26.7
Tidak tersedia
22
73.3
30
100
Total Sumber : Datta Primer 2013
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 73,3% masyarakat tidak tersedia tempat pembuangan sampah rumah tangga, sehingga masyarakat membuang sampah sebanyak 66,7% masyarakat membuang sampah ke belakang rumah. Sarana pembuangan air limbah masing-masing rumah tangga di Kelurahan Benteng Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto rata –rata membuang air limbah dapur di sekitar rumah sehingga terjadi genangan air.
5. Ketersediaan Air Bersih Bagi Setiap Rumah Tangga
18
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari - hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat - syarat Kualitas Air Bersih sebagai berikut : a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna b. Syarat Kimia : Kadar Besi maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l) c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air) Tabel Daftar Isian Masalah Terkait Ketersediaan Air Bersih Di Kelurahan Benteng Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 Identifikasi Masalah
Kegiatan/ Aktivitas yang dilakukan oleh kader terkait masalah tersebut
Solusi/Alternatif yang dilakukan saat ini
Rekomendasi (Solusi Alternatif kedepan)
Di Lingkungan Boronguntia timur dan Boronguntia Barat masih terdapat sarana air bersih masyarakat tidak memenuhi syarat kesehatan fisik (keruh)
Melakukan pendataan jumlah KK yang tidak memiliki saran air bersih tapi tidak memenuhi syarat kesehatan secara fisik
Petugas kesehatan turun lapangan untuk melaksanakan kegiatan kaporisasi
masalah air bersih yang keruh sudah ada sejak dulu dan alternative yang dilakukan untuk saat ini dan kedepannya hanya dengan melakukan kegiatan kaporisasi
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa masalah di Kelurahan Benteng
terkait ketersediaan air bersih adalah masih belum meratanya ketersediaan air bersih bagi
19
setiap rumah tangga yang ada di Kelurahan Benteng. Dimana masih terdapat beberapa rumah tangga yang sarana air bersih tidak memenuhi syarat kesehatan fisik (keruh).
6. Ketersediaan Gizi Seimbang Bagi Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Balita Gizi Seimbang merupakan susunan makanan sehari – hari yg mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. Di Kelurahan Bentengterdapat masalahkesehatan terkait ketersediaan gizi seimbang.Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Daftar Isian Masalah Terkait Ketersediaan Gizi Seimbang Di Kelurahan Benteng Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 Identifikasi Masalah
Ditemukan anak berusia 22 bulan dengan berat 7kg (Baduta) BGM (Bawah Garis Merah)
Kegiatan/Aktivitas yang dilakukan oleh kader terkait masalah tersebut
Solusi/Alternatif yang dilakukan saat ini
Melaporkan hasil Petugas Gizi temuan ke Puskesmas Puskesmas memberikan susu pada saat kegiatan posyandu
Rekomendasi (Solusi Alternatif kedepan)
Mengusulkan kepada pihak Puskesmas untuk melihat langsung kondisi dilapangan dan validasi antropometri menurut TB/BB agar di ketahui status baduta tersebut apakah Gizi buruk atau bukan.
20
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang dan cara menyusui yang baik
Melakukan pendataan terkait gizi seimbang serta mengikuti kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh puskesmas sekaligus FGD pada ibu hamil dan ibu menyusui
Tenaga pelaksana gizi memberikan penyuluhan pada saat kegiatan posyandu
Mengusulkan kepada pihak puskesmas terutama kepada petugas gizi agar lebih intensif dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan gizi.
Sumber : Data Primer, 2013
Dari tabel tersebut diatas
dapat di lihat bahwa kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang gizi seimbang dapat menimbulkan masalah kesehatan pada masyarakat. Oleh karena itu, petugas pelaksana gizi harus lebih intensif dalam memberikan informasi terkait masalah gizi.
21
BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBAT Dalam proses pelaksanaan perdesaan sehat ditemukan faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat pelaksanaan kegiatan. Adapun faktor pendukung dan factor penghambat yang ditemukan selama kegiatan berlangsung di Kelurahan Benteng yaitu a. Faktor Pendukung Salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan di Kelurahan Benteng yaitu adanya dukungan dari aparat kelurahan seperti Lurah, kepala lingkungan dan masyarakat secara umum mulai dari awal kegiatan hingga pengumpulan data dan observasi berlangsung.Selain itu, adanya dukungan dan kerjasama dari pihak puskesmas dalam menggali informasi terkait dengan masalah kesehatan khususnya di Kelurahan Benteng. b. Faktor Penghambat
22
1. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya untuk menciptakan dan menjaga sanitasi lingkungan, serta perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal tersebut. 2. Kurangnya pasrtisipasi masyarakat dalam pelaksanaan posyandu. 3. Kurang lengkapnya pencatatan di tingkat kelurahan sehingga menyulitkan dalam proses pengambilan data sekunder.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari seluruh hasil kegiatan Perdesaan Sehat di Kelurahan Benteng, KecamatanBangkala, Kabupaten Jenepontoyang dilaksanakan Juni – Desember 2013 atau kurang lebih tujuh bulan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Kelurahan Benteng
hanya Puskesmas
yang merupakan puskesmas rawat inap (pelayanan 24 jam). 2. Masih kurangnya ketersediaan tenaga dokter puskesmas di Kelurahan Benteng
23
3. Belum meratanya ketersediaan sanitasi bagi seluruh rumah tangga di Kelurahan Benteng seperti jamban keluarga, tempat pembuangan sampah dan SPAL yang tidak memenuhi standar kesehatan. 4. Belum meratanya ketersediaan air bersih bagi seluruh rumah tangga di Kelurahan Benteng. 5. Masih ditemukannya baduta dengan status gizi kurang serta kurangnya pengetahuan masyarakat Kelurahan Benteng terkait gizi seimbang. B. Saran a. Pemerintah Setempat Diharapkan kepada pemerintah baik aparat kelurahan maupun puskesmas untuk lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang ada di wilayah kerjanya khususnya yang menyangkut dengan perilaku hidup sehat masyarakat seperti jamban keluarga, jangkauan sarana air bersih dan pengaktifan posyandu di setiap lingkungan yang selama ini sering dilaksanakan di puskesmas karena fasililitas (bangunan) yang tidak tersedia.
b. Pengelolah Program Perdesaan Sehat Dapat memberikan bantuan lebih terkait kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan kader perdesaan sehat di daerah masing - masing dikarenakan medan dilokasi sangat sulit dijangkau. Dan masyarakat - masyarakat diperdesaan selalu menggantungkan dirinya pada bantuan-bantuan yang ada.
24
25