BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Asupan makanan pada bayi setelah lahir adalah ASI (Roesli, 2005). WHO (2002) merekomendasikan seorang ibu wajib memberikan ASI kepada anaknya maksimum 2 tahun, 6 bulan berupa ASI eksklusif, dan selanjutnya ASI yang didampingi dengan makanan tambahan sampai umur 2 tahun. Tidak terukupinya kebutuhan ASI pada bayi karena beberapa masalah dalam pemberian ASI seperti gangguan pada puting susu (lecet, kelainan puting susu, dan kelainan kelenjar), jumlah ASI sedikit, ibu bekerja, dan bayi malas menyusu, serta penyapihan yang lebih awal dari waktu yang direkomendasikan dapat menyebabkan bayi merasa kebutuhan oralnya kurang terpuaskan, sehingga ia mencari jalan lain untuk memuaskan fase oralnya dengan menggunakan objek lain (Eisenberg, 1997). Menurut seorang ahli psikologi, Sigmund Freud, pada usia 0-18 bulan, secara psikoseksual (biologis) seorang anak akan mengalami fase oral. Dimana pada fase ini, anak merasakaan tempat paling nikmat adalah mulutnya, jadi secara naluri seorang anak akan cenderung memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya (Videbeck, 2008). Hal ini menjadi suatu tindakan yang jika dilakukan berulang-ulang akhirnya menjadi suatu kebiasaan (oral habit). Kebiasaan jelek pada anak-anak (oral habit), merupakan suatu kebiasaan yang tidak normal, yang biasanya terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangan wajah. Kebiasaan ini pada umumnya tidak disadari oleh anak dan diharapkan seiring pertambahan usia,
1
kebiasaan tersebut akan hilang dengan sendirinya (Casamassimo, 2013). Tetapi karena sesuatu hal, maka kebiasaan jelek tersebut berlanjut hingga tahap usia selanjutnya. Di masyarakat salah satu kebiasaan pada anak yang sering berlanjut bahkan sampai anak memasuki usia sekolah adalah kebiasaan minum susu melalui botol. Minum susu melalui botol dapat menyebabkan terjadinya maloklusi skeletal maupun dental, hal ini disebabkan karena bentuk, ukuran dan elastisitas dot yang tidak seperti puting ibu, menyebabkan mulut anaklah yang harus menyesuaikan dengan dot tersebut (Palmer, 1998). Pada saat minum susu melalui botol, perubahan posisi dan gerakan dari lidah, otot bucinator, dan rahang dapat menyebabkan maloklusi gigi (Razdi dan Yahya, 2005). Relasi gigi anterior merupakan hubungan antara gigi anterior rahang atas dengan gigi anterior rahang bawah. Normal atau tidaknya relasi gigi anterior ini ditentukan berdasarkan ukuran overbite dan overjet. Overjet adalah jarak horisontal antara gigi-geligi insisivus atas dan bawah pada keadaan oklusi, diukur pada ujung insisivus atas, sedangkan overbite adalah jarak vertikal antara ujung gigi-geligi insisivus atas dan bawah (Foster, 1999). Ukuran overjet dan overbite ini sering terpengaruh oleh kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan rongga mulut, semisal kebiasaan minum susu melalui botol. Menurut Razdi dan Yahya (2005) terdapat hubungan positif antara pemberian susu melalui botol dengan ukuran overjet gigi anak. Studi Charchut (2003) terhadap anak usia 2-6 tahun tanpa non-nutritive habits memberikan hasil bahwa anak yang mempunyai kebiasaan minum susu melalui botol mempunyai
2
overjet di atas 3 mm, yang menurut Millett dan Welbury (2005) normalnya posisi gigi anterior ini mempunyai ukuran overjet sebesar 2-3 mm. Ganesh dkk. (2005) pada penelitiannya terhadap 153 anak-anak usia 3-5 tahun yang minum ASI, susu botol, maupun keduanya di Kanara selatan memberikan hasil bahwa openbite dapat disebabkan karena pemberian susu melalui botol yang terlalu lama. Faktor lain yang berpengaruh terhadap ukuran overjet dan overbite adalah lama kebiasaan minum susu melalui botol dilakukan. Aznar dkk. (2006) menyebutkan bahwa beberapa kebiasaan dalam mulut dapat menimbulkan perubahan oklusi pada gigi desidui jika kebiasaan tersebut dilakukan lebih dari 3 tahun. Penelitian Yonezu (2005) yang dilakukan terhadap 592 anak-anak usia 1836 bulan menunjukkan bahwa pemberian susu melalui botol dapat menyebabkan terjadinya openbite serta overjet yang besar. Ukuran overjet yang melebihi normal lebih banyak terjadi pada anak-anak yang minum susu melalui botol sampai usia 36 bulan daripada anak yang hanya minum susu melalui botol sampai usia 24 bulan. Pada usia 3-5 tahun ini gigi geligi anak mempunyai ciri bahwa posisi gigi yang sudah bererupsi ke kontak oklusal dalam hubungannya satu sama lain tidak statis, perubahan akan terjadi pada posisi dan oklusi selama pertumbuhan rahang (Foster, 1999), pada masa perkembangan ini anak-anak rentan terhadap terjadinya maloklusi yang disebabkan karena adanya kebiasaan dalam rongga mulut. Pada masa ini rentan terjadi kelainan yang merupakan akibat lanjut dari masa batita atau faktor lingkungan yang dominan pada masanya (Iwa-Sutardjo, 2012).
3
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut ini: 1. Bagaimanakah pengaruh kebiasaan minum susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun. 2. Bagaimana pengaruh lama pemberian susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun. . C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai efek pemberian susu yang terlalu lama pada anak sudah pernah dilaporkan oleh Yonezu dkk. (2005) yang meneliti efek dari pemberian ASI dan susu melalui botol yang terlalu lama terhadap karakteristik oklusal gigi desidui. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey kuisioner dan pemeriksaan klinis terhadap 592 anak-anak usia 18-36 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa deepbite, openbite, serta overjet yang besar lebih banyak terjadi pada anak-anak yang diberikan susu melalui botol sampai usia 24-36 bulan. Berdasarkan hasil pencarian penulis, belum ada laporan penelitian mengenai pengaruh kebiasaan minum susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun, serta pengaruh lama pemberian susu melalui botol terhadap overjet dan overbite.
4
D. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan minum susu melalui botol dan lama pemberian susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat : 1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan Memberikan tambahan informasi khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Gigi Anak mengenai pengaruh kebiasaan minum susu melalui botol dan lama pemberian susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun. 2. Manfaat untuk masyarakat Memberikan tambahan informasi pada ibu tentang pengaruh kebiasaan minum susu melalui botol dan lama pemberian susu melalui botol terhadap ukuran overjet dan overbite gigi anak usia 3-5 tahun. 3. Manfaat secara Klinis Bagi para klinisi kesehatan gigi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu kontrol dari dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan dalam rongga mulut.
5