BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik, paling sempurna dibandingkan dengan alat komunikasi yang lain. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia (Chaer, 2010:11). Melalui bahasa, manusia bisa menyampaikan ide dan keinginannya. Bentuk penyampaian ide bisa bermacam-macam, salah satunya adalah iklan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014:521), iklan dapat berarti (1) berita pesanan untuk mendorong dan membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan, (2) pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat umum. Media massa bisa berupa media massa elektronik dan media massa cetak. Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak mempunyai frekuensi kemunculan serta wilayah jangkauan yang sangat luas, terlebih dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat, surat kabar dapat disebarluaskan melalui teknologi canggih yang bernama internet. Melalui internet, seluruh isi dan gagasan yang ada dalam surat kabar dapat diterima dan diketahui secara cepat oleh masyarakat di berbagai belahan dunia (Aini, 2012:2). Salah satu surat kabar yang penyebarannya memanfaatkan perkembangan teknologi internet adalah surat kabar Az-Zaman (SKZ) dengan situs alamat internet www.Azzaman.comwww.. SKZ merupakan salah satu surat kabar harian
Irak yang diterbitkan secara serentak di London, Baghdad, dan Beirut dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya. Dengan diterbitkannya SKZ melalui www.Azzaman.com, maka penyampaian ide kepada masyarakat dapat dinikmati dengan mudah dan dapat diakses secara online oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun mereka berada karena tanpa biaya langganan serta tanpa registrasi terlebih dahulu dalam mengaksesnya. Dipilihnya SKZ dalam situs internet Azzaman.com sebagai objek material disebabkan beberapa alasan, di antaranya situs tersebut mudah diakses dan banyak fasilitas elektronik yang ditawarkan dalam situs tersebut, seperti fasilitas file PDF, RSS, arsip, serta fasilitas lainnya. Fasilitas yang paling mengesankan adalah fasilitas arsip karena tidak semua surat kabar yang disebarluaskan melalui internet memberikan fasilitas tersebut. Dengan adanya fasilitas tersebut, maka edisi SKZ yang telah lalu dapat dengan mudah ditemukan sehingga memudahkan pencarian dan pengumpulan data penelitian. Selain itu, SKZ memuat banyak iklan komersial dibandingkan dengan iklan yang ditampilkan dalam surat kabar elektronik lainnya. Iklan dari suatu perusahaan yang diiklankan dalam SKZ ditampilkan untuk beberapa edisi, sehingga iklan pada edisi berikutnya sama seperti iklan pada edisi sebelumnya, iklan akan berganti setelah beberapa edisi sesuai dengan perjanjian antara perusahaan dengan SKZ. Azzaman.com menerbitkan dua edisi, yaitu edisi internasional dan edisi Irak. Penulis lebih memilih edisi Irak karena edisi tersebut lebih banyak menampilkan iklan dibandingkan dengan edisi internasional.
Seperti tujuan utamanya, yakni membujuk masyarakat agar tertarik dan menuruti kemauan pengiklan (KBBI, 2014:521), iklan dalam surat kabar ini dibuat dengan bahasa yang memengaruhi masyarakat agar tertarik untuk membeli atau menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan. Pengiklan dituntut untuk menggunakan bahasa yang tepat agar masyarakat yang membacanya terpengaruh untuk membeli barang yang ditawarkan tersebut. Bahasa iklan yang digunakan memiliki tuturan dan tindakan yang berbeda dengan bahasa yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar inilah iklan dalam SKZ diteliti dari sudut pandang tindak tutur. Tindak tutur sebenarnya merupakan salah satu fenomena dalam masalah yang lebih luas, yang dikenal dengan istilah pragmatik (Chaer, 2010:56). Dengan demikian, kajian pragmatik dianggap cocok untuk diterapkan dalam penelitian ini guna melihat penggunaan tindak tutur dalam sebuah iklan sehingga dapat dimanfaatkan untuk perkembangan keilmuan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis tindak tutur yang digunakan dalam iklan SKZ edisi bulan Januari– Juni tahun 2012. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah pada 1.2, maka tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan jenis tindak tutur yang digunakan dalam iklan SKZ edisi bulan Januari–Juni tahun 2012.
1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan wacana iklan dan kajian pragmatik sudah pernah dilakukan sebelumnya. Berikut disajikan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Skripsi S-1 oleh Aminah (2006) yang berjudul “Iklan dalam Surat Kabar
Al-Ittiha> d: Kajian Pragmatik”. Penelitian tersebut membahas tentang penutur iklan yang dalam menyampaikan maksudnya tidak hanya menggunakan satu macam tindak tutur, tetapi beberapa macam tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung literal (direct speech act), langsung tidak literal (direct nonliteral speech act), tidak langsung literal (indirect literal speech act), dan tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act). Adapun tindak tutur yang paling banyak
d adalah tindak tutur tidak langsung digunakan dalam iklan Surat Kabar Al-Ittiha> baik literal maupun tidak literal. Skripsi S-1 oleh Rakhmatika (2009) yang berjudul “Iklan pada Majalah Ekonomi Al-Iqtis}a> d wal-A’ma> l: Analisis Pragmatik”. Penelitian itu membahas penutur iklan yang dalam menyampaikan maksudnya tidak hanya menggunakan satu macam tindak tutur, tetapi menggunakan beberapa macam tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung literal (direct speech act), tidak langsung literal (indirect literal speech act), dan tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act). Penggunaan tindak tutur langsung literal (direct speech act) dan tidak langsung literal (indirect literal speech act) sedikit ditemukan pada majalah ekonomi Al-
Iqtiṣād wal-Aʻma> l, sedangkan penggunaan tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act) tidak ditemukan.
Skripsi S-1 oleh Vembriyanto (2013) yang berjudul “Analisis Tindak Tutur dalam Iklan Mobil Samsung”. Vembriyanto menyebutkan bahwa semua iklan dalam penelitian tersebut termasuk jenis iklan komersial karena iklan-iklan tersebut memiliki fungsi informatif dan fungsi persuasif. Tindak tutur yang ditemukan adalah tindak tutur perlokusi (perlocutionary act). Selain itu juga terdapat tindak tutur tidak langsung (indirect speech act), tidak langsung literal (indirect literal speech act), dan tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act). Tesis S-2 oleh Sultan (2009) yang berjudul “Wacana Iklan Operator Selular: Tinjauan Sosiopragmatik”. Sultan menyebutkan bahwa iklan-iklan dalam penelitian tersebut menggunakan strategi pemanfaatan tindak tutur langsung yang diwujudkan dalam bentuk kalimat perintah, tanya, dan berita. Dalam tuturan langsung, penutur iklan menggunakan kalimat perintah untuk memerintah, kalimat tanya untuk bertanya, serta kalimat berita untuk memberitakan. Strategi yang kedua memanfaatkan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur ini bertujuan untuk memperhalus dalam memerintahkan pembaca untuk melakukan sesuatu, seperti modus perintah diungkapkan dengan kalimat tanya ataupun kalimat berita. Selanjutnya menggunakan tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal. Tindak tutur langsung literal bertujuan untuk menginformasikan tentang fasilitas, tarif atau biaya yang dalam pengungkapannya modus dan maksud penulis atau operator sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tindak tutur tidak langsung literal bertujuan bahwa penulis atau operator dalam iklan tidak hanya memberitakan, tetapi secara tidak langsung meminta pembaca
untuk membeli atau menggunakan layanan selular dari masing-masing operator, sehingga modus tuturan tidak sesuai dengan maksud penulis atau operator, namun makna kata-kata yang membangunnya cocok dengan maksud penulis atau operator. Disertasi S-3 oleh Santoso (2006) yang berjudul “Wacana Iklan Komersial Berbahasa Indonesia di Televisi”. Santoso menyebutkan bahwa secara pragmatik, yakni dilihat dari kelangsungan dan keliteralan penyampaian pesan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pesan iklan di TV disampaikan secara tidak langsung literal dan langsung literal. Hal itu dilandasi oleh dua alasan, yaitu (i) penyampaian maksud tuturan secara tidak langsung literal dimaksudkan untuk memperhalus bujukan atau perintah kepada pemirsa sehingga efeknya terasa lebih halus dan lebih sopan bila dibandingkan secara langsung literal. Tindak tutur ini bermaksud memerintah, tetapi seringkali diutarakan dengan kalimat berita, kalimat tanya, atau kalimat seru; dan (ii) penyampaian maksud tuturan secara langsung literal juga digunakan. Walaupun penggunaan tindak tutur ini kurang halus/kurang sopan, ternyata banyak dimanfaatkan juga dalam WIK di TV sehingga terkesan “vulgar”. Berhubung yang menyampaikan adalah para artis atau selebriti yang sudah tidak asing bagi pemirsa dan cara penyampaiannya yang familiar, santai, tidak formal, jenaka, serta disertai mimik dan gesture yang kadang-kadang centil, memesona, ekspresif, impresif, dsb., maka seolah-olah tidak terasa adanya kendala dengan tindak tutur yang bersifat langsung literal ini. Dalam penelitian ini dibahas mengenai jenis-jenis tindak tutur dalam iklan SKZ edisi Januari–Juni tahun 2012. Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian
ini adalah mengetahui dan menjelaskan jenis-jenis tindak tutur dalam iklan SKZ edisi bulan Januari–Juni tahun 2012. Sejauh pengamatan peneliti, objek ini belum pernah diteliti oleh mahasiswa jurusan Sastra Asia Barat FIB UGM, Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS. 1.5 Landasan Teori Dalam penelitian ini digunakan teori pragmatik karena sifat-sifat dari suatu iklan tidak dapat dipahami tanpa mengetahui aspek pragmatiknya. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Verhaar (2008:14) mendefinisikan pragmatik sebagai cabang linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Menurut Wijana (1996:1), pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam berkomunikasi. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal sebagai alat komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Salah satu pembahasan dalam pragmatik adalah tindak tutur. Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan (Yule, 2006:82). Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologi, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu (Chaer, 2010:50). Berdasarkan jenis tuturan, terdapat tiga jenis tindak tutur, yakni: tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act) (Searle, 1969:22-25). Tindak lokusi adalah tindak
tutur untuk menyatakan sesuatu (the act of saying something), tindak ilokusi adalah tindak tutur untuk melakukan sesuatu (the act of doing something), sedangkan tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk memengaruhi mitra tutur (the act of affecting someone) (Wijana, 1996:1720). Wijana (1996:29-32) membagi tindak tutur berdasarkan modus tuturan atau berdasarkan sikap penutur yang disalurkan melalui tuturan menjadi tindak tutur langsung (direct speech act) dan tidak langsung (indirect speech act), tindak tutur literal (literal speech act) dan tidak literal (nonliteral speech act). Menurut Wijana (1996:30-32) tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang diutarakan sesuai dengan modus kalimatnya, yaitu kalimat berita (deklaratif) untuk memberitakan sesuatu, kalimat tanya (interogatif) untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah (imperatif) untuk menyuruh, mengajak, memohon, dan lain sebagainya, sedangkan tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang diutarakan tidak sesuai dengan modus kalimatnya. Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusun kalimatnya (tuturan), sedangkan tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Keempat tindak tutur tersebut disinggungkan menjadi empat, yaitu: tindak tutur langsung literal (direct literal speech act), tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act), tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act), dan tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral
speech act). Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya; tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya; tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur; dan tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan (Wijana, 1996: 33-36). Bahasa iklan yang digunakan memiliki tuturan dan tindakan yang berbeda dengan bahasa yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Iklan yang satu dengan yang lain pun berbeda satu sama lain. Seperti disebutkan pada latar belakang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014:521), iklan dapat berarti (1) berita pesanan untuk mendorong dan membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan, (2) pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang dan jasa yang dijual, dipasang dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat umum. Secara prinsip, iklan adalah bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh komunikator secara non personal melalui media untuk ditujukan pada komunikan dengan cara membayar (Widyatama, 2005:13).
Widyatama membagi iklan menjadi berbagai jenis. Berdasarkan tujuannya, Widyatama membagi iklan menjadi dua, yakni iklan komersial dan iklan non komersial (2005:102). Iklan komersial atau iklan bisnis adalah iklan yang bertujuan mendapatkan keuntungan ekonomi, utamanya peningkatan penjualan. Iklan non komersial yang sering disebut iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi, memersuasi, atau mendidik khalayak dengan tujuan akhir bukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, melainkan keuntungan sosial (Widyatama, 2005:104). Iklan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis iklan komersial. 1.6 Metode Penelitian Ada tiga tahapan strategis dalam sebuah penelitian (Sudaryanto, 1993:5). Masing-masing tahapan menggunakan metode dan teknik yang sesuai dengan objek sasaran dan data penelitian. Adapun tahapan tersebut adalah tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian laporan hasil analisis data. Pada tahap penyediaan data digunakan metode simak. Data berupa file PDF diunduh dari situs www.Azzaman.com, kemudian menyimak penggunaan bahasa iklan dalam SKZ dengan cara dibaca berulang-ulang. Teknik dasar yang digunakan dalam metode ini adalah teknik sadap dan teknik catat sebagai teknik lanjutannya. Teknik sadap dilakukan dengan menyadap bahasa iklan yang ada dalam SKZ untuk mendapatkan data, sedangkan teknik catat adalah teknik lanjutan dengan melakukan pencatatan pada kartu data untuk kemudian dipilah dan dikelompokkan berdasarkan modus kalimatnya.
Pada tahap analisis data, metode yang digunakan adalah metode padan. Metode padan adalah metode penelitian yang alat penentunya ada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Teknik dasar yang dipakai adalah teknik pilah yang penentunya menggunakan daya pilah pragmatis. Daya pilah pragmatis adalah daya pilah yang menggunakan mitra tutur sebagai penentu. Dalam analisis data, peneliti memperlihatkan data iklan yang telah dikelompokkan sesuai dengan modus tindak tuturnya kepada mitra tutur, kemudian meminta mitra tutur untuk mengomentari data iklan tersebut untuk dijadikan dasar metode padan. Mitra tutur yang ditemui peneliti adalah Sharif Saqr, ‘Ali Syarif, Ahmad ‘Ali, Hamid al-Gharbiy, dan Ahmad Fikri. Peneliti berhubungan dengan Sharif Saqr, ‘Ali Syarif, Ahmad ‘Ali, dan Hamid al-Gharbiy, melalui media sosial facebook dan e-mail, karena mitra tutur berdomisili di Kairo, Mesir. Sedangkan dengan Ahmad Fikri, peneliti bertatap muka langsung. Setelah analisis data selesai, tahap penelitian selanjutnya adalah penyajian data yang dilakukan dengan secara informal, yakni penyajian laporan yang berwujud kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:45). 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I berupa pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi arab-latin. Bab II berupa tindak tutur berdasarkan jenis tindakan. Bab III berupa tindak tutur berdasarkan modus
kalimat. Adapun bab IV berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan. 1.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin Pedoman transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini berdasarkan pada transliterasi berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 tahun 1987 dan 0543 b/U/1987. 1. Konsonan Konsonan bahasa Arab dilambangkan dengan h}arf hija`iyyah atau disebut huruf Arab. Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus. Berikut huruf konsonan bahasa Arab pada tabel. No
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
1
ا
Alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
2
ب
Ba
B
Be
3
ت
Ta
T
Te
4
ث
Ṡa
Ṡ
Es dengan titik di atasnya
5
ج
Jim
J
Je
6
ح
Ḥa
Ḥ
Ha dengan titik di bawahnya
7
خ
Kha
Kh
Huruf ka dan ha
8
د
Dal
D
De
9
ذ
Żal
Ż
Zet dengan titik di atasnya
10
ر
Ra
R
Er
11
ز
Za
Z
Zet
12
س
Sin
S
Es
13
ش
Syin
Sy
Es dan ye
No
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
14
ص
Ṣad
Ṣ
Es dengan titik di bawahnya
15
ض
Ḍad
Ḍ
De dengan titik di bawahnya
16
ط
Ṭa
Ṭ
Te dengan titik di bawahnya
17
ظ
Ẓa
Ẓ
Zet dengan titik di bawahnya
18
ﻉ
‘ain
‘
Koma terbalik (di atas)
19
ﻍ
Gain
G
Ge
20
ف
Fa
F
Ef
21
ق
Qaf
Q
Qi
22
ك
Kaf
K
Ka
23
ل
Lam
L
El
24
م
Mim
M
Em
25
ن
Nun
N
En
26
و
Wawu
W
We
27
ﻫ
Ha
H
Ha
28
ء
Hamzah
`
Apostrof condong ke kiri
29
ي
Ya
Y
Ye
2. Vokal Vokal dalam bahasa Arab terdiri atas vokal tunggal, vokal rangkap, dan vokal panjang. Penulisan ketiga vokal sebagai berikut. Vokal tunggal Tanda
Huruf
Vokal Rangkap Tanda
Huruf
Tanda
Huruf
◌َ ¯ِ
A
َ◌…ي
Ai
◌َ …ا ◌َ …ى
Ā
I
َ◌…و
Au
…ي ◌ِ ْ
Ī
_ُ
U
…و ْ ُ◌
Ū
Contoh:
ذُﻛَِﺮ
: żukira
Vokal Panjang
ﻗَ َﺎل: qāla
ﺖ ٌ ﺑَـْﻴ: baitun
3. Ta> ` Marbu> t }ah Transliterasi untuk ta> ` marbūṭah ada dua, yaitu transliterasi ta> ` marbūṭah hidup atau mendapat harakat fat ḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah /t/ dan ta> ` marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta> ` marbūṭah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh:
4.
ﺿﺔُ اﻷَﻃ َﻔ ِﺎل َ َرْو: rauḍah al-aṭfāl / rauḍatul-aṭfāl
Syaddah (Tasydīd) Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda. Tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Contoh:
5.
َرﺑـﱠﻨَﺎ: rabbanā
Kata sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu
""ال. Akan tetapi, dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan menjadi dua. Pertama, kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. Kedua, kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan huruf aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Baik diikuti huruf
syamsiyyah maupun huruf qamariyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang. Contoh:
اﻟﱠﺮ ُﺟ ُﻞ: ar-rajulu
اﻟ َﻘﻠَ ُﻢ
: al-qalamu
6. Hamzah
Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak di tengah atau di akhir kata. Apabila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh:
َﻗَـَﺮأ
: qara`a
7. Penulisan kata Pada dasarnya setiap kata, baik fi‘l, ism, maupun ḥarf ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh:
ِ ﲔ َ ْ َوإِ ﱠن اﷲَ َﳍَُﻮ َﺧْﻴـ ُﺮ اﻟﱠﺮا ِزﻗ: Wa innallāha lahuwa khairu ar-rāziqīna Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīna
8. Huruf kapital Meskipun dalam tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Di antaranya adalah huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu
didahului oleh kata sandang, maka yang dituliskan dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh:
َوَﻣﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ٌﺪ إِﻻﱠ َر ُﺳ ْﻮٌل: Wa ma>Muh}ammadun illa>rasu>l
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan. Contoh:
ِ ِ َ ﻧ: Nasrun minallāhi wa fat ḥun qarīb ﺐ ْ ٌ ْﺼٌﺮ ﻣ َﻦ اﷲ َوﻓَـْﺘ ٌﺢ ﻗَ ِﺮﻳ