BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar satu manusia dengan manusia lain sehingga dapat saling mengutarakan pikiran dan pendapat masing-masing. Menurut Kridalaksana (1983: 17, dalam Chaer, 1994 : 32), bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi terdiri atas susunan beberapa kata yang membentuk kalimat dan/atau beberapa kalimat yang membentuk menjadi paragraf. Tidak hanya dalam bidang sains atau pengetahuan alam, dalam bidang bahasa juga dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui perubahan dan perkembangan setiap bahasa yang digunakan di dunia. Penelitian dalam bidang bahasa disebut dengan istilah linguistik. Menurut Abdul Chaer (1994: 1), linguistik adalah ilmu yang membahas dan meneliti tentang bahasa. Linguistik terdiri dari beberapa cabang, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik (Soeparno, 2003: 17-18).
1
2
Menurut Kridalaksana dan beberapa pakar lain, didapatkan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Sifat atau ciri yang hakiki dari bahasa, antara lain, adalah (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitret, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, (13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya (Chaer, 1994: 33). Berdasarkan sifat atau ciri bahasa nomor lima yang disebutkan di atas, bahasa merupakan sesuatu yang memiliki makna. Bahasa tidak sekedar kata-kata yang sembarangan disusun atau dibuat tanpa memiliki maksud tetapi di setiap rangkaian kata suatu bahasa pasti mengandung sebuah makna. Bahasa yang terdiri dari kata-kata atau kalimat yang diucapkan oleh setiap manusia memiliki makna baik tersirat maupun tersurat. Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna dapat berupa morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana (Chaer, 1994: 45). Cara mengetahui makna dari suatu satuan bahasa yang telah disebutkan sebelumnya dapat menggunakan penelitian dengan cara analisis semantik. Chaer (1994: 284) berpendapat bahwa semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang membahas makna suatu frase, kata, atau kalimat. Kemudian, menurut Ferdinand de Saussure (dalam Chaer, 1994:
3
287), makna adalah ‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Bahasa memiliki keragaman yang tertuang dalam berbagai bentuk, seperti idiom, peribahasa, kata-kata mutiara, dan sebagainya. Pada bahasa Korea juga terdapat bentuk bahasa berupa peribahasa. Kata-kata dalam peribahasa memiliki tingkat kebahasaan dan makna yang tinggi, berbeda dengan kata-kata yang biasa digunakan banyak orang ketika berbincangbincang. Peribahasa merupakan salah satu ragam bahasa yang unik untuk diteliti karena mengandung makna tertentu. Peribahasa memiliki makna denotatif dan makna konotatif jika dianalisis secara menyeluruh. Kemudian, peribahasa dan makna peribahasa juga memiliki hubungan yang erat dengan budaya dan keadaan suatu negara pengguna bahasa tersebut. Makna dan budaya yang terkandung dalam peribahasa Korea tersebut secara tersembunyi merupakan salah satu hal yang menjadi alasan penelitian ini menggunakan peribahasa Korea sebagai objek penelitian. Berbagai macam unsur dalam kehidupan digunakan dalam peribahasa. Jenis peribahasa dalam bahasa Korea yang mengandung kata khusus ada banyak, seperti peribahasa Korea yang mengandung kata dari bagian tubuh manusia, hewan, tumbuhan, makanan, jenis-jenis musim, unsur alam, dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan peribahasa yang berunsur musim-musim di Korea, untuk diteliti makna konotatif serta budaya dan keadaan di Korea yang terkandung dalam peribahasa-
4
peribahasa tersebut. Peribahasa Korea yang berunsur musim diperoleh dari www.krdic.naver.com (http://krdic.naver.com/list.nhn?kind=proverb) dan berjumlah 49 peribahasa. Korea merupakan salah satu negara yang mengalami empat musim yang berbeda setiap tahunnya. Empat musim tersebut adalah musim semi bom / 봄), musim panas (yeoreum / 여름), musim gugur (ga-eul / 가을), dan musim dingin (gyeo-ul / 겨울). Setiap musim di Korea memiliki perbedaan suhu dan suasana yang berbeda serta memiliki keunikan, kekhasan, dan makna di setiap musimnya yang berhubungan dengan budaya, kebiasaan, dan kehidupan bangsa Korea. Nenek moyang bangsa Korea terdahulu membuat peribahasa bukan sekedar membuatnya tetapi juga disesuaikan dengan keadaan lingkungannya. Pada peribahasa-peribahasa Korea berunsur musim serta makna peribahasanya memiliki hubungan yang erat dengan budaya-budaya di Korea serta menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Korea pada zaman dahulu. Karakteristik dari setiap musim di Korea dan adanya hubungan yang terait dengan kehidupan dan budaya bangsa Korea menjadi alasan dilakukannya penelitian terhadap peribahasa Korea yang berunsur musim. Peribahasa-peribahasa Korea yang berunsur musim dianalisis maknanya dengan menggunakan teori semantik. Kemudian, pada peribahasa-peribahasa Korea tersebut juga diuraikan secara singkat budaya atau keadaan yang terkandung.
5
1.2
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana makna peribahasa Korea yang berunsur musim? 2. Apa budaya dan keadaan yang terkandung dalam peribahasa-peribahasa Korea yang berunsur musim?
1.3
TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini, yaitu : 1. Mendeskripsikan makna peribahasa Korea yang berunsur musim. 2. Mendeskripsikan budaya dan keadaan yang terkandung dalam peribahasa-peribahasa Korea yang bernsur musim.
1.4
MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun para pembaca dalam bidang pendidikan Bahasa Korea terutama dalam memahami peribahasa Korea. 2. Diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa yang akan dilakukan di masa yang akan datang.
6
3. Diharapkan dapat memberikan wawasan lebih bagi masyarakat umum mengenai makna peribahasa Korea dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.5
RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam batasan semantik mengenai makna denotatif dan makna konotatif pada peribahasa Korea berunsur musim. Kemudian, dalam penelitian juga dilakukan analisis mengenai hubungan yang terkait antara peribahasa-peribahasa Korea dengan kebudayaan, kebiasaan, dan kehidupan masyarakat Korea. Peribahasa Korea yang berunsur musim berjumlah 49 peribahasa dan peribahasa-peribahasa tersebut diperoleh dari www.krdic.naver.com (http://krdic.naver.com/list.nhn?kind=proverb). Peribahasa Korea berunsur musim seluruhnya digunakan dalam penelitian ini. Penelitian menggunakan peribahasa-peribahasa Korea yang terdapat di situs online naver karena kamus peribahasa Korea di Indonesia masih kurang memadai. Kemudian, alasan yang paling utama adalah peribahasa dan makna peribahasa yang terdapat pada situs tersebut lebih lengkap dibandingkan kamus-kamus peribahasa yang sudah ditemui oleh penulis.
1.6
TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai analisis semantik yang merupakan analisis makna sebuah kata pada peribahasa Korea sudah pernah dilakukan. Akan
7
tetapi, penelitian tentang makna peribahasa Korea berunsur musim belum pernah dilakukan di Indonesia. Berikut beberapa hasil penelitian atau skripsi yang menganalisis sebuah kata yang terkandung dalam peribahasa Korea sebelumnya. Skripsi berjudul ‘Makna Kata "Langit" Pada Peribahasa Korea : Sebuah Kajian Semantik' oleh Dita Oktamaya (2013). Skripsi tersebut membahas tentang hubungan antara makna kiasan kata ‘langit’ dalam peribahasa Korea dengan makna sebenarnya dan mendeskripsikan makna kata ‘langit’ berdasarkan konsep simbol pada teori semantik. Skripsi berjudul ‘Analisis Makna Horangi ‘Harimau' dalam Peribahasa Korea' oleh Aurelia Tanjung Ardiana (2013). Skripsi tersebut membahas tentang makna kiasan, diksi, dan fungsi masing-masing peribahasa Korea yang mengandung kata horangi ‘harimau’. Skripsi berjudul ‘Makna Kata Perut Pada Peribahasa Korea : Analisis Semantik' oleh Angela Pehulisa Meliala (2014). Skripsi tersebut membahas tentang hubungan antara makna kiasan kata ‘perut’ dalam peribahasa Korea dengan makna referen dan makna sebenarnya. Selain itu, juga mendeskripsikan makna kata ‘perut’ berdasarkan konsep simbol pada teori semantik. Skripsi berjudul ‘Analisis Semantik Leksem Tteok ‘Kue Beras’ dalam Peribahasa Korea’ oleh Rachmat Aditya Hutama (2015). Skripsi tersebut membahas tentang makna peribahasa tteok dan menjelaskan hubungan antara makna kiasan kata tteok (떡) ‘kue beras’ dalam peribahasa
8
Korea dengan makna sebenarnya. Selain itu, juga menjelaskan dan mendeskripsikan
makna
leksem
tteok
(떡)
‘kue
beras’
dengan
menggunakan konsep simbol pada teori semantik serta mengklarifikasikan jenis-jenis peribahasa berdasarkan makna peribahasa. Skripsi-skripsi tersebut memiliki analisis yang sama mengenai analisis makna sebenarnya dengan makna kiasan dari peribahasaperibahasa Korea. Penelitian dalam skripsi yang ditulis kali ini juga mengenai analisis yang berfokus pada makna peribahasa-peribahasa Korea serta budaya dan keadaan di Korea yang terkandung dalam peribahasa. Akan tetapi, penelitian ini memiliki perbedaan dibandingkan skripsi-skripsi sebelumnya, yaitu dengan melakukan analisis pada peribahasa Korea berunsur musim serta budaya dan keadaan yang terkandung dalam peribahasa tersebut dengan judul ‘Makna Peribahasa Korea Berunsur Musim'.
1.7
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research). Cara penelitiannya adalah sebagai berikut : a. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan peribahasa Korea yang mengandung kata musim semi (bom), musim panas (yeoreum), musim gugur (ga-eul), dan musim
9
dingin (gyeo-ul) yang diperoleh dari
www.krdic.naver.com
(http://krdic.naver.com/list.nhn?kind=proverb). b. Analisis Data Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu : 1. Menerjemahkan semua peribahasa Korea dan makna peribahasa Korea tersebut kedalam bahasa Indonesia. 2. Menguraikan makna denotatif lalu menganalisis makna konotatif peribahasa-peribahasa Korea berunsur musim yang telah dikumpulkan. 3. Menganalisis budaya dan keadaan yang berkaitan dan terkandung dalam peribahasa-peribahasa Korea yang berunsur musim. c. Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data secara informal, yaitu dengan menyajikan dan menguraikan hasil penelitian makna konotatif peribahasa Korea berunsur musim serta
menguraikan
peribahasa-peribahasa
hubungan
yang
terkandung
Korea
tersebut
dengan
antara budaya,
kebiasaan, dan kehidupan masyarakat Korea secara deskriptif.
10
1.8
SISTEMATIKA PENULISAN Laporan penelitian ini disusun secara sistematis dan berurutan untuk mempermudah dalam penyusunannya. Kerangka penulisan laporan penelitian terdiri dari beberapa bab. Bab 1 berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika. Bab 2 berisi tentang landasan teori yang terdiri dari teori semantik, makna, dan peribahasa. Bab 3 berisi tentang jenis-jenis musim di Korea, analisis mengenai makna peribahasa Korea berunsur musim, serta deskripsi mengenai budaya dan keadaan yang berkaitan dan terkandung dalam peribahasa-peribahasa Korea tersebut. Bab 4 berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran terhadap penelitian.