BAB I PENDAHULUAN
1.7
Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami
pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah dan berbagai bantuan dari luar mancanegara. Hingga saat ini Banda Aceh telah berkembang pesat dari berbagai segi, baik segi ekonomi, pendidikan, dan pariwisata khususnya. Letak geografis Kota Banda Aceh berada antara 5°30‟ - 5°35‟ LU dan 95°30‟99°16‟ BT dengan luas wilayah keseluruhan ± 61,36 km2 memiliki posisi strategis yang berhadapan dengan negara-negara di selatan Benua Asia dan merupakan pintu gerbang Republik Indonesia di Bagian Barat. Kondisi ini merupakan potensi yang besar baik secara alamiah dan ekonomis. Potensi tersebut secara tidak langsung akan menjadi aset bagi Kota Banda Aceh khususnya dan Provinsi Aceh secara umum untuk lebih membuka diri terhadap daerah sekitarnya maupun dunia luar atau lebih mengenalkan dan menumbuhkan citra serta jati diri dalam ajang nasional dan internasional. Banda Aceh pun kini menjadi kota objek wisata yang lebih dikenal dengan “Wisata Situs Tsunami”. Pengembangan pariwisata di kota Banda Aceh dilakukan dalam upaya untuk menyediakan ruang yang melayani kegiatan wisata untuk masyarakat Banda Aceh sendiri maupun wisatawan domestik dan wisatawan asing. Dengan potensi wisata yang ada di kota Banda Aceh, kegiatan wisata dapat dikembangkan meliputi wisata alam, wisata budaya, wisata religius, wisata kuliner, dan wisata lainnya. Pasca bencana Tsunami, kunjungan wisatawan ke kota Banda Aceh hingga saat ini cukup menggembirakan. Walau tidak signifikan peningkatannya tetapi sudah menunjukkan trend yang baik. Orang-orang dari berbagai pelosok Indonesia, Asia hingga Eropa berduyun-duyun menziarahi bumi yang dikenal dengan Serambi Mekah untuk menyaksikan secara langsung dampak yang ditimbulkan akibat tsunami. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi pariwisata kota Banda Aceh. Dibangunnya berbagai fasilitas yang akan mendukung wisata dan perbaikan objek-objek wisata
yang rusak akibat bencana, terutama perbenahan kembali kawasan di pesisir pantai Kota Banda Aceh yang terkenal dengan keindahan alamnya, semakin menunjang kegiatan pariwisata saat ini dan untuk ke depannya. Berdasarkan program Pariwisata kota Banda Aceh yakni “Visit Banda Aceh Year 2011”, kota Banda Aceh ke depannya akan mengembangkan objek- objek wisata, salah satunya adalah pengembangan kawasan wisata tepi air yang perencanaannya akan dilakukan di beberapa kawasan pesisir pantai kota Banda Aceh. Ulee Lheue sebagai lokasi pilihan perencanaan wisata tepi air didasarkan pada beberapa faktor. Selain dekat dengan pusat kota dan karena berada di tepi laut dengan view ke laut lepas yang menarik, adanya pelabuhan kapal Feri Ulee Lheue sebagai jalur transportasi dari Banda Aceh - Sabang mengakibatkan aktivitas wisatawan menjadi tinggi, sehingga sangat menguntungkan pengembangan Wisata Tepi Air Ulee Lheue sendiri. Ulee Lheue merupakan salah satu daerah terbesar yang terkena dampak bencana Tsunami karena berada di pesisir pantai sebelah utara kota. Setelah mengalami Rehabilitas dan Rekonstruksi, kawasan Uee Lheue mulai kembali normal. Berdasarkan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh Tahun 2006-2016, kawasan Ulee Lheue akan difungsikan sebagai Pariwisata Pantai, dengan skala pelayanan regional dan kota.
1.8
Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan wisata tepi air Ulee Lheue kota
Banda Aceh adalah : 1. Menciptakan kawasan wisata tepi air di kota Banda Aceh sebagai salah satu objek Wisata Situs Tsunami, 2. Menjadi penunjang segi pariwisata dalam program “Visit Banda Aceh Year 2011”, 3. Menciptakan tempat rekreasi publik bagi masyarakat di kota Banda Aceh dan luar kota Banda Aceh, 4. Meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, 5. Mempelajari permasalahan dan perancangan bangunan untuk kawasan tepi air (waterfront).
1.9
Masalah Perancangan Dalam perencanaan dan perancangan sarana Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota
Banda Aceh ini, ada berbagai masalah yang dihadapi diantaranya adalah : -
Permasalahan Umum : Bagaimana menyediakan fasilitas untuk rekreasi wisata tepi air yang dapat menampung kebutuhan dan menarik minat masyarakat atau wisatawan yang ingin menikmati alam sekitar lokasi perancangan.
-
Permasalahan Khusus : 1. Masalah dalam menggunakan tapak yang berupa daratan dan perairan disekitar tapak itu sendiri, 2. Masalah penerapan konstruksi atau penerapan teknologi bangunan terhadap kondisi tanah tapak perencanaan perancangan di tepi perairan, 3. Masalah menentukan bentuk desain bangunan dan ruang luar yang mencerminkan objek wisata situs tsunami, 4. Masalah mengkombinasikan komplektivitas kegiatan dalam satu wadah wisata tepi air.
1.10
Asumsi Beberapa asumsi yang mendasari penyelengaraan kasus proyek adalah : 1. Pendirian proyek berasal dari program pemerintah dan dikelola oleh pemerintah sebagai fasilitas yang mewadahi kegiatan komersil yang bersifat wisata rekreatif. 2. Penyelenggaraan proyek berasal dari pemerintah dan tidak terdapat kesulitan dalam penyediaan dana tersebut.
1.11
Lingkup dan Batasan Lingkup dan batasan digunakan dalam menentukan sejauh mana kajian yang
akan dilakukan. Lingkup dan batasan dalam perancangan ini adalah : 1. Pemahaman tentang perencanaan dan perancangan kawasan tepi air, 2. Fasilitas yang dibutuhkan pada kawasan tepi air ini ditentukan berdasarkan studi literatur,
3. Perancangan kawasan tepi air berkaitan dengan prilaku dan kebutuhan manusia dalam perencanaan arsitektur, 4. Perancangan wisata tepi air Ulee Lheue adalah indoor dan outdoor, 5. Kajian terhadap tapak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh.
1.12
Pendekatan Masalah Metoda pendekatan masalah yang digunakan adalah : 1. Studi literatur mengenai proyek dan tema sejenis 2. Studi lapangan berupa survey lokasi, pengamatan dan pengenalan langsung ke lokasi yang dipilih dimana proyek akan dibangun, dengan tujuan untuk mengetahui keadaan lokasi yang sebenarnya, mengenal potensi-potensi dan kendala-kendala yang ada, baik yang dimanfaatkan maupun yang harus dihindari. 3. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk melengkapi data yang diperlukan. 4. Studi analisa yaitu menganalisa data yang diperoleh khususnya yang berkaitan dengan fungsi bangunan dan kawasan yang menampung kegiatan wisata.
1.7
Kerangka Berfikir Dalam menyusun, merencanakan, dan merancang proyek „Wisata Tepi Air
Ulee Lheue Kota Banda Aceh‟, dengan tema „Waterfront Architecture‟, dapat dilihat kerangka berfikir yang dilampirkan dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Latar Belakang 1. Mendukung program Visit Banda Aceh Year 2011. 2. Pengembangan pariwisata Kota Banda Aceh.
Judul : Wisata Tepi Air Ulee Lheue Kota Banda Aceh Tema Perancangan : Waterfront Architecture
Tujuan dan Manfaat: 1. Menciptakan kawasan wisata tepi air di kota Banda Aceh sebagai salah satu objek Wisata Situs Tsunami. 2. Menciptakan tempat rekreasi publik bagi masyarakat di kota Banda Aceh dan luar kota Banda Aceh. 3. Meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Data Perencanaan Data Tapak
Perumusan Masalah : Bagaimana menyediakan fasilitas untuk rekreasi wisata tepi air yang
Studi Literatur
dapat menampung kebutuhan dan menarik minat masyarakat atau
Studi Banding
wisatawan yang ingin menikmati alam sekitar lokasi perancangan.
Survei Lapangan Wawancara
Analisa Tapak (Analisa Fisik) View, sirkulasi, vegetasi, dll. Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik) Pengguna, alur kegiatan, dll Programming Program ruang dalam dan ruang luar Hubungan Antarruang
Konsep Perancangan Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, tema, struktur, dan utilitas.
Desain Perancangan
Skematik 1.1 Kerangka Berfikir
1.9
Sistematika Laporan Berikut adalah proses dari penyusunan laporan proyek „Wisata Tepi Air Ulee
Lheue Kota Banda Aceh, yang terdiri dari : BAB I
PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, maksud dan perancangan, masalah perancangan, lingkup dan batasan perancangan, pendekatan terhadap masalah, asumsi-asumsi yang mendasari penyelenggaraan proyek, kerangka berfikir, dan sistematika laporan.
BAB II
DESKRIPSI PROYEK Menguraikan terminologi dari judul ataupun kasus proyek, , tinjauan umum proyek, tinjauan khusus berupa proyek tinjauan lokasi mencakup kriteria pemilihan lokasi dan eksisting, program kegiatan dan kebutuhan ruang, disertakan juga tinjauan pariwisata dan studi banding mengenai proyek sejenis.
BAB III
ELABORASI TEMA Berisi
latar
belakang
pemilihan
tema,
pengertian
tema,
interpretasi/kedekatan tema, dan studi banding mengenai tema sejenis. BAB IV
ANALISA Berisi tentang analisa fisik/tapak, analisa fungsional ruang berdasarkan kegiatan yang ditampung pada lokasi proyek dan jumlah pengunjung.
BAB V
KONSEP PERANCANGAN Berisi tentang ilustrasi dan penjelasan konsep-konsep perancangan yang direncanakan untuk diterapkan ke dalam proyek.
BAB VI
HASIL PERANCANGAN Berisi gambar hasil perancangan berupa foto maket maupun gambar kerja.
DAFTAR PUSTAKA