BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian tentang “Pengembangan dan Optimalisasi Promosi Pantai Suwuk Sebagai Destinasi Wisata Unggulan Di Kabupaten Kebumen” merupakan penelitian yang difokuskan pada pengembangan pantai Suwuk menjadi destinasi unggulan
di
Kabupaten
Kebumen
dan
optimalisasi
promosi
dalam
memperkenalkan pantai Suwuk ke masyarakat lebih luas. Pantai Suwuk sendiri merupakan salah satu destinasi wisata yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen. Pantai Suwuk berdasarkan data yang dilansir kebumenkab.bps.go.id menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Kebumen. Tercatat jumlah kunjungan wisatawan di Pantai Suwuk pada tahun 2013 mencapai 227,350 atau tertinggi nomor 2 di Kebumen.1 Lonjakan jumlah kunjungan yang cukup signifikan terjadi di tahun 2014 dengan jumlah kunjungan pantai Suwuk mencapai 340,637 wisatawan dan menjadi jumlah kunjungan tertinggi di Kabupaten Kebumen.2 Berikut tabel jumlah kunjungan diseluruh destinasi wisata Kabupaten Kebumen tahun 2014,
1
Kebumenkab.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id41, diakses pada 3 Februari 2015, pukul 18.35 WIB. 2 Buku Statistik Pariwisata Kabupaten Kebumen Tahun 2014.
Tabel 1 1 Jumlah Kunjungan Wisata Kebumen Tahun 2014 No Destinasi Wisata 1 Goa Jatijajar 2 Pantai Logending 3 Goa Petruk 4 Pantai Karangbolong 5 Pantai Petanahan 6 Waduk Sempor 7 Pemandian Air Panas Krakal 8 Waduk Wadaslintang 9 Pantai Suwuk Jumlah
Jumlah Kunjungan 297.682 123.115 9.830 24.104 81.996 35.168 22.506 22.381 340.637 957.419
Sumber: Buku Statistik Pariwisata Kabupaten Kebumen Tahun 2014
Berbicara soal sektor pariwisata, sektor pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sektor potensial yang mampu menggerakan perekonomian di Indonesia. Bermodalkan keindahan alam, keanekaragaman budaya, dan keramahan masyarakat khas orang timur menjadikan Indonesia salah satu negara dengan berbagai macam destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014 melansir data terkait jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang mencapai 9,4 juta atau tumbuh 7,2% dibanding tahun 2013 sebanyak 8,8 juta wisatawan mancanegara.3 Dengan adanya kunjungan
dari
wisatawan
mancanegara
tentu
akan
berdampak
pada
bertambahnya pundi-pundi devisa untuk Indonesia. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2014 setidaknya telah menyumbang devisa sebesar 10054,15 juta US dollar atau 4% dari total Produk Domestik Bruto
3
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1387 diakses pada tanggal 7 April 2015, pukul 08:30 WIB
(PDB).4 Sementara berbicara soal daya serap tenaga kerja di sektor pariwisata, setidaknya sektor pariwisata mampu menyerap tenaga kerja yang mencapai 10,13 juta, baik dari sektor formal maupun informal.5 Paparan data tersebut sejatinya menunjukan trend yang positif di sektor pariwisata Indonesia, namun hal tersebut bukan menjadi dasar untuk mengatakan bahwa sektor pariwisata Indonesia sudah maju atau dapat bersaing di level internasional. Jika berbicara di level global, tingkat daya saing sektor pariwisata di Indonesia masih sangat rendah. Di level Asia Tenggara saja, Indonesia masih jauh
tertinggal
dari
Malaysia
yang
memiliki
pertumbuhan
wisatawan
mancanegara sebesar 9,6% dengan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2014 sebesar 22,9 juta wisatawan mancanegara, sedangkan Thailand sebesar 24,8juta wisatawan mancanegara.6 Dibekali berbagai potensi yang ada, sektor pariwisata Indonesia sejatinya memiliki peluang untuk bersaing lebih jauh di level global. Dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki, sektor pariwisata Indonesia masih harus melakukan pembenahan. Pembenahan di sektor pariwisata menjadi penting mengingat pada akhir tahun 2015 Indonesia resmi terjun di pasar bebas global yang bertajuk Asean Economic Community atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Adanya Masyarakat Ekonomi Asean merupakan tantangan sekaligus peluang untuk sektor pariwisata di Indonesia. Menjadi peluang mengingat arus
4
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1387 diakses pada tanggal 7 April 2015, pukul 08:45 WIB 5 http://ekbis.sindonews.com/read/898132/34/pariwisata-sumbang-9-8devisa-negara1409803556 diakses pada tanggal 7 April 2015, pukul 09:00 WIB 6 http://mobile.kontan.co.id/newspariwisata-akan-serap-13-juta-tenaga-kerja diakses pada tanggal 7 April 2015, pukul 09:15 WIB
perpindahan wisatawan yang semakin mudah, sementara menjadi tantangan mengingat pertarungan di sektor pariwisata pun semakin luas. Melihat kondisi tersebut, para stakeholder di sektor pariwisata harus bergerak lebih cepat untuk membenahi pariwisata di Indonesia. Proses membenahi pariwisata di Indonesia dapat dilakukan dengan memulai membenahi sektor pariwisata di tingkat daerah. Sehingga tingkat daerah sangat dituntut untuk berkerja lebih ekstra dalam mengembangkan sektor pariwisata yang ada dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Melalui pengembangan potensi pariwisata di daerah, diharapkan sektor pariwisata akan mendapatkan memberikan keuntungan yang sifatnya multi-sectoral serta multi-effect, yakni sektor pariwisata tidak hanya memberikan pemasukan bagi daerah, melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun juga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat yang ada disekitarya. Berbicara soal potensi sektor pariwisata di tingkat daerah, Kabupaten Kebumen memiliki berbagai destinassi wisata yang patut diperhitungkan di tingkat
nasional.
Potensi
sektor pariwisata
Kabupaten Kebumen
yaitu
bermodalkan keragaman destinasi wisata yang ditawarkan, seperti wisata sejarah, budaya, buatan manusia serta wisata alam. Jika dilihat dari sisi wisata alamnya, letak Kabupaten Kebumen yang berada di sebelah selatan Pulau Jawa ini setidaknya menawarkan keanekaragaman keindahan panorama pantai, goa dan pegunungan yang sangat menarik untuk di kunjungi. Keanekaragaman yang dimiliki tersebut menjadi berkah tersendiri bagi Kabupaten Kebumen dalam mengembangkan sektor pariwisatanya karena dapat memberikan berbagai variasi
pengembangan destinasi wisata. Sementara potensi berbicara soal potensi wisata budaya, Kabupaten Kebumen memiliki beberapa situs peninggalan sejarah yang menarik untuk diekplorasi menjadi destinasi wisata unggulan. Menilik lebih jauh potensi wisata di Kabupaten Kebumen, sejatinya Kabupaten Kebumen menyimpan banyak potensi. Akan tetapi, wisata alam di Kabupaten Kebumen lebih menonjol dibanding beberapa jenis destinasi wisata lainnya. Daerah ini setidaknya memiliki beberapa destinasi wisata alam unggulan yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen, yakni Goa Jati Jajar, Goa Petruk, Pantai Ayah, Pantai Karang Bolong, Pantai Suwuk Serta Pantai Petanahan.7 Berbicara soal pembenahan sektor pariwisata di tingkat daerah, Kebumen menjadi salah satu daerah yang telah memulai pembenahan di sektor pariwisata. Pantai Suwuk merupakan salah satu destinasi wisata di Kebumen yang telah memulai melakukan pembenahan. Pantai Suwuk sebagai pantai yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen, merupakan pantai yang memiliki sejuta potensi untuk dikembangkan. Potensi yang dimiliki pantai Suwuk yaitu pemandangan yang indah, suasana asri khas pantai yang masih jelas terasa. Selain itu, pantai Suwuk juga mempunya area yang luas, sehingga pihak developer akan mudah dalam mengembangkan pantai Suwuk. Pengembangan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen menjadikan pantai Suwuk salah satu potensi destinasi wisata unggulan di tingkat provinsi atau bahkan tingkat nasional. Hal ini dipertegas dengan di tahun 2014, pantai Suwuk mendapat penghargaan ditingkat provinsi dari Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Jawa Tengah. 7
http://www.kebumenkab.go.id/index.php/public/potenda, diakses pada tanggal 7 April 2015, pukul 10:00 WIB
Berdasarkan berita yang dirilis oleh berita.suaramerdeka.com, pantai Suwuk mendapat penghargaan sebagai 6 destinasi wisata terbaik yang dikelola oleh Pemerintah Daerah se-Jawa Tengah. Indikator penilain berkaitan dengan jumlah kunjungan, pengembangan saran prasarana, aspek pembedayaan masyarakat, dan pengembangan sapta pesona.8 Perkembangan yang terjadi di pantai Suwuk dapat dikatakan cukup signifikan. Daya saing pantai Suwuk di pasar pariwisata daerah pun mulai diperhitungkan. Pantai Suwuk saat ini telah menjelma menjadi pantai dengan konsep perpaduan keindahan alam dan sentuhan modern diberbagai fasilitas dan wahana yang ada. Terlepas dari
berbagai capaianya saat ini, pantai Suwuk
sebelum seperti saat ini merupakan pantai yang dikembangan secara mandiri oleh masyarakat setempat. Masyarakat desa Tambakmulyo, atau lebih tepatnya dusun Suwuk merupakan masyarakat yang sadar dan aktif dalam mengembangakan potensi wisata yang dimiliki daerahnya. Pengembangan pantai Suwuk di era pengelolaan masyarakat merupakan cikal bakal pengembangan yang terjadi di destinasi wisata pantai Suwuk. Meskipun di era masyarakat pantai Suwuk belum berkembang seperti saat ini, namun beberapa hal positif diberikan masyarakat guna kemajuan pantai Suwuk. Masyarakat dusun Suwuk bertahun mengelola dan mengembangkan pantai Suwuk dengan gigih hingga dikenal oleh masyarakat luas. Setelah dikenal oleh pasar pariwisata di tingkat lokal bahkan provinsi, Pemerintah Kabupaten Kebumen muncul dan mengakuisisi destinasi wisata tersebut secara penuh pada tahun 2012. 8
Berita.suaramerdeka.com/smcetak/edu-agrowisata-pantai-suwuk/ diakses pada tanggal 1 Februari 2015pukul 18.45 Wib
Proses akuisisi pantai Suwuk merupakan langkah Pemerintah Kabupaten dalam mengembangkan sektor pariwisata di Kebumen. Dengan akuisisi tersebut Pemerintah Kebumen akan lebih leluasa mengembangkan destinasi wisata pantai Suwuk guna kemajuan pantai Suwuk itu sendiri. Proses ini juga bertujuan untuk meningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan impact nyata yang didapatkan dari penyediaan destinasi wisata.9 Pendapatan ini dapat berasal dari retribusi destinasi wisata dan retribusi lain dari elemen-elemen yang berhubungan dengan pariwisata seperti misal biro perjalanan, dan perhotelan. Melihat potensi yang dimiliki pantai Suwuk, proses akuisisi ini menjadi salah satu langkah strategi pemerintah kabupaten Kebumen dalam meningkatkan daya saing sektor pariwisata Kebumen dan lebih luas lagi sektor pariwisata Indonesia. Paparan singkat dari pantai Suwuk tersebut menunjukan bahwa proses pengembangan yang terjadi di pantai Suwuk terbagi kedalam dua era, yaitu era masyarakat dan era pemerintah seperti sekarang ini. Penelitian ini sejatinya membahas pengembangan yang terjadi di pantai Suwuk hingga pantai Suwuk seperti sekarang. Memang secara kasat mata perkembangan yang jelas dirasakan adalah perkembangan yang dilakukan di era pengelolalaan pemerintah,akan tetapi, peran masyarakat dibalik perkembangan yang terjadi di pantai Suwuk saat ini tidak dapat dilepaskan begitu saja. Sejarah pengelolaan yang dimiliki pantai Suwuk menjadikan proses pengembangan yang dilakukan pemerintah cukup menarik untuk diteliti. Hal yang menjadi menarik adalah posisi masyarakat yang 9
Hasil wawancara dengan Agus Riyanto, Kabid Pengembangan Dinas Priwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen tanggal 6 April 2015.
sebelumnya aktor dan aktif dalam pengembangan yang dilakukan di pantai Suwuk, namun sekarang lebih berperan pasif dalam pengembangan yang dilakukan. Sementara berbicara terkait promosi, promosi dalam pariwisata memiliki peran krusial mengingat sektor pariwisata berbeda dengan sektor publik lainnya. Pangsa pasar dari sektor pariwisata cukup luas dan tidak terbatas pada batas wilayah,sehingga promosi dalam sektor pariwisata menjadi penting guna meraup pangsa pasar yang lebih luas. Berkaca dari hal tersebut, penelitian juga berfokus pada optimalisasi promosi yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjadikan pantai Suwuk destinasi unggulan di Kebumen. 1.2.Critical Review Penelitian tentang pengembangan dan optimalisasi promosi pantai Suwuk sebagai destinasi unggulan bukan menjadi topik pertama yang pernah diteliti. Beberapa penelitian pun telah banyak membahas tentang topik tersebut. Meskipun topik yang diangkat sama, namun perbedaan cara pandang menjadikan pembahasan akan topik tersebut semakin kaya dan beragam. Beberapa penelitian pun pernah menjadikan pantai Suwuk sebagai lokus kajian, bahkan ada beberapa topik yang memiliki kesamaan dengan topik yang dibahas pada penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Nugraheni tentang “Kajian Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Suwuk Kabupaten Kebumen Ditijau Dari Segi Pengelolaan Dan Pemasarannya” menjadi salah satu penelitian yang memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Penelitian ini mengkaji tentang pengembangan destinasi dan promosi pantai Suwuk di tahun 2012. Topik kajian tersebut memiliki kesamaan dengan topik yang diangkat penulis. Perbedaan terletak pada sudut pandang dan analisis yang dilakukan.
Penelitian “Kajian Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Suwuk Kabupaten Kebumen Ditijau Dari Segi Pengelolaan Dan Pemasarannya” lebih mengukur strategi yang dilakukan pemerintah dalam mengelola dan memasarkan pantai Suwuk. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT sebagai alat analisis.10 Analisis SWOT dalam kajian keilmuan Aministrasi Negara telah banyak di gunakan dibeberapa penelitian. Sehingga penulis meninggalkan analisis SWOT sebagai literatur dalam menganalisis fenomena yang ada di pantai Suwuk. Selain itu, perbedaan penelitian ini juga berkaitan dengan proses pengembangan pantai Suwuk di tahun 2012 yang belum banyak dilakukan. Pasalnya dimasa itu pengelolaan masih berada pada masa transisi, sehingga pemerintah belum sepenuhnya menerapkan pengembangan di pantai Suwuk. Penelitian yang dilakukan Isnaeni Nur Zakiyah dan Teguh Kurniawan yang berjudul “Kajian Pembangunan Pariwisata Pantai Suwuk Kabupaten Kebumen Ditinjau Dari Aspek Partisipasi Masyarakat”. Penelitian ini hanya berfokus pada partispasi masyarakat dalam pembangunan pantai Suwuk. Hasil Penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa masyarakat tergolong partisipatif namun ada beberapa hal yang mengkatagorikan masyarakat kurang partispatif, yaitu perihal perencanaan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.11 Paparan dua penelitian yang dilakukan di pantai Suwuk tersebut setidaknya menunjukan bahwa pantai Suwuk merupakan lokus yang menarik untuk di teliti. Hal yang menjadi urgensi dari penelitian ini adalah pengembangan 10
Desi, Nugraheni. 2012. Kajian Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Suwuk Kabupaten Kebumen Ditijau Dari Segi Pengelolaan Dan Pemasarannya. Semarang. Universitas Dipnegoro. 11 Isnaeni, Nur Zakiyah dan Teguh Kurniawan.2013.Kajian Pembangunan Pariwisata Pantai Suwuk Kabupaten Kebumen Ditinjau Dari Partisipasi Masyarakat.Jakarta. Universitas Indonesia.
pantai Suwuk sebagai salah satu best practice pengelolaan destinasi wisata oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen. Pasalnya pantai Suwuk saat dikelola Pemerintah Kabupaten mengalami perkembangan yang sangat signifikan, baik dari segi fisik destinasi ataupun jumlah kunjungan. Dengan memaparkan pengembangan pantai Suwuk, diharap hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk daerah lain dalam meningkatkan daya saing pariwisatanya. 1.3. Rumusan Masalah Perkembangan fisik destinasi wisata pantai Suwuk dapat dikatakan cukup signifikan, dimana pantai Suwuk telah menjelma menjadi ojek wisata yang modern dengan banyak wahana baru yang dihadirkan sebagai penambah daya tarik destinasi wisata. Perkembangan yang dilakukan pun menjadikan pantai Suwuk sebagai destinasi wisata unggulan di Kabupaten Kebumen. Selain itu, pantai Suwuk juga memiliki sejarah pengelolaan yang cukup menarik dimana masyarakat
dusun
Suwuk
merupakan
pihak
yang
menemukan
dan
mengembangkan pantai Suwuk sebelum pantai Suwuk diambil alih oleh pemerintah. Merujuk pada paparan tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian tentang “Pengembangan Dan Optimalisasi Strategi Promosi Pantai Suwuk Sebagai Destinasi Wisata Unggulan di Kabupaten Kebumen” adalah -
Bagaimana pengembangan destinasi wisata Pantai Suwuk sebagai destinasi unggulan di Kabupaten Kebumen? Bagaimana optimalisasi promosi yang dilakukan pengelola Pantai Suwuk?
1.4. Tujuan Penelitian Merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian yang dilakukan dengan lokus Pantai Suwuk,
Kabupaten Kebumen bertujuan untuk mengungkap bagaimana pengembangan destinasi wisata pantai Suwuk yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam upaya menjadikan pantai Suwuk destinasi unggulan di Kabupaten Kebumen. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui promosi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam memperkenalkan destinasi wisata pantai Suwuk ke pasar pariwisat nasional.
BAB II LITERATUR RIVIEW 2.1. Pariwisata Daerah Pariwisata menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2009 pasal 1 ayat 3 dimaknai sebagai kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang diberikan oleh masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.12 WTO mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh orang-orang untuk bersenang-senang, bisnis ataupun keperluan lain yang dilakukan diluar lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut.13 Pitana (dalam Sero,2012:74) lebih jauh mengungkapkan pariwisata sebagai kegiatan yang secara langsung melibatkan masyarakat di dalamnya, sehingga efek dari pariwisata juga berdampak langsung terhadap masyarakat suatu daerah. Sementara Baiquni (dalam Nawawi, 2013: 105) menyebutkan bahwa pariwisata merupakan sektor yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mendorong kehidupan masyarakat melalui membuka peluang kerja, meningkatkan pendapatan dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Merujuk pada pengertian tersebut, pariwisata daerah dapat dimaknai sebagai kegiatan wisata yang didukung oleh sarana prasarana yang disediakan masyarakat atau pemerintah di suatu daerah dan kegiatan wisata tersebut berdampak pada kualitas hidup masyarakat daerah tersebut.
12 13
Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Mulyadi, A.J.2009.Pariwisata dan Perjalanan. Jakarta.PT Raja Grafindo Persada. Hlm 9.
2.2. Destinasi Wisata Destinasi wisata atau daerah tujuan wisata menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau beberapa wilayah administratif yang mempunyai daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesbilitas, serta masyarakat yang saling berinteraksi dan terkait dalam pemenuhan kebutuhan wisatawan.14 Merujuk pada pengertian tersebut, pantai Suwuk sudah dapat dikategorikan sebagai destinasi wisata mengingat pantai Suwuk telah memenuhi persyaratan yang dipaparkan dalam UU RI Nomor 9 Tahun 2009. Destinasi wisata di Kabupaten Kebumen sendiri terdapat dua jenis pengelolaan, yaitu dikelola oleh pemerintah dan dikelola mandiri oleh swasta atau masyarakat. Destinasi wisata yang berada dibawah pengelolaan pemerintah ada 10 destinasi wisata, yaitu destinasi-destinasi yang disebutkan pada webisite resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen yaitu pantai Suwuk, Pantai Petanahan, Pantai Logending, Pantai Karang Bolong, Goa Petruk, Goa Jatijajar, Waduk Wadaslintang, Pemandian Air Panas, Waduk Sempor, Benteng Van Der Wijk.15 Sementara destinasi wisata daerah Kebumen yang dikelola swasta adalah pantai Manganti, pantai Bocor, pantai Pecaron, pantai Pasir ataupun wisata alam jembangan. 2.3. Isu Daya Saing Pariwisata Kabupaten Kebumen Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tahun 2010-2015 telah menyadari lemahnya daya 14
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. http://pariwisata.kebumenkab.go.id/detail_informasi.php/artikel_id=14&jenis_menuid=148&status=2. Diakses pada tanggal 24 September 2015, pukul 21.05 WIB. 15
saing pariwisata di Kebumen. Isu daya saing pariwisata di Kebumen berkaitan dengan
masih minimnya pembangunan sarana dan prasaran pendukung
pariwisata. Selain itu, infrastruktur penunjang pariwisata juga sangat minim sehingga pengembangan daya tarik wisata berjalan lambat.16 Daya saing pariwisata secara makro menurut Murphy, Pritchard & Smith (dalam Budi, 2015: 134) adalah penyediaan barang dan jasa sebuah destinasi wisata yang lebih baik dari pada destinasi wisata lainnnya. Sementara berbicara soal variabel penting dalam sebuah destinasi wisata, beberapa ahli menyimpulkan bahwa daya tarik wisata, sarana prasarana berkelanjutan, dan peningkatan citra destinasi wisata menjadi variabel penting dari sebuah daya saing pariwisata.17 Peningkatan daya saing sebuah destinasi wisata juga ditentukan oleh strategi promosi yang dilakukan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yeni Anggraini Mustika Sari tahun 2009 didapati kesimpulan bahwa promosi berhubungan erat dalam memperkenalkan sebuah destinasi wisata ke masyarakat, sehingga ketika destinasi wisata dikenal maka akan meningkatkan jumlah kunjungan dan daya saing destinasi wisata tersebut. (Sari, 2009:89). 2.4. Pengembangan Pariwisata Oleh Masyarakat Pantai Suwuk merupakan destinasi wisata yang sebelumnya dikelola oleh masyarakat. Pantai Suwuk saat dikelola masyarakat menjadi salah satu bentuk pembangunan pariwisata berbasis masyarakat. Menurut Beeton (dalam Keliwar: 2013) menyebutkan bahwa pariwisata berbasis masyarakat lebih mengedepankan 16
Rencana Strategi (Renstra) Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2015. Hlm 14 17 Sadar, Pakarti Budi. 2015. Model Struktural Pengembangan Daya Saing Wisata Studi Kasus Kota Jakarta. University Research Colloquium.
peran serta masyarakat dalam mengelola sumber daya pariwisata secara penuh. Beeton (dalam Keliwar: 2013) lebih jauh lagi menyebutkan karakteristik pariwisata berbasis masyarakat adalah masyarakat mengontrol manajemen dan terlibat
dalam
pembangunan,
masyarakat
mendapat
keuntungan
dan
pemberdayaan masyarakat. Hal senada juga diungkapkan oleh Sero (2012:79) yang menyebutkan bahwa model pengembangan pariwisata berbasis masyarakat lebih mengedepankan peran serta masyarakat dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi agar masyarakat tidak lagi menjadi destinasi pembangunan namun lebih sebagai pelaku. 2.5. Pengembangan Destinasi Wisata Dalam Meningkatkan Daya Saing Pantai Suwuk Berbicara soal pengembangan pariwisata, penyelenggaraan pengembangan pariwisata sejatinya dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi daya tarik yang dimiliki Indonesia sehingga dapat dikenal oleh orang Indonesia ataupun masyarakat dunia, serta pengembangan tetap menjaga keasrian dan keutuhan ataupun menghindari kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat pengembangan pariwisata.18
Pengembangan
pariwisata
mengandung
arti
penting
untuk
perekonomian Indonesia. Sumbangsi sektor pariwisata dalam bidang ekonomi adalah menyumbang devisa, penciptaan lapangan kerja, memperluas kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan pemerintah pusat atau daerah, peningkatan pendapatan masyarakat, dan pemerataan pembangunan.19
18 19
Mulyadi, A.J.2009.Pariwisata dan Perjalanan. Jakarta.PT Raja Grafindo Persada. Hlm 32 Mulyadi, A.J.2009.Pariwisata dan Perjalanan. Jakarta.PT Raja Grafindo Persada. Hlm 112.
Arti penting pengembangan pariwisata terhadap sektor ekonomi pun disadari oleh pemerintah kabupaten Kebumen. Merujuk pada isu strategis terkait rendahnya daya saing pariwisata Kabupaten Kebumen. Dalam mereson lemahnya daya saing sektor pariwisata Kebumen di industri pariwisata nasional, Pemerintah Kabupaten Kebumen membuat fokus pengembangan pariwisata sebagai berikut, (1) Peningkatan pembangunan sarana prasarana pendukung destinasi wisata; (2) Mengoptimalkan
pengembangan
aset
pariwisata;
(3)
Membangun
kerjasama/kemitraan dalam pengembangan pariwisata di Kebumen.20 Mengacu pada paparan tersebut, arah pembahasan dalam penelitian ini akan berfokus pada pengembangan pantai Suwuk melalui pembangunan sarana prasarana yang ada di pantai Suwuk, kerjasama yang dibangun oleh pengelola baik dengan swasta atau masyarakat dan pemasaran wisata yang dilakukan. 2.5.1. Pembangunan Fasilitas dan Sarana Prasarana Pantai Suwuk Fasilitas pariwisata merupakan segala bentuk sarana yang secara khusus dihadirkan guna mendukung pemenuhan kebutuhan pengunjung akan rasa nyaman, aman, keselamatan dalam kunjungan ke destinasi pariwisata.21 Sementara prasarana adalah kelengkapan dasar yang mendukung suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya.22 Sarana dan
20
Rencana Strategi (Renstra) Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen Tahun 2010-2015. Hlm 16-17 21 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. 22 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025.
prasarana harus dipersipkan dengan baik guna mendukung kelancaran aktivitas wisatawan di destinasi wisata.23 Dalam pembangunan sebuah destinasi wisata, pembangunan sarana dan fasilitas pariwisata akan meningkatkan daya tarik dari sebuah destinasi wisata. Jika merujuk pada pengertian sarana prasarana pariwisata yang berkaitan dengan kelengkapan dalam mendukung kelancaran dan daya tarik wisata, maka dapat disimpulkan pembangunan sarana prasarana akan lebih berfokus pada pembangunan fisik di sebuah destinasi wisata. 2.5.2. Membangun Kerjasama dengan Sektor Privat Kerjasama sektor pemerintah dan sektor swasta atau Public Private Partnership bukan sebuah realitas baru dalam pengelolaan negara. Pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan negara menyadari banyak keterbatasan yang dimiliki sektor publik. Keterbatasan tersebut berkaitan dengan keterbatasan sumber dana ataupun keterbatasan sumber daya manusia. Dalam merespon keterbatasan tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Menyediakan Infrastruktur. Dalam Perpres nomor 67 tahun 2005 pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa pemerintah atau dalam hal ini Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dapat menjalin kerjasama dengan pihak swasta dalam penyediaan infrastruktur.24
23
Soebagyo.2012.Strategi Pengembangan Pariwisata Di Indonesia.Jurnal Liquidity Vol 1. No 2. Hlm 157 24 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Menyediakan Infrastruktur.
Public Private Partnership atau kerjasama pemerintah dengan swasta di sektor pariwisata secara sederhana dimaknai sebagai kerjasama pemerintah dengan pihak swasta dalam menyediakan layanan pariwisata. “PPP models may be suggested as a process where the public and private sectors work in co-operation to provide tourism services.”25 Sementara bentuk-bentuk kerjasama pemerintah dan swasta adalah BT, BLT, BTO, BOT, BOOT dan BOO. (1) BT atau The Build-Transfer adalah kerjasama pemerintah dan swasta, dengan memposisikan swasta hanya ditunjuk untuk membangun proyek yang digagas pemerintah. (2) BLT atau The Build-LeaseTransfer adalah sistem kerjasama dimana swasta membangun fasilitas pelayanan publik dan membayar sewa kepada pemerintah dengan waktu yang disepakati dan mengembalikan kepemilikan kepada pemerintah setelah jangka waktu berakhir. (3) The Build-Transfer-Operate atau BTO, dalam BTO swasta bertugas membangun fasilitas dan kemudian kepemilikan diberikan ke pemerintah, setelah itu pemerintah menyewakan ke sektor swasta dengan lama sewa berdasarkan perhitungan modal kembali. (4) The-Build-Operate-Transfer tidak jauh berbeda dengan BTO, yang membedakan adalah pihak swasta membangun dan mengoprasikan fasilitas dalam waktu yang disepakati dan mengembalikan ke pemerintah setelah kesepakatan berakhir. (5) The Build-Own-Operate-Transfer lebih merujuk pada privatisasi sector public, namun pada waktu yang telah disepakati layanan akan menjadi milik pemerintah. (6) The Build-Own-Operate adalah pemerintah menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab penyediaan layanan 25
Stuat, Tekker & Dilek Teker. 2012. Tourism Projects Financing: A Public-Private-Partnership Model. Business Management Dynamics Vol.2, No.5, Nov 2012, pp.05-11.
publik kepada sektor privat atau lebih disebut privatisasi. (Teker dan Teker, 2012). 2.5.3. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pariwisata Partisipasi menurut Fandeli dalam Nawawi (2013:105) adalah wujud aktivitas masyarakat dalam mempertahankan budaya lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pariwisata akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat atau justru memarginalkan masyarakat dari segala bidang. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat untuk membaca peluang atau partisipasi dalam pembangunan (Sero, 2012:73-74). Menurut Soebagyo (2012: 156) dijelaskan bahwa keterlibatan masyarakat setempat merupakan hal terpenting dalam pembangunan pariwisata. Hal tersebut menjadi penting karena didasarkan pada pengalaman beberapa destinasi wisata yang tidak melibatkan masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Hasilnya adalah beberapa destinasi yang tidak melibatkan masyarakat adalah tidak adanya sumbangsi ekonomi untuk masyarakat sekitar, padahal tujuan pembangunan pariwisata salah satunya adalah kesejahteraan masyarakat. Dalam memberikan manfaat kesejahteraan untuk masyarakat, keterlibatan masyarkat dapat melalui partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung. Dalam meraup manfaat secara langsung dari adanya pembangunan pariwisata, masyarakat dituntut berpartisipasi langsung seperti menyediakan barang atau jasa bagi wisatawan. Sementara manfaat tidak langsung yang diperoleh dari
partisipasi tidak langsung dapat dilakukan melalui berkerja untuk perusahaan penyedia souvenir.26 Partisipasi masyarakat di destinasi wisata pantai Suwuk menjadi salah satu fenomena yang menarik. Masyarakat dusun Suwuk mengalami perubahan peran yang cukup signifikan, peran awal adalah pengelola, dan sekarang ini hanya sebagai masyarakat yang memanfaatkan adanya pantai Suwuk, sehingga penelitian ini akan lebih membahas tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan pantai Suwuk dan kebijakan pemerintah dalam memberi peluang partisipasi untuk masyarakat dalam pengelolaan pantai Suwuk. 2.6. Promosi dalam Pariwisata Promosi merupakan tahapan perusahaan mencoba mengkomunikasikan nilai pada produknya kepada masyarakat. Bauran promosi disebut juga bauran komunikasi pemasaran yang merupakan kombinasi iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal dan penjualan langsung yang digunakan perusahaan untuk membangun hubungan dengan pelanggan dan mengkomunikasikan nilai yang ada pada produk atau jasa yang ditawarkan.27 2.6.1. Communication Channels Saluran
komunikasi
promosi
diartikan
sebagai
media
untuk
menyampaikan pesan dari promosi yang dilakukan. Sebagai pengelola sebuah produk atau jasa, terlebih dahulu menganalisis kapan dan dimana pelanggan dapat
26
Kementrian pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Rencana Strategis Pariwisata Berkelanjutan Dan Green Jobs Untuk Indonesia. Hlm 32. 27 Kotler, Philip dan Gary Amrstorng. 2008. Prinsip-Prinsip Pemsaran edisi ke 12 jilid 2. Jakarta: Erlangga. Halaman 116
mengakses produk yang ditawarkan, berikut bauran promosi yang dilihat melalui blended mix of promotion tools, Gambar 2 1 Communications Channels Consistent, Clear and Compelling Agency and Product Messages
Special Promotion al Items
Signage
Printed
and
Materials
Displays
Direct
Personal
Marketing
Selling
Special
Popular
Event
Media
Public Relations
Advertising
Sumber : Integrated Marketing Communications (Kotler dan Lee, 2007)
Advertising atau periklanan dalam Kotler dan Lee (2007: 151) adalah semua bentuk media terbayar atas presentasi non pribadi dengan tujuan pengenalan ide, barang atau jasa melalui sponsor tertentu. Kegiatan periklanan menjadi salah satu promosi yang mampu menjangkau target pasar yang luas, pelaksanaannya dapat dikatakan sangat mudah yaitu dengan memasang berita di koran, atau media lain (Charylia, 2013:185). Berbicara soal public relations
Kotler dan Lee (2007:152) menyatakan bahwa public relations merupakan salah satu bentuk communication chanel yang sangat efektif atau powerfull dalam promosi produk. Public relations dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah, atau berbagai pihak yang terlibat dalam pariwisata seperti misalnya rumah makan atau biro perjalanan (Charylia, 2013:184). Promotion tools selanjutnya adalah special event. Special event berkiatan dengan bagaimana organisasi mengadakan sebuah event untuk mengundang masa. (Kotler dan Lee, 2008:153). Direct marketing adalah komunikasi secara langsung dengan costumer dengan tujuan memperkenalkan produk melalui komunikasi yang intensif untuk mendapatkan respon dari calon pelanggan atau costumer. (Kotler dan Lee, 2007:153). Wahab (dalam Sari, 2009:33) juga menjelaskan direct marketing sebagai saluran promosi yang menggunakan media iklan melalui pengiriman catalog, surat telepon, atau faksimile untuk memperoleh tanggapan dari masyarakat. Sementara printed materials yang sangat familiar dalam proses promosi yaitu melalui brosur, kalender, booklets, selebaran dan banyak lagi media cetak yang digunakan dalam promosi. Special Promotional Items adalah media komunikasi pemasaran yang cukup unik dan mencakup kesatuan yang luas dari item fungsional dari promosi pemasaran, hal ini dapat berupa souvenir,t-shirt, maskot, dan tas Kotler dan Lee (2007:154-155). Personal Selling dalam Kotler dan Lee (2007:157) adalah komunikasi secara langsung dalam upaya promosi produk yang dilakukan oleh dua atau lebih orang yang berupa tatap muka langsung face to face, person to audience, atau komunikasi melalui telepon ataupun melalui e-mail. Dalam Charylia (2013:184)
penjualan personal dapat menggunakan jasa seles yang mempromosikan langsung produk ke target pasar. Sementara saluran promosi selanjutnya adalah popular media. Kotler dan Lee (2007: 157) menyatakan bahwa popular media adalah salah satu saluran promosi yang sangat kuat. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana televisi, radio, musik, bahkan komik dapat dengan mudah mempengaruhi masyarakat dan menjadi salah satu intrumen dalam perubahan sosial mayarakat, baik perubahan ke arah yang lebih baik atau ke arah yang buruk. Melihat communication tools yang dipaparkan tersebut, menarik untuk diteliti saluran komunikasi promosi apa yang digunakan oleh pengelola destinasi wisata pantai Suwuk dalam proses strategi promosi yang dilakukan. Banyak pilihan media atau saluran promosi yang bisa dilakukan oleh pihak pengelola pantai suwuk, namun tetap harus memperhatikan banyak faktor, mulai dari sumber daya, sampai pada analisis tingkat efektivitas dari setiap saluran promosi yang ada. Pemerintah kabupaten Kebumen dalam hal ini sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pantai Suwuk harus melakukan analisis dari setiap saluran promosi yang ada sebelum diimplementasikan ke masyarakat. Kotler dan Lee (2007: 158) juga menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memilih saluran promosi adalah dengan mendefinisikan tujuan dari promosi yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan agar pengelola tahu apa yang akan disampaikan ke pelanggan, sehingga pelanggan dapat terpengaruhi, percaya dan melakukan apa yang di komunikasikan ke pelanggan. Pertimbangan selanjutnya berkaitan dengan
penyesuaian saluran
promosi dengan anggaran yang ada. Pemilihan saluran promosi harus didasarkan
pada kapasitas anggaran yang dimiliki, dengan anggaran yang dimiliki pemerintah harus memilih media yang paling efektif untuk digunakan dalam promosi. Pertimbangan selanjutnya adalah penyesuaian media dengan karakteristik dan sifat dari target pelanggan. Tidak semua saluran promosi yang diungkapkan oleh Kotler dan Lee dapat diterapkan disemua jenis pelanggan, sehingga sangat penting untuk pemerintah kabupaten Kebumen memilih saluran yang tepat. 2.7. Kerangka Penelitian Dalam menjelaskan penelitian tentang pengembangan destinasi wisata dan optimalisasi promosi dalam meningkatkan daya saing pantai Suwuk, peneliti terlebih dahulu menggali informasi terkait pengembangan pantai Suwuk di era pengelolaan masyarakat. Informasi yang digali adalah berkaitan dengan pengembangan fisik pantai Suwuk dan promosi wisata yang dilakukan. Pembahasan selanjutnya lebih jauh membahas tentang pengembangan pantai Suwuk melalui proses akuisisi. Akuisisi pantai Suwuk oleh peneliti dianggap sebagai langkah strategis pemerintah daerah dalam meningkatkan daya saing pantai Suwuk. Melalui akuisisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Kebumen lebih leluasa mengembangakan destinasi wisata pantai Suwuk menjadi destinasi wisata unggulan di Kabupaten Kebumen. Pembahasan selanjutnya merujuk pada startegi pengembangan pantai Suwuk dan promosi wisata yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kebumen. Dalam strategi pengembangan membahas tentang pengembangan fisik pantai Suwuk, perbaikan sistem pelayanan dan manajemen, membangun kerjasama dengan swasta ataupun masyarakat. Berikut dipaparkan gambar kerangka penelitian,
Gambar 2 2 Kerangka Penelitian Potensi wisata pantai Suwuk
Promosi Wisata Pantai Suwuk Oleh Masyarakat - Personal selling - Printed material - Special promotion tools - Special items - Advertising - Popular media - Direct marketing - Public relations - Sinage and display
Promosi Wisata Pantai Suwuk Oleh Pemerintah Kebumen - Personal selling - Printed material - Special promotion tools - Special items - Advertising - Popular media - Direct marketing - Public relations - Sinage and display
Pengembangan Pantai Suwuk Oleh Masyarakat - Pengembangan Fisik - Pembangunan Kelembagaan - Pengembangan Sistem Manajemen - Promosi Oleh Masyarakat
Strategi Pengembangan Pantai Suwuk oleh Pemerintah Kebumen: - Pengembangan Fisik (fasilitas, sarana dan prasarana) - Perbaikan Pelayanan dan Manajemen - Menjalin Kerjasama (Swasta dan Masyarakat)
Pantai Suwuk Sebagai Destinasi Wisata Unggulan
Sumber: Hasil olah data pribadi tahun 2015 (Renstra Diparbud 2010-2015)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian tentang “Pengembangan Dan Optimalisasi Promosi Pantai Suwuk Sebagai Destinasi Unggulan Di Kabupaten Kebumen” dapat digolongkan ke dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dapat digolongkan kedalam penelitian kualitatif karena peneliti menjelaskan atau mendiskripsikan bagaimana pengembangan destinasi yang dilakukan oleh pihak penggelola Destinasi Wisata Pantai Suwuk dan bagaimana pihak pengelola memaksimalkan promosi dalam rangka memasarkan Pantai Suwuk ke pasar wisata nasional. Penggunaan jenis penelitian kualitatif dalam penelitian tersebut dirasa penting karena penelitian kualitatif sendiri dapat memahami sesuatu yang tersembunyi atau tersirat dibalik proses pengembangan produk wisata (strategi produk) dan strategi promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola Pantai Suwuk. 3.2. Pendekatan Penelitian Pendekataan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian tersebut adalah pendekatan studi kasus. Alasan penggunaan pendekaatan studi kasus adalah lokus penelitian yang spesifik yaitu destinasi wisata Pantai Suwuk. Pantai Suwuk mempunyai sejarah pengelolaan yang cukup menarik, yaitu pernah dikelola masyarakat dan sekarang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten. Pantai Suwuk sekarang ini merupakan salah satu destinasi wisata yang dikelola Pemerintah Kabupaten dengan jumlah kunjungan yang cukup tinggi tiap tahunnya. Pantai Suwuk sendiri dari segi fisik pun mengalami pengembangan
yang cukup signifikan. Wahana-wahana baru seperti kolam renang, wahana pesawat, dan wahana kebun binatang mini sudah dibangun guna menambah daya tarik pantai Suwuk. Selain itu, sebagai salah satu destinasi wisata yang dikelola pemerintah, peneliti ingin melihat sejauh mana pemerintah mengoptimalkan promosi dalam upaya memperkenalkan produk wisata ke pasar. Selain itu beberapa alasan di atas, menurut berita yang dilansir berita.suaramerdeka.com pada 19 Januari 2015, Pantai Suwuk merupakan salah satu dari 6 destinasi wisata yang dikelola pemerintah yang mendapat penghargaan dari Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Jawa Tengah. Fakta-fakta yang dipaparkan
tersebut
semakin memperkuat
alasan peneliti
menggunakan
pendekatan studi kasus karena banyak hal yang tidak bisa ditemukan di destinasi wisata lain, atau dengan kata lain Pantai Suwuk memiliki keunikan untuk diteliti. Studi kasus dalam Nazir (1999) adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk memperhatikan faktor dan gejala yang ada dalam masyarakat dan keterangan-keterangan dengan mendapatkan bukti kebenaran terhadap praktekpraktek yang sedang terjadi di masyarakat. 3.3. Lokasi Penelitian Dan Objek Penelitian Penelitan tentang “Pengembangan Dan Optimalisasi Promosi Pantai Suwuk Sebagai Destinasi Unggulan Di Kabupaten Kebumen” mengambil lokasi di destinasi wisata pantai Suwuk, yang terletak di Dusun Suwuk, Desa Tambakmulyo, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen. Objek penelitian dalam penelitian tersebut adalah Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen sebagai pihak yang bertanggung jawab dibalik pengelolaan Pantai Suwuk dan masyarakat setempat sebagai pihak yang mendasari pembangunan di
destinasi wisata pantai Suwuk. Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan (Diparbud) Kabupaten Kebumen menjadi salah satu aktor penting dalam pengembangan produk dan promosi yang dilakukan Pantai Suwuk. Pihak masyarakat di area pantai Suwuk tak luput menjadi objek penelitian karena penelitian ini membahas terkait partisipasi masyarakat dalam pembangunan destinasi wisata pantai Suwuk.. 3.4. Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam sebuah penelitian dimaksudkan untuk menjaga agar penelitian tidak melebar dari topik yang ingin dibahas. Dalam penelitian tentang “Pengembangan Dan Optimalisasi Promosi Pantai Suwuk Sebagai Destinasi Unggulan Di Kabupaten Kebumen” fokus penelitian mengacu pada rumusan masalah yang sudah tercantum di Bab 1 yaitu “Bagaimana pengembangan destinasi wisata Pantai Suwuk sebagai destinasi unggulan di Kabupaten Kebumen? Bagaimana optimalisasi promosi yang dilakukan pengelola Pantai Suwuk?”. Merujuk pada rumusan masalah tersebut, sehingga penelitian memiliki fokus pada pengembangan pantai Suwuk dan promosi wisata yang dilakukan oleh pengelola pantai Suwuk. Pengembangan membahas tentang pengembangan sarana dan fasilitas, sistem pendanaan, keterlibatan swasta, dan keterlibatan masyarakat. Sementara promosi membahas tentang saluran promosi yang digunakan untuk mempromosikan pantai Suwuk. 3.5. Jenis Data Setidaknya ada dua jenis data yang digunakan sebagai dasar dalam menganalisis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang bersumber langsung dari lapangan. Dalam penelitian tentang pengembangan dan promosi yang dilakukan oleh Pantai Suwuk, data primer dapat
diperoleh melalui wawancara langsung, dan observasi. Data primer didapat dari wawancara dengan beberapa pihak narasumber. Narasumber yang pertama yang akan digali informasinya adalah pihak pemerintah Kabupaten Kebumen atau dalam hal ini pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen. Pihak lain yang menjadi narasumber wawancara adalah pihak masyarakat setempat untuk melihat keterlibatan masyarakat dalam pengembangan produk wisata. Sementara data sekunder merupakan data yang hasil atau proses mendapatkanya melalui hasil penelitian orang lain, buku, media masa dan mediamedia lainya. Dalam penelitian tentang pengembangan dan promosi Pantai Suwuk, peneliti mendapatkan data sekunder dari buku, peraturan yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Kebumen terkait isu yang diteliti, informasi dari media masa dan penelitian orang lain sebagai alat bantu analisis yang dapat menguatkan argumen peneliti. Data sekunder dari Pemerintah Kabupaten Kebumen berupa data statistik pariwisata, masterplan pantai Suwuk, rencana strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan beberapa Perda. 3.6. Narasumber Penelitian Berdasarkan topik penelitian tentang pengembangan dan promosi pantai Suwuk, narasumber yang dipilih adalah beberapa pihak yang berkaitan dengan isu pengembangan produk dan promosi pantai Suwuk atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan di dalamnya. Narasumber tersebut adalah pihak Pemerintah Kabupaten Kebumen yang diwakili oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen dan lebih spesifik kepala bidang pengembangan dan kepala bidang promosi di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Narasumber lainnya adalah
masyarakat dusun Suwuk, desa Tambakmulyo. Pemilihan narasumber dari masyarakat dilakukan secara acak agar informasi yang didapat sifatnya menyeluruh dan mewakili semua. Berikut secara detail informasi yang telah digali dari setiap narasumber yang telah ditentukan, Tabel 3 1 Narasumber Penelitiaan No 1.
Narasumber Dinas Pariwisata Dan Kebudayaa Kabupaten Kebumen
-
-
-
2.
Masyarakat desa Tambakmulyo
-
-
3.
Kepala Kantor Pantai Suwuk
-
Sumber: Hasil olah data lapangan tahun 2015
Informasi Informasi terkait konsep pengembangan yang dilakukan dalam destinasi wisata pantai Suwuk Informasi terkait kerjasama yang dibangun dalam mengembangkan pantai Suwuk dan promosi wisata Informasi terkait promosi yang dilakukan dalam mengenalkan destinasi wisata pantai Suwuk Informasi terkait mengelola konflik dimasa resistensi Informasi terkait sejarah pantai Suwuk Informasi terkait pengembangan pantai Suwuk saat dikelola masyarakat Informasi terkait keterlibatan masyarakat dalam pengembangan dan promosi wisata pantai Suwuk Infromasi terkait pengembangan pantai Suwuk Informasi terkait model manajemen pantai Suwuk Informasi terkait kerjasama dalam pengembangan pantai Suwuk Informasi terkait mengelola konflik dimasa resistensi
3.7. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian tentang “Pengembangan Dan Optimalisasi Promosi Pantai Suwuk Sebagai Destinasi Unggulan Di Kabupaten Kebumen”, teknik pengumpulan data yang telah digunakan adalah sebagai berikut, 3.7.1. Obervasi Bentuk obeservasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan pengamatan di destinasi wisata Pantai Suwuk secara langsung. Pengamatan yang dilakukan adalah mengamati aktivitas yang ada di destinasi, pembangunan yang dilakukan dan kondisi destinasi wisata (Basrowi, 2008:94). Teknik observasi dengan pengamatan langsung semacam ini juga pernah dilakukan oleh Meidila (2014:14) dalam penelitiannya tentang strategi promosi Wakatobi. Observasi di destinasi wisata pantai Suwuk dilakukan pada tanggal 25 Maret 2015 dan 9 Agustus 2015. Observasi dilakukan dua kali dengan waktu yang berbeda, yaitu tengah pekan dan akhir pekan. Observasi dilakukan dari pagi hingga sore hari dengan melakukan pencatatan dan mendokumentasikan kondisi pantai Suwuk melalui foto. Observasi yang dilakukan selain tujuan mengamati pengembangan pantai Suwuk juga bertujuan untuk melihat tingkat keramaian destinasi wisata pantai Suwuk disetiap harinya. Selain itu, observasi dengan waktu yang berbeda itu juga memiliki tujuan untuk mengamati usaha-usaha masyarakat yang beroprasi setiap harinya dan kondisi pantai Suwuk baik kebersihan keamanan ataupun ketertibannya. Data observasi disajikan dalam bentuk foto guna memberikan gambaran tentang kondisi sesungguhnya di pantai Suwuk dan pembangunan-pembangunan fisik yang ada di pantai Suwuk
3.7.2. Wawancara Terstruktur Teknik pengumpulan data selanjutnya menggunakan metode wawancara terstruktur. Narasumber wawancara terdiri dari beberapa pihak, yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen, masyarakat dusun Suwuk. Penelitian tentang strategi promosi di Wakatobi yang dilakukan Mariska Meidila tahun 2014 juga menggunakan wawancara dengan nara sumber Dinas Pariwisata sebagai salah satu metode dalam mengumpulkan data. (Meidila,2014:15). Wawancara yang dilakukan ke pihak Pemerintah Kabupaten Kebumen dilakukan beberapa kali dengan melibatkan beberapa narasumber. Wawancara pertama dilakukan dengan kepala pantai Suwuk (Pegawai yang diperbantukan pemerintah) pada tanggal 25 Maret 2015. Pada wawancara tersebut didapati informasi terkait sejarah pengelolaan pantai Suwuk, masa transisi pengelolaan, pembangunan yang dilakukan pemerintah, dan sistem pengelolaan di lapangan. Sementara wawancara selanjutnya dengan Kepala Bidang Pengembangan dan Kepala Bidang Pemasaran. Dari narasumber tersebut didapati informasi terkait pengembangan dan promosi yang dilakukan pemerintah. Sementara wawancara dengan masyarakat didapati informasi terkait sejarah pantai Suwuk, dan partisipasi masyarakat saat ini dalam pengelolaan pantai Suwuk. Wawancara dengan melibatkan banyak aktor seperti itu juga pernah dilakukan oleh Putra (2013) dengan melibatkan aktor pemerintah dan aktor masyarakat untuk mengetahui pola kemitraan yang dilakukan dalam manajemen atraksi desa wisata Pampang.
3.7.3. Studi Dokumentasi Metode pengumpulan data dengan studi dokumentasi digunakan sebagai penguat data yang didapat dari data primer. Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dari buku harian, surat pribadi, laporan, dan dokumendokumen lain yang berkaitan dengan isu yang diteliti28. Proses Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini melalui Peraturan Pemerintah (renstra Dinas Pariwisata, masterplan pantai Suwuk, perda, data statistik pariwisata), dan berita online yang relevan dengan isu yang diteliti sebagai pendukung atau penguat data lapangan. Metode pengumpulan data dengan studi dokumen juga digunakan oleh Miftakhu Rokhman dalam penelitian terkait strategi promosi Kebun Wisata Pasirmukti di tahun 2008, dalam penelitian tersebut studi dokumen didapat melalui laporan pemerintahan dan beberapa dokumen dari perusahan terkait. (Rokhman, 2008:108). 3.8. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan titik krusial dalam penelitian kualitatif, karena pada tahap analisis data akan menentukan validitas dari penelitian yang dilakukan. Menurut Miles dan Huberman (dalam Busrowi, 2008; 208) teknik analisis data setidaknya mencakup tiga kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data berkaitan dengan proses memilah, atau menyeleksi data, mengabtraksi, dan mentransformasikan data kasar dari lapangan. Reduksi data dilakukan untuk menghindari data yang tidak sesuai dengan topik yang dibahas. Pasalnya tidak semua data yang didapat dari hasil wawancara
28
Irawan, Soehartono.2008.Metode Penelitian Sosial.Bandung; PT Remaja Rosdakarya Offset. Hlm.71
dengan narasumber sesuai dengan topik yang dibahas. Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa narasumber kemudian dikategorisasikan kedalam dua kategori, yaitu pengembangan pantai Suwuk dan promosi yang dilakukan. Tujuan dilakukan kategorisasi kedalam pembahasan pengembangan dan promosi dilakukan agar mudah dalam menyusun dan menganalisis data. Data hasil wawancara dengan pihak Dinas Pariwisata, pengelola pantai Suwuk, dan masyarakat dusun Suwuk dicek satu sama lain untuk mengetahui keabsahan data yang didapat. Hasil observasi di destinasi wisata pantai Suwuk juga tidak luput dari proses reduksi data. Sementara data hasil studi dokumentasi yang didapat dari dokumen Pemerintah Kabupaten Kebumen seperti Renstra, Perda dan Master plan digunakan untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya adalah menyajikan data berdasarkan kategorisasi pengembangan pariwisata dan promosi wisata. Analisis dilakukan menggunakan teori yang relevan dengan hasil temuan di lapangan tersebut. Analisis dilakukan berdasarkan pengembangan fisik yang dilakukan, kerjasama yang dibangun dan peran masyarakat dalam pengembangan. Sementara pada pembahasa promosi, analisis dilakukan berdasarkan saluran promosi yang dilakukan oleh pemerintah Kebumen. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan merujuk pada pertanyaan penelitian yang telah dibuat. Sehingga pada tahap akhir akan disimpulkan strategi pengembangan dan promosi yang dilakukan pantai Suwuk dalam meningkatkan daya saing.