BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Berpikir adalah kegiatan yang tidak mungkin untuk dihindari. Karena hal-
hal sederhana yang akan dilakukan nantinya merupakan hasil dari proses pemikiran. Begitu juga dalam dunia pendidikan, proses berpikir peserta didik sangat penting dalam meningkatkan pengetahuannya terkait mempelajari suatu konsep maupun memecahkan suatu permasalahan. Belajar memecahkan suatu permasalahan, pada dasarnya merupakan belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif dalam memecahkan masalah secara rasional, lugas dan juga tuntas (Syah, 2008:123). Kecakapan kognitif sangat membantu dalam proses pembelajaran matematika, seperti kemampuan memecahkan masalah, memahami tentang konsep-konsep matematika yang terkait, dan mengeksplorasi solusi-solusi alternatif. Hasil penelitian dari Swanson & Kim terkait dengan proses kognitif, mengungkapkan bahwa ada keterkaitan kinerja matematika anak dengan memori kerja dan kecepatan memproses informasi (Santrock, 2014:100). Proses
peserta
didik
memperoleh
informasi,
memahami
dan
mengaplikasikan konsep-konsep tersebut adalah tahap-tahap dalam proses berpikir. Proses berpikir sangat penting dalam setiap pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik. Proses berpikir juga sangat penting dalam pemecahan masalah, dimana peserta didik dituntut untuk bisa berpikir kreatif yang berguna untuk pembentukan pemahaman konseptual peserta didik. Berpikir kreatif adalah tentang bagaimana mengimajinasikan suatu pengetahuan yang dimiliki untuk dikaitkan dengan konsep-konsep atau ide-ide dalam memecahkan permasalahan. Mengimajinasikan suatu pengetahuan yang dimiliki merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran. Bahkan Einstein
(Bachman,
2005:82) mengatakan bahwa imajinasi lebih penting dari pengetahuan, karena
1
pengetahuan hanya terbatas pengetahuan itu sendiri dan hanya dihubungkan dengan apa yang telah lalu, sedangkan imajinasi mampu mengelilingi dunia, karena ada banyak kemungkinan dan tidak ada batasannya. Sama halnya dalam pembelajaran matematika, peserta didik harus mampu mengimajinasikan konsep yang dimiliki untuk dikaitkan dengan permasalahan yang dihadapi. Pembelajaran matematika akan makin bermakna jika peserta didik mampu diajak untuk mengaitkan pengetahuan konsep yang dimiliki untuk memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan orang menganggap bahwa matematika adalah bidang hitung menghitung. Namun ahli matematika dari National Research Council memandang perhitungan hanyalah alat dalam matematika yang digunakan untuk memecahkan suatu persmasalahan, memahami struktur dan pola dari matematika (Santrock, 2011:440). Hasil penelitian dari Irnawati (2007:5) mengatakan bahwa ada keterkaitan antara berpikir kreatif dengan memecahkan masalah. Pada saat memecahkan suatu masalah, tanpa disadari terjadi proses berpikir kreatif didalamnya. Pembelajaran yang lebih menekankan kepada ketrampilan menghitung daripada pemahaman konsep-konsep matematika memberikan pengaruh yang kurang baik bagi kemampuan berpikir kreatif siswa dan juga kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan berpikir kreatif telah menjadi salah satu dari tujuan pendidikan di Indonesia. Adapun tujuan dari pendidikan di Indonesia yaitu pembentukan nilainilai karakter peserta didik yang diantaranya adalah: membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa, beretika, beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia, cakap, cerdas, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, tertib, sadar hukum, kooperatif dan kompetitif, demokratis dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri (Mulyasa, 2010:21). Hasil penelitian lainnya dari Fauziah (2014:73) mengatakan bahwa sebesar 25,2% kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat dari hasil belajar siswa. sedangkan sisa dari hasil tersebut, yaitu sebesar 74,8% kemampuan berpikir kreatif siswa dipengaruhi oleh variabel lain. variabel tersebut adalah variabel internal yang ada di dalam diri peserta didik. Salah satu variabel peserta didik
2
yang perlu diperhatikan yang berkaitan efektivitas belajar dan pembelajaran yaitu berkenaan dengan kepribadian peserta didik. Karena, kepribadian seseorang menentukan cara berpikirnya, tingkah lakunya dan juga bagaimana memecahkan suatu masalah. Seperti yang diungkapkan Atkinson (Wahidin, 2009: 1) bahwa kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan. Yusuf & Nurihsan (2007:1) mengatakan bahwa, kepribadian (Personality) merupakan salah satu kajian atau temuan-temuan hasil praktek penanganan kasus dari para ahli. Seperti yang ditemukan oleh Carl Gustav Jung, salah satu ahli psikologi yang memperkenalkan psikologi analitik kepada dunia psikologis, mengungkapkan bahwa tipe kepribadian terdiri dari ekstrover dan introver. Menurut Jung (Alwisol, 2006:55) orang dengan tipe kepribadian ekstrover adalah orang yang memusatkan perhatiannya ke dunia luar dan lebih cenderung berinteraksi. Sedangkan orang dengan tipe introver lebih memusatkan diri terhadap dunia dalam pikirannya sendiri, dimana realita hadir dalam bentuk hasil pengamatan dan cenderung menyendiri. Jung (Yusuf & Nurihsan, 2007:72-73) juga mengatakan bahwa struktur kepribadian manusia terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi kesadaran dan dimensi ketidaksadaran. Dimensi kesadaran manusia mempunyai dua komponen pokok yaitu fungsi jiwa dan dan sikap jiwa yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya. Jung membedakan empat fungsi jiwa yang pokok yaitu pikiran, perasaan, pendriaan dan intuisi. Yang dimana keempat fungsi jiwa tersebut saling berkaitan. Oleh karena itu, kepribadian seseorang berpengaruh terhadap proses berpikir karena pikiran merupakan bagian dari fungsi jiwa yang membentuk struktur kepribadian itu sendiri. Tidak
hanya
mempengaruhi
proses
berpikir,
kepribadian
juga
mempengaruhi tingkat kreativitas dari seseorang. Seperti yang di ungkapkan oleh Rowe (Aziz, 2010:37) banyak aspek yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kreativitas seseorang, diantaranya adalah faktor kepribadian. Kepribadian kreatif diartikan sebagai karakteristik kepribadian seseorang baik berupa sikap, sifat,
3
minat dan ciri-ciri lain yang bersifat non-kognitif dan menjadi ciri-ciri khusus orang yang kreatif. Terdapat pengaruh karakteristik kepribadian terhadap kreativitas seseorang. Karena pada dasarnya kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki setiap orang. hanya saja memiliki tingkatan-tingkatan yang
berbeda.
Seperti
yang
dikemukakan
devito
(Rachmawati
&
Kurniati,2010:19) kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda. Setiap orang lahir dengan potensi kreatif, dan potensi ini dapat dikembangkan. Trefinger juga mengatakan tidak ada orang yang sama sekali tidak mempunyai kreativitas, seperti halnya tidak ada seorang pun manusia yang kecerdasannya nol. Semua orang adalah kreatif. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mengambil judul “Profil Berfikir Kreatif Siswa SMK dalam Memecahkan Masalah Matematika ditinjau dari Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert”. Yaitu dimana peneliti mencoba menghubungkan kepribadian seseorang dengan proses berpikirnya dalam memecahkan suatu permasalahan matematika.
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, adapun
rumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana profil berpikir kreatif siswa SMK dalam memecahkan masalah matematika jika ditinjau dari tipe kepribadian extrovert-introvert?
1.3.
Batasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan supaya penelitian ini lebih efektif, efesien,
dan terarah. Adapun hal- hal yang membatasi penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Tipe kepribadian yang akan diteliti adalah extrovert-introvert.
2.
Peserta didik yang akan diteliti adalah peserta didik SMK Muhammadiyah 3 Singosari kelas X-Multimedia.
4
3.
Alat ukur yang digunakan untuk menentukan kepribadian dari siswa SMK adalah alat ukur Myers-Briggs Type Indicator (MBTI).
4.
Alat ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat kreativitas dari siswa SMK adalah alat ukur Torrance Test Creative Thinking (TTCT)
1.4.
Tujuan Penelitian Berdasarkan penjabaran pada rumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil berpikir kreatif siswa SMK dalam memecahkan suatu masalah matematika ditinjau dari tipe kepribadian extrovert-introvert?
1.5.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. guru 1) Sebagai
bahan
masukan
untuk
dijadikan
dasar
melaksanakan
pembelajaran yang lebih baik. 2) Sebagai bahan masukan untuk guru agar mengembangkan kreativitas yang dimiliki oleh setiap peserta didik. 2. sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka memperbaiki pembelajaran dan prestasi belajar matematika di sekolah. 3. bagi peneliti Menambah wawasan baru mengenai proses berpikir kreatif peserta didik dan tipe kepribadian yang dimiliki dalam pembelajaran yang nantinya akan dijadikan bekal saat terjun di dunia pendidikan.
5