BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari
lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Sastrayudha 2010). Tidak terhitung banyaknya pantai yang Indonesia miliki dengan air yang jernih, pasir yang putih, ombak yang tenang, dan pemandangannya yang indah. Keindahan daerah pesisir Indonesia, menempatkan Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi bahari yang cukup besar. Potensi bahari identik dengan sektor perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritim, perhubungan laut, bangunan bahari dan jasa bahari. Potensi bahari Indonesia begitu besar karena luasan serta posisi geografis yang sangat strategis (Andy 2011). Melihat potensi bahari yang sangat besar, maka pengembangan wisata bahari adalah salah satu usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, dan pendapatan daerah. Wisata bahari adalah bepergian menikmati alam laut (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008). Kegiatan yang umum dilakukan dalam wisata bahari diantaranya menikmati keindahan pantai menggunakan perahu, snorkling, menyelam, banana boat, surfing, wisata kuliner sajian laut, dan berbelanja oleh-oleh di sekitar pesisir pantai. Minawisata adalah pemanfaatan kawasan wisata dengan pengembangan produksi perikanan untuk mencapai ketertarikan masyarakat pengguna akan pengembangan perikanan pada kawasan wisata tersebut. Dengan kata lain, minawisata adalah pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah yang berbasis pada pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan, perikanan dan pariwisata secara terintegrasi pada suatu wilayah tertentu (Dermawan dan Aziz 2012).
Dalam kegiatan minawisata bahari, ada jasa masyarakat yang menyediakan dan memfasilitasi wisatawan untuk dapat melakukan kegiatan wisata, dan biasanya yang memfasilitasi wisatawan tersebut adalah masyarakat pesisir maupun nelayan. Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun permukaan perairan (Wikipedia 2012). Seiring dengan semakin berkembangnya sektor pariwisata di Indonesia, dan maraknya wisata bahari maka tak sedikit masyarakat pesisir yang mengambil keuntungan untuk mata pencaharian alternatif yang didapat dari minawisata bahari tersebut, khususnya bila tidak sedang melaut, termasuk nelayan yang ada di Pantai Santolo, Kabupaten Garut. Pantai Santolo adalah sebuah pantai cantik yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Pantai Santolo terletak di Kecamatan Cikelet, sebelah selatan pusat kota Garut (Wikipedia 2012). Kawasan Pantai Santolo merupakan tempat berkumpulnya nelayan tradisional yang sedang dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata karena pemandangannya yang indah. Pantai Santolo juga merupakan daerah untuk kegiatan nelayan sebagai dermaga ataupun pelabuhan kapal ikan atau perahu yang ada di Pameungpeuk (Wikipedia 2012). Nelayan yang ada di Pantai Santolo tergolong nelayan tradisional, yaitu nelayan dengan kapal berkapasitas 5 GT. Saat musim paceklik dan keterbatasan alat tangkap, nelayan kecil tidak dapat melaut dan tidak ada pemasukkan. Maka dengan adanya minawisata bahari ini sangat membantu bagi nelayan saat musim paceklik sebagai alternatif mata pencaharian alternatif. Menarik bagi penulis untuk mengadakan penelitian ini karena belum ada penelitian sejenis sebelumnya yang mengangkat topik tersebut di Pantai Santolo. Selain itu akses menuju Pantai Santolo cukup bagus dan dapat memudahkan wisatawan untuk berkunjung, serta kegiatan minawisata bahari ini melibatkan nelayan dan keluarga nelayan. Minawisata bahari di Pantai Santolo menyediakan perahu nelayan sewaan yang melayani wisatawan untuk menyebrang ke Pantai Santolo, menyewakan jasa permainan banana boat, dan menyewakan losmen. Selain itu kita bisa menikmati
hidangan hasil laut yang segar dengan sajian yang sederhana, dan kita juga dapat membeli cinderamata. Hajat Laut yang diadakan oleh masyarakat sekitar Pantai Santolo sebagai rasa syukur kepada Tuhan juga menarik perhatian cukup banyak wisatawan. Berdasarkan perkembangan potensi minawisata bahari di Pantai Santolo, perlu dikaji seberapa besar pengaruhnya terhadap pendapatan nelayan.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi
adalah seberapa besar pengaruh minawisata bahari terhadap pendapatan rumah tangga nelayan di Pantai Santolo, Kabupaten Garut.
1.3
Tujuan Tujuan dari penelitian ini untuk: 1. Menganalisis curahan kerja dan usaha nelayan di Pantai Santolo. 2. Menganalisis kontribusi minawisata bahari di Pantai Santolo terhadap pendapatan rumah tangga nelayan.
1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak, antara lain: 1. Pemerintah Daerah, yakni untuk memberikan informasi dan acuan mengenai kondisi nelayan dari hasil kegiatan minawisata bahari, dengan begitu Pemda dapat memberikan kebijakan yang tepat. 2. Peneliti, untuk memberikan informasi tentang minawisata bahari di Pantai Santolo dan pengaruhnya terhadap pendapatan rumah tangga nelayan, sehingga dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian sejenis. 3. Nelayan, untuk memberikan informasi mengenai peran minawisata bahari terhadap pendapatan rumah tangga mereka.
1.5
Pendekatan Masalah Pantai
Santolo
merupakan
salah
satu
pantai
yang
sedang
dalam
pengembangan dalam sektor pariwisata (Wikipedia, 2012). Selain pariwisatanya yang sedang berkembang dan merupakan salah satu mata pencaharian alternatif nelayan sekitar, kegiatan penangkapan ikan yang menjadi mata pencaharian utama nelayan juga masih berjalan seperti biasa. Nelayan yang ada di Pantai Santolo termasuk nelayan tradisional. Minawisata bahari dan kegiatan penangkapan ikan berjalan beriringan dan menimbulkan interaksi serta keunikan tersendiri bagi Pantai Santolo. Penangkapan ikan di laut merupakan mata pencaharian utama bagi nelayan tradisional di Pantai Santolo. Menurut Satrawidjaja (2002) dalam MJ (2011), nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Disinilah kehidupan para nelayan bergantung. Banyaknya hasil tangkapan menentukan pendapatan yang akan mereka terima. Kapasitas kapal nelayan tradisional yang kecil berdampak pada hasil tangkapan mereka. Mereka tidak dapat melaut terlalu jauh karena keterbatasan kapasitas kapal. Belum lagi saat musim paceklik tiba, kebanyakan nelayan tradisional di Garut tidak dapat melaut karena dengan kapasitas kapal yang kecil, akan sangat berbahaya bagi mereka untuk melaut. Kegiatan minawisata bahari dijadikan alternatif bagi nelayan dan keluarganya untuk mencari nafkah, apalagi bila tidak sedang melaut. Bila saat musim libur tiba akan banyak wisatawan yang berkujung dan secara otomatis ini memberi dampak positif terhadap pendapatan rumah tangga nelayan. Nelayan menyewakan perahunya untuk para wisatawan menyeberang ke Pantai Santolo, serta menyewakan jasa permainan banana boat. Selain perahu untuk menyeberang ke Pantai Santolo, para nelayan juga menyewakan losmen sebagai tempat bermalam untuk para wisatawan, lalu nelayan membuka usaha kuliner, serta menjual cinderamata. Diharapkan minawisata bahari ini mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga nelayan di Pantai Santolo. Pada penelitian ini kontribusi minawisata bahari dibagi menjadi dua yaitu kontribusi relatif pendapatan di luar kegiatan penangkapan (Income Share of Farm
Relativity) dan kontribusi mutlak pendapatan rumah tangga nelayan (RTN) di luar kegiatan penangkapan (Income Share of Farm and Absolutely) (Gumilar 2006 dalam Yuliriane 2012). Secara garis besar, pendekatan masalah penelitian ini dapat dilihat di Gambar 1.
Nelayan
Nelayan minawisata bahari
Kegiatan minawisata bahari menjadi mata pencaharian alternatif
Hasil Tangkapan
Curahan Kerja dan Analisis
Hasil Kegiatan Minawisata Bahari
Pendapatan Sewa perahu
Sewa Perahu
Menyewakan jasa
Produksi(kg)
permainan banana boat Sewa losmen untuk para wisatawan Jual makanan, minuman, dan hidangan laut Jual cinderamata
Analisis Deskriptif Pengaruh Minawisata Bahari Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Gambar 1. Bagan Aliran Pendekatan Masalah