BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan yang terletak
di pusat kota berfungsi sebagai pendukung dan penghubung fasilitasfasilitas
di
sekitarnya,
seperti
perkantoran,
perdagangan,
bisnis,
pendidikan, dan kantor pemerintahan. Kawasan stasiun juga merupakan jembatan penghubung antara satu bagian kota dengan bagian kota lainnya, ditandai dengan kehadiran fasilitas transportasi berupa stasiun kereta dan terminal angkutan umum. Sebagai gerbang penerima sebuah kota, kawasan ini menjadi cerminan dari kehidupan serta budaya dari masyarakatnya. Berdasar pada peran-peran tersebut, kawasan stasiun memiliki kontribusi yang amat penting dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan perkembangan kawasan sekitarnya serta kota Bandung pada umumnya. Kawasan stasiun dengan fungsinya sebagai area penghubung dari fasilitas vital kota memiliki peran sebagai tempat berkumpul/pusat kegiatan bagi penduduk sekitar kawasan, pengguna fasilitas sekitar, penumpang kereta, serta penduduk kota Bandung pada umumnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ruang publik yang ada belum berfungsi semestinya, terutama dalam mewujudkan kawasan stasiun sebagai sebuah area yang hidup oleh aktivitas warga dan menjadi penghubung dari fasilitas-fasilitas sekitarnya. Perkembangan kawasan stasiun mengalami kemunduran dari waktu ke waktu. Kecenderungan ini dapat terlihat dari kondisi ruang publik yang terbengkalai (mati), ditinggalkan oleh pengguna kawasan, dan mengalami perubahan fungsi sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas fisik ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan. Kecenderungan tersebut terjadi karena minimnya pergerakan manusia yang melalui kawasan stasiun.
1
Gambar 1.1 : Jalur kendaraan Jalur kendaraan menjadi tempat sampah dan ‘rumah tinggal’ sementara pemulung.
Gambar 1.2 : Jalur pedestrian Jalur pedestrian menjadi area penjual makanan dan pangkalan becak.
Gambar 1.3 : Pedagang kaki lima Pedagang kaki lima memenuhi ruas jalur pedestrian dan meluber hingga ke jalur sirkulasi kendaraan.
Gambar 1.4 : Jalur sirkulasi Jalur sirkulasi tidak berfungsi optimal karena kondisinya yang tidak menunjang.
Gambar 1.5 : Jalur sirkulasi Jalur sirkulasi menjadi terminal dan tempat parkir kendaraan umum.
Gambar 1.6 : Selasar pejalan kaki Selasar pejalan kaki berubah menjadi tempat menyimpan gerobak penjual makanan.
2
Selain masalah minimnya pergerakan manusia, ruang publik yang ada di kawasan stasiun tidak mewadahi kebutuhan aktivitas dan perilaku dari pengguna kawasan. Kondisi ini terlihat dari banyaknya ruang yang tidak dimanfaatkan secara optimal dan terjadinya usaha penyesuaian kondisi fisik ruang untuk memenuhi kebutuhan serta perilaku pengguna kawasan. Usaha adaptasi yang dilakukan cenderung mengakibatkan penurunan kualitas fisik ruang yang ada. Lama-kelamaan, pengguna kawasan
semakin
enggan
untuk
beraktivitas
di
dalamnya
dan
meninggalkan ruang tersebut sebagai sebuah area mati.
Gambar 1.7 : Area terbuka di depan pemukiman penduduk. Area terbuka tidak dimanfaatkan untuk aktivitas apapun karena tidak dapat memenuhi kebutuhan aktivitas dan perilaku pengguna kawasan.
Gambar 1.8 : Jalur pedestrian dan penghijauan. Jalur pedestrian dan penghijauan mengalami perubahan bentuk fisik (proses adaptasi) untuk memenuhi kebutuhan dan perilaku pedagang.
Gambar 1.9 : Area parkir Area parkir dimanfaatkan sebagai tempat bermain bagi anak-anak karena tidak tersedianya wadah untuk aktivitas dan perilaku bermain.
Gambar 1.10 : Area parit Area parit dimanfaatkan sebagai tempat beristirahat karena tidak tersedianya tempat yang dapat mewadahi aktivitas dan perilaku tersebut.
3
Berdasarkan kondisi lapangan, penurunan kualitas ruang publik ikut memberikan andil dalam menyebabkan menurunnya kualitas kawasan di sekitar stasiun kereta api Bandung. Hal ini mengakibatkan perancangan ulang ruang publik sangat penting untuk menciptakan ruang publik yang hidup, mewadahi kebutuhan (aktivitas) maupun perilaku pengguna kawasan, sesuai dengan konteks lingkungan yang ada, dan membuat kualitas kawasan stasiun kereta api Bandung berkembang ke arah yang lebih baik serta terkontrol.
1.2
Rumusan Masalah Permasalahan yang dihadapi dalam tesis ini adalah :
a. Kondisi ruang publik di kawasan stasiun yang tidak hidup, tidak tertata dengan baik, serta dalam perkembangannya menyebabkan penurunan kualitas kawasan stasiun kereta api Bandung. b. Perilaku pengguna kawasan stasiun bagian Selatan yang tidak terwadahi dengan baik dalam ruang publik.
1.3
Ruang Lingkup Pembahasan
1.3.1 Lingkup Pembahasan Kajian tesis yang dilakukan meliputi : 1. Pembahasan perilaku manusia pada ruang publik (berupa ruang terbuka) berdasarkan pengamatan di kawasan stasiun kereta api Bandung dan studi banding ruang publik (berupa ruang terbuka) yang ada di Bandung. 2. Menentukan konsep sirkulasi dan fungsi baru yang sesuai dengan konteks lokasi. 3. Perancangan yang sesuai dengan kondisi lingkungan tapak dan perilaku pengguna kawasan.
4
1.3.2 Ruang Lingkup Studi dan Lokasi Perancangan Ruang lingkup studi dan lokasi perancangan adalah kawasan Selatan stasiun kereta api Bandung dengan batas-batas fisik sebagai berikut :
1. Batas Utara
: rel kereta api
2. Batas Selatan : jalan Kebon Jati 3. Batas Timur
: jalan Otto Iskandardinata
4. Batas Barat
: jalan Pasir Kaliki
Lokasi perancangan difokuskan pada area boulevard stasiun bagian Selatan.
Peta 1.1 : Area perancangan kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan. Sumber : Google
1.4 Tujuan
5
1.4
Tujuan Tujuan tesis ini adalah sebagai berikut :
a. Membuat rancangan ruang publik di kawasan stasiun bagian Selatan yang dapat menjadi awal perkembangan ke arah yang lebih baik bagi lingkungan sekitar dan memberikan kontribusi bagi PT. Kereta Api Indonesia (KAI) berupa citra yang positif. b. Membuat kawasan stasiun bagian Selatan menjadi ruang publik yang menghubungkan fungsi dan aktivitas yang ada di sekitarnya. c.
Membuat rancangan ruang publik yang mempertimbangkan nilai sosial dan budaya masyarakat setempat berupa pola perilaku pengguna
kawasan
stasiun
bagian
selatan
sehingga
dapat
menghasilkan ruang yang lebih optimal dalam penggunaannya.
1.5
Kerangka Pemikiran Peralihan
fungsi
pada
ruang
publik
ke
arah
yang
tidak
direncanakan (terutama pada ruang terbuka) cenderung mengakibatkan penurunan kualitas kawasan. Peralihan fungsi ruang publik yang ada terjadi karena kurang hidupnya (pemanfaatan tidak optimal) ruang tersebut akibat minimnya pergerakan manusia yang melalui kawasan stasiun. Ruang menjadi terbengkalai dan dimanfaatkan untuk aktivitasaktivitas yang bukan peruntukkannya, seperti pedagang kaki lima, penjual makanan dan minuman, bahkan menjadi ‘tempat tinggal’ pemulung. Ruang publik di kawasan stasiun juga mengalami perubahan bentuk fisik yang menyebabkan penurunan kualitasnya. Fenomena ini terjadi akibat ruang publik yang ada tidak dapat mewadahi kebutuhan (aktivitas) dan perilaku dari pengguna kawasan. Proses adaptasi yang dilakukan pengguna kawasan bertujuan agar ruang dapat mewadahi kebutuhan dan perilakunya. Bila ruang publik tidak dapat mengalami perubahan atau kualitas fisik ruang sudah tidak dapat ditoleransi oleh pengguna kawasan, maka ruang tersebut ditinggalkan dan berubah menjadi area terbengkalai/mati. Kondisi tersebut banyak ditemui di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan.
6
Perancangan ulang ruang publik dilakukan dengan menggunakan pendekatan perilaku dari pengguna kawasan yang melibatkan perilaku ‘bergerak’ dan ‘tinggal/beraktivitas di suatu tempat’. Melalui pemahaman perilaku manusia dalam bergerak dan motivasi yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tersebut, maka ruang publik yang terbentuk dapat menciptakan pergerakan di dalam kawasan. Sedangkan pemahaman terhadap perilaku manusia dalam beraktivitas di suatu ruang membuat ruang publik dapat mewadahi perilaku pengguna dan memprediksi kemungkinan yang dapat terjadi setelah ruang publik terbentuk. Selain itu, perancangan ruang publik (ruang terbuka) juga dilengkapi dengan fasilitas (bangunan) yang sesuai dengan konteks kawasan stasiun untuk menciptakan aktivitas/keramaian baru dan menarik minat masyarakat agar beraktivitas di dalam kawasan. Penentuan fungsi ini ditentukan berdasarkan hasil analisa perkembangan dan kondisi dari kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan.
7
•
Alur kerangka pemikiran
- Perilaku pergerakan manusia (pejalan kaki) pada ruang publik berupa ruang terbuka - Kajian mengenai sirkulasi
Penurunan kualitas ruang publik kota berupa ruang terbuka
Studi kasus : Kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan
Permasalahan : - Pemanfaatan ruang yang tidak optimal - Sirkulasi - Pola perilaku pengguna ruang publik (ruang terbuka)
Meningkatkan kualitas ruang publik (ruang terbuka)
- Kajian mengenai ruang publik - Kajian mengenai perilaku manusia dalam ruang publik berupa ruang terbuka
Fungsi yang dapat menghidupkan kawasan dan sesuai dengan konteks lokasi
- Analisa mengenai pergerakan manusia di kawasan stasiun bagian Selatan - Analisa pergerakan sarana transportasi
Perilaku pengguna ruang publik (ruang terbuka), studi kasus : -Cihampelas Walk - Tegalega - Kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan
Konsep bentuk, sirkulasi, zoning dan fungsi ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan
Desain
Kajian mengenai kawasan, terdiri dari : - Analisa makro - Analisa mikro - Potensi lokasi - Permasalahan lokasi - Studi Banding - Usulan
8
1.6
Metodologi Perancangan
1. Merumuskan masalah awal, untuk menentukan tujuan dan sasaran perancangan 2. Mencari data dan informasi yang berkaitan dengan perancangan, melalui ; a. Pemahaman dan pendalaman terhadap tema dan kasus melalui kajian teoritik, penelitian/studi terdahulu, serta kasus-kasus serupa yang terkait dengan perancangan ini b. Penganalisaan potensi dan permasalahan kawasan c.
Pengamatan terhadap calon pengguna di lapangan
3. Menentukan
permasalahan
yang
harus
diselesaikan
dalam
perancangan 4. Menentukan
strategi
pendekatan
perancangan
dan
kriteria
perancangan 5. Menentukan konsep perancangan 6. Simulasi rancangan
1.7
Sistematika Penulisan Tata cara penulisan tesis dibagi menjadi beberapa bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN Bab
ini
memuat
latar
belakang,
permasalahan,
lingkup
pembahasan dan lingkup studi, tujuan, kerangka pemikiran, serta metodologi perancangan dalam tesis.
BAB II : LANDASAN TEORITIS MENGENAI RUANG PUBLIK DAN PERILAKU MANUSIA SERTA HUBUNGAN KEDUANYA Bab ini memuat kerangka teori dan studi yang berkaitan dengan faktor penentu keberhasilan ruang publik, perilaku manusia, interaksi ruang
publik
dengan
perilaku
manusia,
dan
penentuan
metode
pengamatan perilaku yang digunakan.
9
BAB III : ANALISA KAWASAN DAN STUDI BANDING Bab ini membahas potensi dan permasalahan kawasan, sejarah perkembangan kawasan, kondisi eksisting kawasan, serta studi banding kasus yang serupa. Hasil pembahasan ini menjadi bahan pertimbangan dalam perancangan kawasan stasiun.
BAB IV : PENGAMATAN PERILAKU PENGGUNA RUANG PUBLIK DI KOTA BANDUNG DAN AREA STASIUN KHUSUSNYA SERTA POLA PERGERAKAN YANG TERJADI Bab ini berisi pengamatan pola perilaku pengguna di ruang publik komersial (privat), non komersial, dan kawasan stasiun bagian Selatan sebagai dasar dalam merancang bentuk fisik ruang publik berupa ruang terbuka baru di kawasan stasiun. Pengamatan perilaku dilakukan berdasarkan tabel dimensi manusia dalam ruang publik yang dibuat Stephen Carr. Selain itu, bab ini juga mencakup analisa pergerakan di sekitar kawasan untuk bahan pertimbangan dalam menentukan konsep sirkulasi kawasan yang baru.
BAB V : KONSEP DAN RANCANGAN Bab ini memuat konsep perancangan seperti bentuk dan fasade bangunan, pola sirkulasi, zoning, dan bentuk ruang terbuka di kawasan stasiun bagian Selatan kereta api Bandung berdasarkan pola perilaku penggunanya.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat kesimpulan mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam perancangan ruang publik di kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan serta saran-saran dalam penerapan rancangan (strategi).
10