BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras adalah makanan pokok yang sangat strategis baik dari segi konsumsi maupun produksi. Sekitar 54% dari total konsumsi kalori dan 46% dari total konsumsi protein penduduk berasal dari beras. Selain itu beras juga menyumbang 33% dari pendapatan kotor yang diperoleh dari sektor pertanian (Fagi, 1999). Oleh karena itu beras telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa komoditas ini telah turut mempengaruhi tatanan politik dan stabilitas nasional. Selain sebagai makanan pokok lebih dari 95% penduduk, padi juga telah menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar petani di pedesaan. Dewasa ini usahatani padi mampu menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani. Produksi padi perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Kebutuhan beras nasional dewasa ini telah menyentuh angka lebih dari 30 juta ton per tahun. Di sisi lain, tantangan yang dihadapi dalam pengadaan produksi padi semakin berat. Laju pertumbuhan penduduk dan tingkat konsumsi beras yang relatif masih tinggi menuntut peningkatan produksi yang sinambung, sementara sebagian lahan sawah yang subur telah beralih fungsi untuk usaha lainnya. Rata-rata laju pertambahan penduduk Indonesia sekitar 1,27-1,29 % per tahun, dengan laju pertumbuhan tersebut pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 296 juta jiwa dengan kebutuhan beras sekitar 41,5 juta ton atau setara dengan 78,3 juta ton GKG (Las. et al., 2008; Simamarta dan Yuwariah, 2008).
Oleh karena itu perlu upaya peningkatan produksi padi baik melalui
peningkatan produktivitas, pembukaan sawah bukaan baru, maupun melalui peningkatan luas panen, yaitu melalui pertambahan luas tanam dengan meningkatkan indek pertanaman (IP) padi sawah. Salah satu komponen teknologi adalah melalui penggunaan varietas unggul baru (Purwanto, 2008; Suryana et al., 2008). Usaha peningkatan produksi beras telah dilakukan sejak lama, antara lain melalui program intensifikasi pada lahan sawah irigasi. Program intensifikasi dimulai tahun 1968/69 yang dikenal dengan program Bimas dan Inmas, dan
program ini terus berkembang sesuai
dengan kermajuan teknologi. Terakhir dikenal dengan Program Supra Intensifikasi Khusus (Supra Insus). Dengan program ini produktivitas padi sawah dapat ditingkatkan dari 2,44-2,80 t/ha pada periode 1969/73 menjadi 4,52-4,65 t/ha pada periode 1989/93 (Jatileksono Dalam swasembada beras.
Fagi. 1999), sehingga pada tahun 1984 Indonesia telah mencapai taraf
Dewasa ini, secara nasional Indenesia kembali mengalami defisit, dimana kebutuhan beras nasional tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan beras penduduk. Pada tahun 1998 Indonesia harus mengimpor beras sebanyak 4 juta ton, sehingga Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras terbesar di Dunia (Fagi, 1999). Untuk mengatasi kendala ini pemerintah melakukan terobosan baru dengan proyek yang dikenal dengan Gema Palagung 2001, namun demikian produksi padi nasional masih defisit. 1.2. Justifikasi 1.3. Dasar Pertimbangan Salah satu pendekatan untuk meningkatkan produksi padi dilakukan melalui introduksi varietas unggul baru produktivitas tinggi yang dibudidayakan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Penyebarluasan PTT dilakukan melalui Sekolah Lapang (SL). Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan pendekatan paling efektif untuk saat ini dalam mendukung program percepatan peningkatan produksi tanaman pangan, terutama padi sawah. Oleh karena itu, SL-PTT telah diadopsi oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu program strategis Kementerian Pertanian untuk peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) memiliki peran sangat strategis dalam mendukung SL-PTT. Dalam hal ini, BPTP tidak saja merupakan sumber inovasi teknologi bagi petani, akan tetapi sekaligus sebagai narasumber dan pendamping teknologi di lapangan. Peneliti dituntut berperan nyata memberikan dukungan dalam bentuk pendampingan untuk melakukan pengawalan penerapan teknologi di lapangan. Pendampingan tersebut perlu dilakukan secara terencana dan sistematis, agar memberikan dampak yang signifikan. SL-PTT sebagai program strategis Kementerian Pertanian telah dilaksanakan sejak tahun 2007. Melalui program ini Indonesia telah mencapai swasembada beras kedua pada tahun 2008. Keberlanjutan swasembada beras ini perlu terus diupayakan, antara lain dengan lebih meningkatkan pelaksanaan program SL-PTT. Oleh karena itu, program SL-PTT perlu terus dilaksanakan dan dikembangkan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat. 1.4. Tujuan Kegiatan Pendampingan program SL-PTT padi sawah di Kabupaten Sijunjung bertujuan agar teknologi Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara optimal dalam kegiatan SL-PTT padi sawah,
sehingga pelaksanaan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Siunjung lebih
berkualitas dalam mendukung pencapaian tujuan dan sasaran peningkatan produksi padi secara nasional. Melalui pendampingan juga diharapkan varietas unggul baru padi sawah
2
dapat diketahui adaptasinya di berbagai lokasi di Kabupaten Sijunjung. Varietas unggul baru yang ternyata beradaptasi baik pada lokasi-lokasi tertentu dapat dipertimbangkan penyebarannya sebagai alternatif pengganti varietas yang biasa ditanam oleh petani di masa datang. Secara spesifik, tujuan pelaksanaan kegiatan pendampingan program SL-PTT padi sawah di Kabupaten Sijunjung pada tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1.
Melaksanakan PRA pada pendampingan SL PTT Model sebelum pelaksanaan kegiatan tahun 2012 dimulai.
2.
Melibatkan peneliti sebagai Nara Sumber pada pelatihan PL-3 SL-PTT padi sawah, sesuai permintaan SKPD terkait, di Kabupaten Sijunjung.
3.
Melaksanakan display atau uji adaptasi VUB padi sawah bekerjasama dengan penyuluh pendamping SL-PTT di Kabupaten Sijunjung.
4.
Melaksanakan kegiatan temu lapang dalam mendukung kegiatan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Sijunjung.
5.
Penyebaran media cetak bagi penyuluh.
1.5. Keluaran (output) Yang diharapkan Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan pendampingan, sasaran pendampingan lapang inovasi teknologi dilakukan pada SL PTT model untuk peningkatan IP dan peningkatan produktivitas pada tahun 2012. Khusus kegiatan lapangan, pendampingan SL-PTT Model padi sawah untuk peningkatan produktivitas dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Gadang dan untuk peningkatan IP dilaksanakan di Kecamatan Sumpur Kudus serta untuk display VUB akan dilakukan pada lokasi demfarm BPP Model Kabupaten Sijunjung untuk 2 varietas unggul baru yang akan dijadikan untuk bibit pada tanam berikutnya. Secara spesifik, perkiraan keluaran dari pelaksanaan kegiatan pendampingan program SL-PTT padi sawah di Kabupaten Sijunjung pada tahun 2012 sebagai berikut: 1. Terlaksananya PRA pada pendampingan SL PTT Model sebelum pelaksanaan kegiatan tahun 2012 dimulai. 2. Terlaksananya peneliti sebagai Nara Sumber pada pelatihan PL-3 SL-PTT padi sawah, sesuai permintaan SKPD terkait, di Kabupaten Sijunjung. 3. Melaksanakan display atau uji adaptasi VUB padi sawah bekerjasama dengan penyuluh pendamping SL-PTT di Kabupaten Sijunjung. 4. Terlaksananya sekurang-kurangnya satu kali kegiatan temu lapang dalam rangka mendukung kegiatan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Sijunjung. 5. Terlaksananya penyebaran media cetak.
3
1.6. Hasil (outcomes) Yang diharapkan Penerapan teknologi PTT padi sawah oleh petani secara berkelompok dapat meningkatkan produktivitas pada Kecamatan Tanjung Gadang dan IP pada Kecamatan Sumpur Kudus, diadopsinya varietas unggul baru (VUB), dan komponen teknologi PTT sehingga pelaksanaan SL-PTT lebih berkualitas dalam mendukung sasaran peningkatan produksi dan IP padi sawah. 1.7. Manfaat (benefit) Yang diharapkan Kegiatan ini memberikan manfaat untuk meningkatkan kemampuan petani melalui kelompok dalam penerapan teknologi budidaya padi sawah. Serta tersebarnya varietas unggul baru sebagai alternatif padi sawah yang dominan diusahakan oleh petani dalam pengembangan dan mempercepat adopsi VUB padi sawah yang dihasilkan Badan Litbang oleh masyarakat tani. 1.8. Dampak (impact) Yang diharapkan Disamping itu kegiatan ini akan memberikan dampak semakin baiknya penerapan teknologi budidaya padi sawah dalam peningkatan produksi padi maupun peningkatan IP, dimana dengan penggunaan VUB produktivitas usahatani meningkat, produksi dan pendapatan usahatani padi sawah juga meningkat.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah bukanlah merupakan suatu paket teknologi, tetapi lebih merupakan suatu metodologi yang mengandung prinsip-prinsip dasar yang dapat membantu petani untuk mengerti dan menciptakan kondisi yang optimal untuk pertanaman padi sesuai dengan tanah, air, iklim, topografi dan hal-hal lain yang berhubungan dengan sistem produksi padi. Lebih lanjut PTT padi sawah adalah suatu pendekatan usahatani dengan
mempertimbangkan
keserasian
penerapan
komponen-komponen
teknologi
berdasarkan kesesuaian dengan kondisi lingkungan setempat serta mempunyai keterkaitan yang sinergis antara komponen-komponen teknologi yang digunakan. Menurut Kartaatmadja et al. (1999) pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) merupakan suatu upaya melumintukan produksi tanaman. Selain produksi yang lumintu, pendekatan PTT mampu meningkatkan produktivitas tanaman dengan biaya produksi yang lebih efisien, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) yang merupakan pendekatan dalam budidaya tanaman padi sawah adalah salah satu bentuk implementasi dari revolusi hijau lestari. Berbeda dengan revolusi hijau generasi pertama yang lebih
4
mengutamakan peningkatan produksi pada lahan sawah irigasi, revolusi hijau lestari mencakup semua agro ekosistem padi, yaitu lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut dan lahan rawa lebak. PTT padi sawah merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi masukan (input) produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam yang bijak dengan melalui keterpaduan (integrasi) berbagai komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) dengan sumberdaya setempat (spesifik lokasi), dan partisipasi petani sejak awal pelaksanaan kegiatan (partisipatif). Melalui PTT diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani padi dapat ditingkatkan, dan usaha pertanian padi sawah dapat menjadi usahatani berkelanjutan. Pendekatan yang ditempuh dalam pengembangan PTT padi sawah adalah: 1) Pemecahan masalah prioritas, baik kebijakan maupun teknis; 2) Optimalisasi pemanfaatan sumber daya, mencakup lahan, air irigasi, bahan organik, tenaga kerja, dan kemampuan petani; 3) Pendayagunaan efek sinergis dari perpaduan komponen teknologi produksi; 4) Efsiensi penggunaan faktor produksi dalam upaya peningkatan pendapatan dan kelestarian lingkungan produksi; 5) Peningkatan dan pemeliharaan kesuburan tanah untuk kelestarian produktivitas; 6) Pendayagunaan partisipasi petani, karena pengembangan PTT dilakukan di lahan petani dan untuk petani, dan 7) Pendayagunaan institusi terkait seperti perangkat desa, penyuluh pertanian, peneliti dan koperasi. Dalam upaya peningkatan produksi padi sawah program PTT telah menjadi program nasional sejak tahun 2003, dan dijadikan sebagai landmark pangan nasional oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Untuk mendukung pengembangan
Program
PTT
secara nasional,
Departemen
Pertanian
meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan. Tujuan utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT padi sawah yang dikembangkan (Deptan, 2008a). Kegiatan SL-PTT padi sawah telah dimulai sejak tahun 2008 di seluruh Indonesia, untuk mempercepat pelaksanaan dan pengembangan SL-PTT padi sawah tersebut, perlu dilakukan percepatan diseminasi inovasi teknologi dalam mendukung program SL-PTT padi sawah tersebut. Pada tahun 2007 produksi padi meningkat secara meyakinkan, 4,96% lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2006, angka yang belum pernah dicapai sebelumnya, kecuali
5
pada era revolusi hijau (1970-1990). Peningkatan produksi padi pada tahun 2007 dengan luas panen 12,15 juta ha dengan produktivitas 4,71 ton/ha, sehingga produksi padi sebesar 57,16 juta ton dengan ekuivalen 32,41 juta ton beras (Deptan, 2008b). Di Provinsi Sumatera Barat produksi padi tahun 2007 tercatat sebesar 1.938.120 ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,57% (48.631 ton) dibanding tahun 2006 mencapai sebesar 1.889.489 ton. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh bertambahnya luas panen (5.809 Ha) dan meningkatnya produktivitas tanaman atau hasil per hektar sebesar 0,53 Kw/Ha (Bappeda dan BPS Sumbar, 2008). PTT diterapkan dengan prinsip utama antara lain: 1) Partispatif, petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi; 2) Spesifik lokasi, memperhatikan keseuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekeonomi stempat; 3) Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemenfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung; dan 5) Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat (Badan Litbang, 2009). Anjuran teknologi produksi padi yang dilaksanakan dalam program PTT adalah: 1) Penggunaan varietas padi unggul atau berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi; 2) Penggunaan benih bersertifikat dengan mutu bibit tinggi; 3) Penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi; 4) Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah (soil amandement); 5) Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat melalui: a) Pengaturan tanam, sistem legowo, tegel maupun sistem tebar benih langsung, dengan tetap mempertahankan populasi minimum, b) Penggunaan bibit dengan daya tumbuh tinggi, cepat dan serempak yang diperoleh melalui pemisahan benih padi bernas (berisi penuh); c) Penanaman bibit umur muda (<21 hari setelah semai) dengan jumlah bibit terbatas antara 1-3 bibit per lubang; d) Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, dan e) Pengendalian gulma; 6) Pengendalian hama dan penyakit dengan pendekatan PHT, 7) Penggunaan alat perontok gabah mekanis atau mesin perontok (Abdullah dkk, 2008). Berdasarkan anjuran teknologi produksi padi model PTT, maka alternatif komponen teknologi yang dapat diintroduksikan dalam pengembangan Model PTT dalam teknologi dasar yang meliputi antara lain: 1) Varietas unggul baru inbrida atau hibrida sesuai karakteristik lahan, lingkungan dan keinginan petani setempat; 2) Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah tinggi) dan berlabel; 3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos atau pupuk kandang; 4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum; 5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah; 6)
6
Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT (pengendalian hama terpadu). Sedangkan teknologi pilihan antara lain: 1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam; 2) Penggunaan bibit muda (umur <21 hari setelah semai); 3) Tanam bibit 1-3 batang per rumpun dengan sistem tanam jajar legowo 6:1 atau 4:1; 4) Pengairan secara efektif dan efisien; 5) Penyiangan dengan landak atau gasrok, dan 6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok (Badan Litbang, 2009). Penerapan PTT di Sumatera Barat dimulai pada tahun 2001 di Kabupaten Padang Pariaman, Agam dan Tanah Datar, dimana penerapan PTT dapat meningkatkan produktivitas padi 12,3-21,0%. Pada tahun 2004-2006 dilakukan PTT dengan penggunaan varietas Batang Piaman di Kabupaten Padang Pariaman, Tanah Datar, Agam, Sijunjung, Kota Padang, Solok, program PTT ini dapat meningkatkan produksi serta keuntungan bagi petani. Pada tahun 2008 telah diluncurkan program SL-PTT padi sawah yang dilaksanakan diseluruh Indonesia. Tujuan utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya, narasumber memberikan ilmu dan teknologi (IPTEK) yang telah dikembangkan kepada Pemandu Lapang I (PL I) sebagai Training of Master Trainer (TOMT). PL I terdiri dari Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), dan Pengawas Benih Tanaman (PBT) tingkat provinsi yang telah dilatih ditingkat nasional. Selanjutnya PL I menurunkan IPTEK tersebut kepada PL II yang terdiri atas Penyuluh Pertanian, POPT, dan PBT tingkat kabupaten/kota. Pelatihan bagi PL II diselenggarakan di tingkat provinsi dan materinya diberikan oleh narasumber dan PL I. Pelatihan bagi pemandu lapang diselenggarakan di kabupaten/kota. Peserta pelatihan adalah Penyuluh Pertanian, POPT dan PBT tingkat kecamatan/desa. Materi pelatihan diberikan oleh narasumber dan PL II (Deptan, 2008a). Petani peserta SL-PTT diberi kebebasan memformulasikan ide, rencana, dan keputusan bagi usahataninya sendiri, mereka dilatih agar mampu membentuk dan menggerakkan kelompok tani dalam alih teknologi kepada petani lainnya. Keterampilan yang dituntut dari petani peserta sekolah lapang dalam menerapkan PTT adalah ketrampilan membawa PTT ke lahan usahataninya sendiri dan lahan petani yang lain.
BAB III. PROSEDUR PELAKSANAAN 3.1 Rung Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan ini terdiri dari: a. Koordinasi dan sosialisasi SLPTT padi sawah b. Identifikasi dan sosialisasi inovasi teknologi PTT dan SL PTT padi sawah c. Display Varietas Unggul Baru (VUB) d.
Pelatihan
7
e. Penyebaran Media Cetak f.
Temu Lapang
3.2 Tahap Pelaksanaan a. Koordinasi dan sosialisasi Langkah awal pelaksanaan pendampingan program SL-PTT padi sawah di Kabupaten Sijunjung pada tahun 2012 adalah koordinasi dengan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan serta Kepala Badan Penyuluhan Pertanian serta Dinas terkait Kabupaten Siunjung. Langkah berikutnya adalah koordinasi dengan kepala UPT penyuluhan tingkat kecamatan dan sekaligus sosialisasi tentang strategi dan operasional pelaksanaan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Sijunjung. Pada waktu koordinasi tingkat kecamatan juga akan didiskusikan dan disepakati calon lokasi pelaksanaan display VUB padi sawah pada BBP Model. Koordinasi akan dilanjutkan dengan observasi lapang ke beberapa calon lokasi display VUB. b. Identifikasi dan sosialisasi inovasi teknologi PTT dan SL PTT padi sawah 1. Penetapan lokasi Lokasi SL PTT Model ditetapkan secara bersama antara Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Sijunjung dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sum. Barat. Ada beberapa pertimbangan yang menjadi dasar penetapan lokasi, yaitu: (a) kecamatan yang produktivitas rendah, (b) kecamatan IP yang kurang dari 2. (c) salah satu kelompok taninya adalah penangkar atau calon penangkar benih padi sawah, (d) aksesibilitas lokasi memadai, (e) cocok untuk lokasi temu lapang, dan (f) tidak merupakan kawasan endemis hama dan penyakit tertentu. 2. Varietas Pada lokasi SL PTT Model padi sawah ini akan digunakan varietas unggul baru yang terpilih berdasarkan hasil usulan dari kelompok yang terlibat dalam kegiatan ini. Dalam hal ini, VUB yang produksinya cukup tinggi dan rasa nasinya cukup disukai oleh petani di Kabupaten Sijunjung, yaitu: Inpari 1, Inpari 12, Inpari 21 dan IR 66. Hasil pengujian pada tahun 2010 dan 2011 menunjukkan bahwa varietas Inpari 12 produksinya tergolong cukup tinggi. Penetapan varietas yang akan dipakai pada SL PTT Model tidak dilakukan secara sepihak oleh peneliti. Akan tetapi, varietas-varietas yang akan digunakan ditetapkan secara bersama berdasarkan keinginan petani pelaksana SL PTT Model yang diusulkan melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Sijunjung.
8
3. Komponen teknologi budidaya Komponen teknologi budidaya yang akan diterapkan pada SL PTT Model padi sawah mengacu kepada komponen-komponen teknologi dalam PTT. Komponen-komponen teknologi dasar, seperti varietas unggul baru, benih bermutu, pemberian bahan organik, populasi tanaman optimum, pemupukan berdasarkan kadar hara tanah, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan pendekatan pengendalian hama terpadu (PHT), akan diterapkan sebagaimana mestinya. Penggunaan varietas unggul baru didasarkan kepada hasil uji adaptasi VUB tahun 2010 dan 2011. Benih yang digunakan direncanakan kelas Benih Sebar (BS) bersertifikat. Pengaturan populasi tanaman dengan sistem jajar legowo 4 : 1 dan jarak tanam 25 x 25 cm. Penerapan pendekatan PHT dengan mengintensifkan pengamatan hama dan penyakit selama pertanaman bekerjasama dengan POPT setempat. Takaran pupuk dan bahan organik disesuaikan dengan hasil analisis kadar hara tanah. Hasil analisis tanah sebelum kegiatan menunjukkan bahwa tanah lokasi SL PTT Model ini memiliki pH rendah (pH 4-5), sehingga dibutuhkan pemberian kapur
sebanyak
1000-2000 kg/ha. Juga diperlukan pemberian bahan organik sebanyak 1000 kg/ha atau pupuk organik 500 kg/ha. Pada kegiatan SL PTT Model ini dipakai pupuk kandang dengan takaran 1000 kg/ha. Kandungan P2O5 tanah hanya 4,0 ppm (sangat rendah), karena itu diperlukan tambahan pupuk SP-36 sebanyak 100 kg/ha. Kandungan K2O dalam tanah 6,3 ppm (rendah). Sebagai sumber hara K2O dan sekaligus dan P2O5 utama dipakai pupuk SP-36 100 kg/ha. Unsur utama N sebagai
pupuk dasar dari pupuk Urea.
Pemberian pupuk kandang dan kapur dilakukan sebelum tanam. Separoh takaran pupuk SP-36 diberikan pada waktu tanam atau paling lambat seminggu setelah tanam. Menjelang pemupukan kedua dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Apabila pertumbuhan tanaman kurang subur, maka pada pemupukan kedua ditambahkan pupuk Urea sebanyak 75 kg/ha. Pengamatan pertumbuhan tanaman kembali akan dilakukan pada waktu umur tanaman 45-50 hari. Apabila tanaman masih kelihatan kurang subur maka akan ditambahkan pemberian pupuk Urea sebanyak 75 kg/ha. Pemberian pupuk dengan cara disebar merata di atas permukaan tanah. Di samping penerapan teknologi dasar, komponen-komponen teknologi pilihan akan diterapkan sesuai kebutuhan spesifik di lokasi kegiatan. Teknologi pilihan yang akan diterapkan antara lain: pengolahan tanah sesuai musim tanam (dalam hal ini pengolahan tanah sempurna), penggunaan bibit muda (umur 15-20 hari), tanam bibit 1-3 batang per rumpun, pengairan secara efektif dan efisien, penyiangan yang intensif sesuai kondisi gulma di lapangan, dan panen tepat waktu.
9
Oleh karena itu, kegiatan SL PTT Model ini diharapkan dapat sekaligus untuk memproduksi benih sumber, maka pelaksanaan kegiatan di lapangan akan disesuaikan dengan prinsip-prinsip penangkaran benih sumber. Sebelum pelaksanaan lapangan, kegiatan ini akan didaftarkan ke Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH) Provinsi Sumatera Barat. Untuk menentukan layak tidaknya calon lokasi, sebelum pengolahan tanah calon lokasi akan ditinjau terlebih dahulu oleh petugas BPSB-TPH. Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih adalah vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk menjamin ini, maka cara panen yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah akan menentukan mutu benih. Faktor yang paling utama adalah pengeringan benih, benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-14%. 4. Pengamatan Untuk melihat keragaan varietas yang ditanam pada lokasi SL PTT Model maka dilakukan pengamatan komponen hasil dan hasil ubinan. Parameter komponen hasil yang akan diamati adalah: jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah gabah permalai, persentase gabah hampa, dan bobot 1000 biji. Produktivitas diamati dengan jalan mengambil ubinan saat panen. Ukuran ubinan 2,5 x 2,5 m2. Di samping itu akan dilakukan pula pengamatan hama dan penyakit seperti jenis hama dan penyakit yang menyerang, serta pengamatan tingkat kerebahan tanaman di lapangan. C. Display Varietas Unggul Baru (VUB) Display dilakukan melalui pertanaman VUB padi sawah pada lahan seluas 0,10-0,25 ha, tergantung jumlah VUB yang akan displaykan pada lokasi BPP Model. Lokasi display dilaksanakan disamping demfarm BPP Model, sehingga kegiatan ini bisa menjadi salah satu media pembelajaran bagi petani peserta SL-PTT. Pada kegiatan ini akan diuji adaptasikan 1-2 VUB berproduksi potensi hasil tinggi. Varietas yang diuji adaptasikan dibudidayakan dengan pendekatan PTT sebagaimana yang diterapkan pada SL-PTT Model. Pilihan VUB padi sawah yang akan displaykan di Kabupaten Sijunjung disesuaikan dengan ketersediaan benih sumber di BPTP, Inpari 12, dan Inpari 21. Seluruh kebutuhan benih untuk display VUB disediakan oleh BPTP Sumatera Barat.
10
D. Pelatihan Bentuk pendampingan program SL-PTT Model lainnya yang dilakukan adalah peneliti bertugas sebagai Nara Sumber pelatihan, terutama pada pelatihan PL-3 yang pesertanya adalah penyuluh pertanian sebagai pemandu lapang SL-PTT Model di Kabupaten Sijunjung. Waktu dan topik pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan permintaan Panitia Pelaksana. Keterlibatan peneliti sebagai nara sumber pada pelatihan petani peserta SL-PTT Model hanya bisa dilakukan apabila pelaksanaan pelatihan dilakukan secara gabungan dalam satu kecamatan. Dalam hal ini, peserta pelatihan adalah ketua atau pengurus kelompok-kelompok tani peserta SL-PTT Model pada kecamatan yang bersangkutan. Untuk kelancaran keterlibatan peneliti sebagai nara sumber ini, maka koordinasi dan komunikasi dengan Dinas/Instansi terkait akan dijalankan dengan sebaik-baiknya. E. Penyebaran Media Cetak Kegiatan pendampingan program SL-PTT Model di Kabupaten Sijunjung juga dilengkapi dengan distribusi media cetak berupa brosur dan leaflet yang berhubungan dengan inovasi teknologi dan inovasi lainnya kepada penyuluh pendamping SL-PTT Model dan pengurus kelompok tani yang terlibat. Media cetak yang akan didistribusikan diperbanyak oleh BPTP Sumatera Barat. F. Temu Lapang Kegiatan temu lapang yang akan dilaksanakan dalam rangka pendampingan program SL-PTT Model padi sawah di Kabupaten Sijunjung adalah temu lapang (field day), paling kurang satu kali. Temu lapang utama akan diselenggarakan pada kegiatan SL PTT Model, baik dalam rangka Tanam Perdana atau Panen Perdana atau bisa pula dilaksanakan pada kedua momen tersebut apabila memungkinkan. Temu lapang akan dihadiri oleh semua petani demonstrator SL PTT Model, pengurus kelompok tani di sekitarnya lingkup nagari atau kecamatan, penyuluh pertanian, pejabat dinas dan instansi terkait di Kabupaten Sijunjung atau bahkan Provinsi, pihak swasta bidang pertanian, dan lain-lain. Diharapkan temu lapang ini akan dihadiri oleh Kepala Daerah (Bupati atau Gubernur).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil A. Koordinasi dan Sosialisasi Langkah awal pelaksanaan pendampingan program SL-PTT padi sawah di Kabupaten Sijunjung pada tahun 2012 adalah koordinasi dengan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan serta Kepala Badan Penyuluhan
11
Pertanian serta Dinas terkait
Kabupaten Siunjung. Langkah berikutnya adalah koordinasi dengan kepala UPT penyuluhan tingkat kecamatan dan sekaligus sosialisasi tentang strategi dan operasional pelaksanaan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Sijunjung. Pada waktu koordinasi tingkat kecamatan juga akan didiskusikan dan disepakati calon lokasi pelaksanaan display VUB padi sawah pada BBP Model. Koordinasi dilanjutkan dengan observasi lapang ke beberapa calon lokasi display VUB. B. Identifikasi dan sosialisasi inovasi teknologi PTT dan SL PTT padi sawah 1. Penetapan lokasi Lokasi SL PTT Model ditetapkan secara bersama antara Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Sijunjung dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sum. Barat. Ada beberapa pertimbangan yang menjadi dasar penetapan lokasi, yaitu: (a) kecamatan yang produktivitas rendah, (b) kecamatan IP yang kurang dari 2. (c) salah satu kelompok taninya adalah penangkar atau calon penangkar benih padi sawah, (d) aksesibilitas lokasi memadai, (e) cocok untuk lokasi temu lapang, dan (f) tidak merupakan kawasan endemis hama dan penyakit tertentu. Sebelum pelaksanaan SL PTT Model dilaksanakan Participatory Rural Appraisal (PRA) pada calon lokasi untuk peningkatan produktivitas di Kecamatan Tanjung Gadang dan untuk peningkatan indek pertanaman (IP) di Kecamatan Sumpur Kudus. 2. Varietas Pada lokasi SL PTT Model padi sawah ini akan digunakan varietas unggul baru yang terpilih berdasarkan hasil usulan dari kelompok yang terlibat dalam kegiatan ini. Dalam hal ini, VUB yang produksinya cukup tinggi dan rasa nasinya cukup disukai oleh petani di Kabupaten Sijunjung, yaitu: Tukad Unda, Inpari 1, Inpari 12, Inpari 21 dan IR 66. Hasil pengujian pada tahun 2010 dan 2011 menunjukkan bahwa varietas Inpari 12 produksinya tergolong cukup tinggi. Penetapan varietas yang akan dipakai pada SL PTT Model tidak dilakukan secara sepihak oleh peneliti. Akan tetapi, varietas yang akan digunakan ditetapkan secara bersama berdasarkan keinginan petani pelaksana SL PTT Model sewaktu PRA dilaksanakan yang dihadiri oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan, Badan Penyuluhan Pertanian Perkebunan Peternakan dan Ketahanan Pangan (BP4KKP) Kabupaten Sijunjung, UPTB Kecamatan Tanjung Gadang beserta penyuluh, UPTB Kecamatan Sumpur Kudus beserta penyuluh dan Koordinator POPT kab. Sijunjung.
12
3. Komponen teknologi budidaya Komponen teknologi budidaya yang akan diterapkan pada SL PTT Model padi sawah mengacu kepada komponen-komponen teknologi dalam PTT. Komponen-komponen teknologi dasar, seperti varietas unggul baru, benih bermutu, pemberian bahan organik, populasi tanaman optimum, pemupukan berdasarkan kadar hara tanah, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan pendekatan pengendalian hama terpadu (PHT), akan diterapkan sebagaimana mestinya. Penggunaan varietas unggul baru didasarkan kepada hasil uji adaptasi VUB tahun 2010 dan 2011. Benih yang digunakan direncanakan kelas Benih Sebar (BS) bersertifikat. Pengaturan populasi tanaman dengan sistem jajar legowo 4 : 1 dan jarak tanam 25 x 25 cm. Penerapan pendekatan PHT dengan mengintensifkan pengamatan hama dan penyakit selama pertanaman bekerjasama dengan POPT setempat. Takaran pupuk dan bahan organik disesuaikan dengan hasil analisis kadar hara tanah. Hasil analisis tanah sebelum kegiatan menunjukkan bahwa tanah lokasi SL PTT Model ini memiliki pH rendah (pH 4-5), sehingga dibutuhkan pemberian kapur
sebanyak
1000-2000 kg/ha. Juga diperlukan pemberian bahan organik sebanyak 1000 kg/ha atau pupuk organik 500 kg/ha. Pada kegiatan SL PTT Model ini dipakai pupuk kandang dengan takaran 1000 kg/ha. Kandungan P2O5 tanah hanya 4,0 ppm (sangat rendah), karena itu diperlukan tambahan pupuk SP-36 sebanyak 100 kg/ha. Kandungan K2O dalam tanah 6,3 ppm (rendah). Sebagai sumber hara K2O dan sekaligus dan P2O5 utama dipakai pupuk SP-36 100 kg/ha. Unsur utama N sebagai pupuk dasar dari pupuk Urea. Pemberian pupuk kandang dan kapur dilakukan sebelum tanam. Separoh takaran pupuk SP-36 diberikan pada waktu tanam atau paling lambat seminggu setelah tanam. Menjelang pemupukan kedua dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Apabila pertumbuhan tanaman kurang subur, maka pada pemupukan kedua ditambahkan pupuk Urea sebanyak 100 kg/ha. Pengamatan pertumbuhan tanaman kembali akan dilakukan pada waktu umur tanaman 45-50 hari. Apabila tanaman masih kelihatan kurang subur maka akan ditambahkan pemberian pupuk Urea sebanyak 75 kg/ha. Pemberian pupuk dengan cara disebar merata di atas permukaan tanah. Di samping penerapan teknologi dasar, komponen-komponen teknologi pilihan akan diterapkan sesuai kebutuhan spesifik di lokasi kegiatan. Teknologi pilihan yang akan diterapkan antara lain: pengolahan tanah sesuai musim tanam (dalam hal ini pengolahan tanah sempurna), penggunaan bibit muda (umur 15-20 hari), tanam bibit 1-3 batang per rumpun, pengairan secara efektif dan efisien, penyiangan yang intensif sesuai kondisi gulma di lapangan, dan panen tepat waktu.
13
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih adalah vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk menjamin ini, maka cara panen yang baik, perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah akan menentukan mutu benih. Faktor yang paling utama adalah pengeringan benih, benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-14%. 4. Pengamatan Untuk melihat penampilan tanaman dan produksi VUB yang digunakan dengan varietas yang biasa ditanam oleh petani setempat, baik varietas lokal maupun varietas unggul lama, maka dilakukan pengamatan komponen hasil dan hasil ubinan. Parameter komponen hasil yang akan diamati adalah: jumlah anakan produktif perrumpun, jumlah gabah permalai, persentase gabah hampa, dan bobot 1000 biji. Produktivitas diamati dengan jalan mengambil ubinan saat panen. Ukuran ubinan 2,5 x 2,5 m2. Di samping itu akan dilakukan pula pengamatan hama dan penyakit seperti jenis hama dan penyakit yang menyerang dan persentase serangan, serta pengamatan tingkat kerebahan tanaman di lapangan. Untuk keperluan analisis usahatani akan dicatat pula semua input yang diberikan, termasuk tenaga kerja, dan nilai output (hasil) pada saat panen. Data akan dianalisis dengan metode analisis yang relevan. C. Display Varietas Unggul Baru (VUB) Display dilakukan melalui pertanaman VUB padi sawah pada lahan seluas 0,10-0,25 ha, tergantung jumlah VUB yang akan displaykan pada lokasi BPP Model. Lokasi display dilaksanakan disamping demfarm BPP Model, sehingga kegiatan ini bisa menjadi salah satu media pembelajaran bagi petani peserta SL-PTT. Pada kegiatan ini akan diuji adaptasikan 1-2 VUB berproduksi potensi hasil tinggi. Varietas yang diuji adaptasikan dibudidayakan dengan pendekatan PTT sebagaimana yang diterapkan pada SL-PTT Model. Pilihan VUB padi sawah yang akan displaykan di Kabupaten Sijunjung disesuaikan dengan ketersediaan benih sumber di BPTP, Inpari 12, dan Inpari 21 Batipuh. Seluruh kebutuhan benih untuk display VUB disediakan oleh BPTP Sumatera Barat. Kegiatan ini akan dilaksanakan setelah bulan Agustus 2012.
14
D. Pelatihan Bentuk pendampingan program SL-PTT Model lainnya yang dilakukan adalah sebagai Nara Sumber pelatihan, adapun pelatihan yang telah dilaksanakan sebagai berikut : Tabel 1. Pelatihan yang dilakukan pada pendampingan SL-PTT di Kabupaten Sijunjung.
1
Tanggal Pelatihan 13 Maret 2012
Lokasi Pelatihan Keltan Taratak Baru, Kec. Tanjung Gadang
2
27 Maret 2012
Keltan Longgang Nagari TBA
3
10 April 2012
BPP Kec. Sumpur Kudus di Kumanis
4
14 Mei 2012
Keltan Taratak Bancah, Sawahlunto
5
16 Mei 2012
Keltan Arai Pinang, Talawi Mudiak, SWL
6
29 Mei 2012
BPP Koto VII
7
27 Juni 2012
8
11 Juli 2012
BPP Model Kec. Sumpur Kudus Sosialisai P2BN
No.
Materi Pelatihan Cara pengambilan sampel tanah dan penggunaan PUTS serta BWD Cara Penggunaan alat panen (threser lipat) Cara pengambilan sampel tanah dan penggunaan PUTS serta BWD Cara pengambilan sampel tanah dan penggunaan PUTS serta BWD Cara pengambilan sampel tanah dan penggunaan PUTS serta BWD Cara pengambilan sampel tanah dan penggunaan PUTS serta BWD Pengamatan dgn BWD di lokasi Inovasi Teknologi SL PTT Padi Sawah
Peserta PPL dan anggota Kelompok Tani
Jumlah Peserta 15 Orang
Anggota Keltan Longgang dan PPL PPL Kecamatan
40 Orang
PPL Kecamatan dan Anggota Kelompok Tani
20 Orang
15 Orang
20 Orang
PPL Lokasi BPP untuk Demfarm
60 Orang
PPL
5 Orang
PPL se Kab. Sijunjung dan perangkat SKPD terkait
65 Orang
E. Penyebaran Media Cetak Kegiatan pendampingan program SL-PTT Model di Kabupaten Sijunjung juga dilengkapi dengan distribusi media cetak berupa brosur dan leaflet yang berhubungan dengan inovasi teknologi dan inovasi lainnya kepada penyuluh pendamping SL-PTT Model dan pengurus kelompok tani yang terlibat. Adapun Media cetak yang telah didistribusikan adalah : 1. Leaflet Penangkar Benih Padi 2. Leaflet Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) 3. Leaflet Hama Utama Padi Sawah dan pengendaliannya.
15
4. Leaflet Penyakit Utama Padi Sawah dan Pengendaliannya. 5. Leaflet Varietas Unggul Baru. 6. Leaflet PUTS. 7. Buku Saku Masalah Lapang Hama Penyakit Hara Pada Padi. F. Temu Lapang Kegiatan temu lapang yang telah dilaksanakan dalam rangka pendampingan program SL-PTT Model padi sawah di Kabupaten Sijunjung, adalah tanam perdana pada lokasi Kelompok Tani Kami Saiyo, nagari Tanjung Lolo Kecamatan Tanjung Gadang pada tanggal 23 Mei 2012 untuk peningkatan produktivitas dan pada tanggal 22 Juni 2012 di Kelompok Tani Aur Baririk nagari Kumanis Kecamatan Sumpur Kudus untuk peningkatan IP. 4.2. Pembahasan Kegiatan SL PTT Model padi sawah di Kabupaten Sijunjung menggunakan varietas Inpari 12 yang digunakan petani berdasarkan hasil PRA yang dilaksanakan, varietas ini telah selesai dipanen pada beberapa lokasi dengan hasil yang cukup baik rata-rata diatas 7 ton/ha. Ini menandakan inovasi yang kita berikan kepada petani cukup baik mereka aplikasikan, karena hasil mereka selama ini ± 4,5 ton/ha. Realisasi untuk distribusi benih display VUB baru akan dilakasanakan setelah bulan Agustus 2012 sesuai dengan pelaksanaan demfarm BPP Model di Kab. Sijunjung pada 4 lokasi BPP Model dengan varietas Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. SL PTT Model untuk peningkatan produktivitas telah di panen pada 4 Kelompok Tani, yaitu Keltan Koto Ranah dengan hasil rata-rata ± 7,2 ton/ha, Keltan Mulao Tangah dengan hasil rata-rata ± 7,3 ton/ha, Keltan Ranah Polam dengan hasil rata-rata ± 7,8 ton/ha dan Keltan Keluarga Sakato dengan hasil rata-rata ± 7,4 ton/ha. 2. Hasil panen Inpari 12 cukup tinggi walaupun terserang oleh blast hampir pada semua lokasi yang telah di panen. 5.2. Saran Hasil panen yang akan dijadikan calon benih sebaiknya perlu disikapi oleh instansi terkait dengan perbenihan. Di suatu sisi kebutuhan benih sangat diperlukan untuk mendukung program SL-PTT di Kabupaten Sijunjung. Tingginya harga jual gabah oleh petani, merupakan salah satu alasan oleh petani tidak menjual gabahnya kepada produsen benih yang membeli gabah petani lebih rendah dari harga patokan.
16
Hasil panen kegiatan demfarm diharapkan dapat dijadikan sumber benih yang memenuhi persyaratan mengisi permintaan benih yang terbatas, hal ini juga berlaku juga untuk demplot maupun display VUB yang memenuhi kelayakan teknis sebagai benih untuk musim tanam pada pertanaman selanjutnya.
VI. KINERJA KEGIATAN 6.1 Keluaran (output) Yang dicapai Terlaksananya percepatan diseminasi inovasi teknologi SL-PTT padi sawah melalui pelaksanaan SL PTT Model ini sangat memberikan hasil yang cukup baik karena terjalinnya komunikasi, koordinasi antara peneliti, penyuluh, poktan/petani dan SKPD terkait di Kabupaten Sjunjung. 6.2 Hasil (outcomes) Yang dicapai Diterapkannya inovasi teknologi PTT padi sawah oleh petani secara berkelompok, dan tersedianya dan diadopsinya varietas unggul baru (VUB) sehingga pelaksanaan SL-PTT lebih berkualitas dalam mendukung sasaran peningkatan produksi padi sawah. 6.3 Manfaat (benefit) Yang dicapai Meningkatnya kemampuan petani melalui kelompok dalam penerapan teknologi budidaya padi sawah. Serta tersebarnya varietas unggul baru sebagai alternatif padi sawah yang dominan diusahakan oleh petani dalam pengembangan dan mempercepat adopsi VUB padi sawah yang dihasilkan Badan Litbang oleh masyarakat tani di lokasi Sl-PTT. 6.4 Dampak (impact) Yang dicapai Dengan semakin baiknya penerapan teknologi budidaya padi sawah dalam peningkatan produksi padi, dimana dengan penggunaan VUB produktivitas usahatani meningkat, produksi dan pendapatan usahatani padi sawah juga meningkat.
17
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 51 hal. Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal Bappeda dan BPS Propinsi Sumatera Barat. 2008. Sumatera Barat Dalam Angka (Sumatera Barat in Figures) 2007/2008. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat. 633 hal. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB-Padi). 2009. Deskripsi Varietas Padi (Draft). Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. 91 hal. Dirjen Tanaman Pangan. 2007. Rencana operasional peningkatan tambahan produksi beras 2 juta ton tahun 2007. Makalah disampaikan pada Lokakarya P2BN, Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Maret 2007. Deptan, 2008a. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian. 38 hal. Deptan, 2008b. Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020, Memperkuat Kemandirian Pangan dan Peluang Ekspor. Departemen Pertanian. 71 hal.
Las,I. H. Syahbuddin, E. Surmaini, dan Achmad M. Fagi. 2008. Iklim dan Tanaman Padi: Tantangan dan peluang. Dalam: Suyamto et al (Eds).Buku Padi, Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.151-189. Purwanto.S. 2008. Implementasi kebijakan untuk pencapaian P2BN). Dalam. B. Suprihatno et al. (Eds). Hasil-Penelitian Padi Menunjang P2BN. Prosid. Seminar Apresiasi (Buku I), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.9-37. Puslitbangtan dan BBP2TP. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Puslitbangtan dan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pertanian. 20 hal. Simamarta,T., dan Y.Yuwariah. 2008. Teknologi intensifikasi padi aerob terkendali berbasis organic (IPAT-BO) untuk mempercepat kemandirian dan ketahanan pangan. Dalam: B. Suprihatno et al. (Eds). Apresiasi Hasil-Penelitian Padi Menunjang P2BN, Prosid. Seminar Apresiasi (Buku I), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian,. Ed. Bambang Suprihatno, et al,.p.127-145.
18
Lampiran 1. Dukomentasi kegiatan pendampingan SL-PTT Kab. Sijunjung 2012
Gambar 1. Rapat Koordinasi kegiatan 2012
Gambar 3. Pelaksanaan PRA di Kec. Sumpur Kudus
Gambar 2. Rapat di ikuti Kabid, Kasi dan UPTD
Gambar 4. Peserta PRA di Kec. Sumpur Kudus
Gambar 5. Koord. SL PTT sebagai Nara Sumber PRA
Gambar 6. Peserta PRA di Kec. Tanjung Gadang
19
Gambar 7. Tanam Perdana di Kec. Tanjung Gadang
Gambar 8. SKPD terkait pada Tanam Perdana di Kec. Tanjung Gadang
Gambar 9. Ka. BPTP di wakili oleh KSPP pada Tanam Perdana di Kec. Tanjung Gadang
Gambar 10. Diskusi Tanam Perdana di Kec. Tjg. Gadang
Gambar 11. Penarikan Caplak sebelum Tanam
Gambar 12. Tanam Perdana oleh Kabid Tanaman Pangan
20
Gambar 13. Tanam Perdana oleh KSPP BPTP Sumbar
Gambar 14. Tanam Perdana Anggota Keltan
Gambar 15. Tanam berumur 17 HST
Gambar 16. Petakan pengamatan PHT
Gambar 17. Keragaan Tanaman di Kec. Tanjung Gadang
21
Gambar 18. Plank Merk SL PTT Model
Gambar 19. Tanam Perdana di Kec. Sumpur Kudus Oleh Koord. SLPTT BPTP Sumbar
Gambar 20. Arahan dari Walinagari Kumanis pada Tanam Perdana di Kec. Sumpur Kudus
Gambar 21.Tanam Perdana oleh Koord. SLPTT BPTP Sum. Barat
Gambar 22. Tanam Perdana oleh Kabid Tanaman Pangan Kab. Sijujung di Kec. Sumpur Kudus
Gambar 23. Peninjauan pada Keltan Penangkar
Gambar 24. Diskusiakhir kegiatan
22
LAMPIRAN 2. LAPORAN SL-PTT MODEL PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN KECAMATAN SUMPUR KUDUS KABUPATEN S IJUNJUNG
Alamat No
Kelompok Tani
Nagari
Kecamatan
Luas (Ha)
Varietas
Luas (Ha)
Realisasi Panen Propitas Produksi (Ku/Ha) (ton)
PROV LL (Ku/ha)
Prov diluar SL (Ku/ha)
SL MT Lalu (ku/ha)
1
Sibayir
Kumanis
Sumpur Kudus
27
Impari 12
27
-
-
-
-
-
2
Longgang
Tj Bonai Aur Sel
Sumpur Kudus
27
Impari 12
27
-
-
-
-
-
3
Remaja Harapan
Kumanis
Sumpur Kudus
25
Impari 12
25
2.8
70.0
70.0
50
40
4
Sawah Hilir
Kumanis
Sumpur Kudus
23
Impari 12
23
4.3
98.9
98.9
67
50
5
Sawah Bunggo
Kumanis
Sumpur Kudus
25
Impari 12
25
3.7
92.5
92.5
78
50
6
Sawah Laweh
Kumanis
Sumpur Kudus
25
Impari 12
25
3.8
95.0
95.0
65
45
7
Bandar Malintang
Kumanis
Sumpur Kudus
25
Impari 12
25
4.1
102.5
102.5
80
40
8
Aur Baririk
Kumanis
Sumpur Kudus
25
Impari 12
25
4.8
120.0
120.0
76
45
9
Sitampi
Kumanis
Sumpur Kudus
23
Impari 12
23
4.1
94.3
94.3
82
45
Riak Sinamar
Tanjung Bonai Aur
Sumpur Kudus
25
Impari 12
25
3.8
95.0
95.0
68
42
10
JUMLAH
250
250
LAMPIRAN 3. LAPORAN SL-PTT MODEL PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN S IJUNJUNG
Alamat No
Kelompok Tani
Nagari
Kecamatan
Luas (Ha)
Varietas
Luas (Ha)
Realisasi Panen Propitas Produksi (Ku/Ha) (ton)
PROV LL (Ku/ha)
Prov diluar SL (Ku/ha)
SL MT Lalu (ku/ha)
1
Koto Ranah
Taratak Baru
Tanjung Gadang
25
Impari 12
25
6.1
152.5
152.5
90
46
2
Mulau Tangah
Taratak Baru
Tanjung Gadang
25
Impari 12
25
6.2
155.0
155.0
92
52
3
Ranah palam
Taratak Baru
Tanjung Gadang
25
Impari 12
25
6.1
152.5
152.5
91
53
4
Keluarga Sakato
Taratak Baru Utara
Tanjung Gadang
25
Impari 12
25
6.2
155.0
155.0
87
40
5
Sepakat
Taratak Baru Utara
Tanjung Gadang
25
Impari 12
25
5.7
142.5
142.5
95
40
6
Tuah Sakato
Tanjung Lolo
Tanjung Gadang
25
Impari 12
25
5.2
130.0
130.0
87
40
7
Tandikat
Timbulun
Tanjung Gadang
25
Impari 12
25
-
-
-
8
Talang Saiyo
Tanjung Lolo
Tanjung Gadang
25
Impari 12
25
5.2
130.0
130.0
89
38
9
Oryza Zativa
Tanjung Gadang
Tanjung Gadang
25
Impari 12
25
-
-
-
-
-
10
KWT Sejati
Tanjung Gadang
Tanjung Gadang
25
Impari 12
25
-
-
-
-
-
11.
Harapan
Tanjung Lolo
Tanjung Gadang
25
Impari 12
25
4.3
107.5
107.5
96
45
JUMLAH
275
275
24
-
LAMPIRAN 4. LAPORAN SL PTT MODEL DANA KONTINGENSI KECAMATAN KOTO VII Alamat No
Kelompok Tani
Nagari
Kecamatan
Luas (Ha)
Tanggal Tanam
Varietas
1
Alam Baru
M.Danir
Koto VII
20
1-11-2012
Cisokan
2
Tobo Sakato
Ermiati
Koto VII
25
-
Bt.Piaman
3
Belukar Saiyo
Koto VII
25
15-11'012
Cisokan
4
Fajar Manyinsing
Putra Muktar Dt.Mangkudun
Koto VII
25
-
Bt.Piaman
5
Sinamar Indah
Hasan Basri
Koto VII
20
16-11-2012
Bt.Piaman
6
Sungai Pandan
E.Malin Malelo
Koto VII
20
-
Bt.Piaman
7
Binjai
Bakarudin
Koto VII
20
-
Anak Daro
8
Ranah Saiyo
Abu Kasim
Koto VII
20
-
Anak Daro
9
Ujung Bukit
Jalidar
Koto VII
25
-
Anak Daro
10
Karya Baru
Muhasli Paduko
Koto VII
25
-
Anak Daro
11
CahayaBaru
Iskandar
Koto VII
30
-
Anak Daro
12
Ampang II
Rusdi Alam
Koto VII
25
-
Bt.Piaman
13
Puding Emas
Iswandi
Koto VII
20
-
Bt.Piaman
14
Sawah Godang
Syafrianto
Koto VII
25
-
Anak Daro
15
Taruko
Ramawi
Koto VII
30
-
Bt.Piaman
16
Tapian Sakato
Mardi
Koto VII
20
-
Bt.Piaman
25
Luas (Ha)
Realisasi Panen Propitas Produksi (Ku/Ha) (ton)
PROV LL (Ku/ha)
Prov diluar SL (Ku/ha)
Pov Dilokasi SL MT Lalu (ku/ha)
LAMPIRAN 5. LAPORAN SL PTT MODEL DANA KONTINGENSI KECAMATAN IV NAGARI Alamat No
Kelompok Tani Nagari
Kecamatan
Luas (Ha)
Tanggal Tanam
Varietas
Realisasi Panen
1
Ranah Manggi
Darnelis Bdr Kuning
IV Nagari
25
4-10-2012
Bt Piaman
2
Panakuan
Firdaus
IV Nagari
30
15-10-2012
Bt.Piaman
3
Languang
Khairul Andizal
IV Nagari
25
14-11-2012
Bt.Piaman
4
Tanah Sirah
Dafniati
IV Nagari
25
Desember
Bt.Piaman
5
Kapuok
Khairiman,SE
IV Nagari
25
Desember
Bt.Piaman
6
Situalang
Nasrizal
IV Nagari
25
10-11-2012
Bt.Piaman
7
Ranah Talang
Doni Eka Putra
IV Nagari
25
2-10-2012
Bt.Piaman
8
Cubadak
Yuli Aprinaldi
IV Nagari
25
Desember
Bt.Piaman
9
Kayu Gadang
B.Pono marajo
IV Nagari
20
Desember
Bt.Piaman
10
Pisang Kolek
N.Pangah Bagindo
IV Nagari
30
Desember
Bt.Piaman
11
Basung Indah
Bustami
IV Nagari
30
20-10-2012
Bt.Piaman
12
Rangeh
Abasrul
IV Nagari
20
Desember
Bt.Piaman
13
Ranah Udani
Imrorul Wathon
IV Nagari
25
Desember
Bt.Piaman
14
Durian Patah
S.Pandito Mln Paratoma
IV Nagari
25
Desember
Bt.Piaman
15
Tambang Ambacang
Atmaruddin
IV Nagari
25
Desember
Bt.Piaman
26
Luas (Ha)
Propitas (Ku/Ha)
Produksi (ton)
PROV LL (Ku/ha)
Prov diluar SL (Ku/ha)
Pov Dilokasi SL MT Lalu (ku/ha)
LAMPIRAN 6. LAPORAN SL PTT MODEL DANA KONTINGENSI KECAMATAN SIJUNJUNG No
Alamat
Kelompok Tani Nagari
Kecamatan
Realisasi Panen
Luas (Ha)
Tanggal Tanam
Varietas
1
Tuah Sepakat Bakuang
Harmon
Sijunjung
25
17-10-2012
Bt.Piaman
2
Tunas Harapan
Joharudin
Sijunjung
25
5-11-2012
Bt.Piaman
3
Karya Baru
Abastani
Sijunjung
25
19-10-2012
Bt.Piaman
4
Mudik Kako
Rapiyus
Sijunjung
25
21-10-2012
Bt.Piaman
5
Taratak Bancah
Syafrizal.D
Sijunjung
25
22-10-2012
Bt.Piaman
6
Tunas Harapan
Supardi
Sijunjung
25
23-10-2012
Bt.Piaman
Semoga Jaya
Rusli Gindo Marajo
Sijunjung
25
2-11-2012
Bt.Piaman
7
27
Luas (Ha)
Propitas (Ku/Ha)
Produksi (ton)
PROV LL (Ku/ha)
Prov diluar SL (Ku/ha)
Pov Dilokasi SL MT Lalu (ku/ha)
LAMPIRAN 7. LAPORAN SL PTT MODEL DANA KONTINGENSI KECAMATAN KAMANG BARU Alamat No
Kelompok Tani Nagari
Kecamatan
Luas (Ha)
Tanggal Tanam
Realisasi Panen Varietas
1
Sungai Rambutan
Suardi
Kamang Baru
20
2-10-2012
Bt.Piaman
2
Tuah Sakato
Nasrulman Afandi
Kamang Baru
18
3-10-2012
Bt.Piaman
3
Tanjung Jaya
H.Kumar
Kamang Baru
26
7-11-2012
Bt.Piaman
4
Batang Gobah
Deki Maradona
Kamang Baru
35
16-11-2012
Bt.Piaman
5
Durian Danga
Karimum
Kamang Baru
25
15-10-2012
Bt.Piaman
6
Sei.Pauh Mudik
Ibrahim
Kamang Baru
24
8-10-2012
Bt.Piaman
7
Saiyo
Sobar
Kamang Baru
30
8-0-2012
Bt.Piaman
28
Luas (Ha)
Propitas (Ku/Ha)
Produksi (ton)
PROV LL (Ku/ha)
Prov diluar SL (Ku/ha)
Pov Dilokasi SL MT Lalu (ku/ha)
LAMPIRAN 8. LAPORAN SL PTT MODEL DANA KONTINGENSI KECAMATAN KUPITAN Alamat No
Kelompok Tani Nagari
Luas (Ha)
Tanggal Tanam
Realisasi Panen Varietas
Kecamatan
1
Kupitan Ponggang
M.Yunus
Kupitan
25
15-9-2012
Cisokan
2
Sopan Pasak I
Ridwan
Kupitan
20
17-10-2012
Cisokan
3
Ranah Saiyo
Yoses HeriHero
Kupitan
28
13-11-2012
Cisokan
4
Rotan Sawagadang
Amris
Kupitan
25
11/13/2012
Cisokan
5
Batang Paiaram
Rarahim
Kupitan
32
8-11-2012
Cisokan
6
Gurun Jaya
Akmal
Kupitan
32
5-11-202
Bt.Piaman
7
Kuok Saiyo
Noprizaldi
Kupitan
20
21-11-2012
Bt.Piaman
8
Pacicingan
Jhon Hendri
Kupitan
25
28-10-2012
Bt.Piaman
9
Harapan Jaya
Jarlis Husen
Kupitan
25
6-11-2012
Bt.Piaman
29
Luas (Ha)
Propitas (Ku/Ha)
Produksi (ton)
PROV LL (Ku/ha)
Prov diluar SL (Ku/ha)
Pov Dilokasi SL MT Lalu (ku/ha)
LAMPIRAN 9. LAPORAN SL PTT MODEL DANA KONTINGENSI KECAMATAN TANJUNG GADANG
Alamat No
Kelompok Tani Nagari
Kecamatan
Luas (Ha)
Realisasi Panen
Tanggal Tanam
Varietas
1
Tunas Jaya
Uslan
Tj. Gadang
25
24-09-2012
Anak Daro
2
Dasa Subur
Asnimar
Tj. Gadang
25
3-10-2012
Anak Daro
3
Pincuran Batu
Erkanedi
Tj. Gadang
25
01-10-2012
Anak Daro
4
Mitra Tani
Siman
Tj. Gadang
25
30-10-2012
Anak Daro
5
Usaha Sakato
Syamsawir
Tj. Gadang
25
12-11-2012
Anak Daro
6
Duo Suku
Jawanis
Tj. Gadang
25
11-11-2012
Ciherang
7
Batang Sako
Ahmad Diah
Tj. Gadang
25
10-11-2012
Ciherang
8
Rumbai Sakato
Rosmawati
Tj. Gadang
25
20-11-2012
Ciherang
9
Lubuk Sianik
Lukman
Tj. Gadang
25
12-11-2012
Bt Piaman
10
Muaro Sopan
Basril
Tj. Gadang
25
12-11-2012
Bt Piaman
30
Luas (Ha)
Propitas (Ku/Ha)
Produksi (ton)
PROV LL (Ku/ha)
Prov diluar SL (Ku/ha)
Pov Dilokasi SL MT Lalu (ku/ha)
LAMPIRAN 10. LAPORAN SL PTT MODEL DANA KONTINGENSI KECAMATAN LUBUK TAROK
Alamat No
Kelompok Tani Nagari
Kecamatan
Luas (Ha)
Realisasi Panen
Tanggal Tanam
Varietas
1
Mudi Aei
Suardi
Lubuk Tarok
25
18-11-2012
Bt Piaman
2
Aei Janiah
Muklis
Lubuk Tarok
25
20-11-2012
Cisokan
3
Karambei Sabatang
Jamhur
Lubuk Tarok
25
27-10-2012
Ceherang
4
Tabek Tarusan
Yuheri
Lubuk Tarok
25
28-10-2012
Bt.Piaman
5
Mudik Mulun
Elludi
Lubuk Tarok
25
15-10-2012
Bt.Piaman
6
Harapan Jaya
Masril
Lubuk Tarok
25
17-10-2012
Bt.Piaman
7
Tiwal Sipundung
Jhon Afniwillis
Lubuk Tarok
25
15-10-2012
Bt.Piaman
8
Kumbang Putieh Kaki
Tamrizal
Lubuk Tarok
25
5-11-2012
Bt.Piaman
9
Minarang
Anwar
Lubuk Tarok
25
17-10-2012
Cisokan
10
Palintang
Masrul
Lubuk Tarok
25
12-11-2012
Ciherang
11
Semoga Jaya
Deleri
Lubuk Tarok
25
29-12-2012
Bt.Piaman
12
Tanjung Baringin
Erman
Lubuk Tarok
25
29-12-2012
Bt.Piaman
13
Hidup Baru
Abu Bakar
Lubuk Tarok
25
18/11/2012
Bt.Piaman
14
Bina Maju
Sarbaini
Lubuk Tarok
25
16-11-2012
Bt.Piaman
31
Luas (Ha)
Propitas (Ku/Ha)
Produksi (ton)
PROV LL (Ku/ha)
Prov diluar SL (Ku/ha)
Pov Dilokasi SL MT Lalu (ku/ha)