BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang dari permasalahan yang diangkat yaitu tentang pentingnya untuk membuat Rumah Sakit Khusus Jiwa di Kabupaten Badung. Bab ini terdiri dari rumusan masalah, tujuan, metode penelitian, dan sistem penulisan dari masalah yang diangkat yaitu tentang rumah sakit jiwa. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting
bagi manusia karena
tanpa
kesehatan yang baik hasil yang diharapkan tidak tercapai dengan optimal. Kesehatan adalah kebutuhan yang sangat mendasar dan merupakan hak bagi setiap orang, oleh karenanya pemerintah wajib mengupayakan derajat kesehatan yang baik bagi masyarakat terutama bagi masyarakat kurang mampu. Secara nasional pembangunan bidang kesehatan menjadi salah satu investasi dibidang sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan keberhasilan pembangunan bidang yang lainnya. Sumber daya manusia yang berkualitas tidak saja mengandung arti sehat jasmani tetapi juga sehat rohani atau kejiwaan. Pelayanan kesehatan merupakan program yang sangat penting dalam menjaga dan memelihara derajat kesehatan, dimana pelaksanaanya berlangsung di rumah sakit, klinik Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 1
atau puskesmas. Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan perdagangan bebas sudah dapat dipastikan akan berdampak pada pola hidup masyarakat yang semakin konsumtif. Kondisi masyarakat yang konsumtif dan tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai sangat berpotensi meningkatnya gangguan terhadap kondisi kejiwaan
seseorang. Penyakit gangguan kejiwaan timbul akibat tekanan terhadap
perekonomian, kepribadian yang tertutup, dan masalah sosial. Hal ini akan berakibat meningkatnya stress, konflik, kecemasan, masalah psikososial, perubahan perilaku, dan meningkatnya gangguan terhadap mental. Penderita gangguan kejiwaan seharusnya dari sejak awal harus segera mendapat penanganan dengan baik, apabila penderita gangguan kejiwaan tidak segera diberikan penanganan khusus dapat berakibat pada penyakit kegilaan yang akut. Apabila penyakit kegilaan ini sudah akut, pada proses penyembuhannya akan sangat sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengembalikan kondisi penderita seperti semula. Cepatnya proses pemulihan penderita gangguan kejiwaan tidak hanya dari penanganan medis saja tetapi juga harus mendapat dukungan dan perhatian dari orang- orang terdekat penderita seperti keluarga sahabat dan teman penderita. Namun, faktanya masih banyak penderita gangguan kejiwaan atau gila yang tidak diurus oleh keluarganya bahkan diterlantarkan, dipasung dan dibiarkan berkeliaran dijalanan yang dapat mengganggu pengguna jalan ataupun dapat membahayakan keselamatan dari penderita gangguan kejiwaan itu sendiri. Berdasarkan pernyataan dari Kongres Nasional VII Keperawatan Jiwa yang dimuat pada Bali Post tanggal 27 Februari 2015. Dewa Gede Anom, S.Kep., Ns., S.Pd., M.M. selaku Ketua Panitia Konas VII Keperawatan Jiwa IPKJI mengatakan, kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa yang optimal di Indonesia belum sepenuhnya terpenuhi. Kondisi ini mengakibatkan pelayanan kesehatan jiwa belum bisa dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat Indonesia. Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia umumnya cukup besar. Bali sebagai daerah pariwisata juga tidak luput dari masalah ini. Menurut hasil survey Suryani Institut for Health ditemukan sekitar 7.000 hingga 9.000 warga Bali mengalami gangguan jiwa. Memperhatikan masalah prevalensi kesehatan jiwa seperti itu maka diperlukan upaya peningkatan pelayanan kesehatan jiwa, baik kuantitas maupun kualitas. Pemerintah dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kondisi kesehatan jiwa yang setinggi – tingginya dan menjamin ketersediaan, aksebilitas, mutu dan pemerataan upaya kesehatan jiwa. UU No.36/2009 tentang kesehatan pasal 144 dinyatakan bahwa pemerintah, pemerintah daerah berkewajiban mengembangkan upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat. Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 2
Berdasarkan data jumlah pasien yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, di Bangli jumlah pasien melebihi kapasitas tempat tidur yang tersedia. Pasien terbanyak berasal dari Kota Denpasar diikuti oleh Kabupaten Badung. Kapasitas tempat tidur di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali yaitu 400 tepat tidur, namun jumlah pasien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali sekitar 400-500 pasien. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali adalah satu-satunya rumah sakit pemerintah di Provinsi Bali yang melayani kesehatan jiwa sehingga pelayanan yang diberikan kurang optimal karena jarak tempuh dari kabupaten yang lain seperti Kabupaten Buleleng, Jembrana, Tabanan, Denpasar, dan Kabupaten Badung cukup jauh. Dipilihnya Kabupaten Badung sebagai lokasi pembangunan Rumah Sakit Jiwa karena berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Badung jumlah penderita gangguan kejiwaan selama tiga tahun terakhir terus meningkat yaitu tahun 2012 sebanyak 668 orang, tahun 2013 sebanyak 749 orang dan tahun 2014 sebanyak 943. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, jumlah penderita gangguan kejiwaan di Kabupaten Badung adalah terbanyak kedua setelah Kota Denpasar. Posisi Kabupaten Badung yang strategis yaitu berada di sentral pulau Bali sehingga mudah diakses dari kabupaten sekitarnya yang dapat menjadi alternative rujukan karena tidak menutup kemungkinan emergency dari kabupaten terdekat. Pemilihan Kabupaten Badung daripada Denpasar sebagai lokasi pembangunan rumah sakit jiwa, dikarenakan kondisi Kota Denpasar yang kurang memungkinkan untuk dibangun rumah sakit jiwa yang dilihat berdasarkan kepadatan lalu lintas, kondisi suhu udara yang kurang mendukung, kepadatan penduduk yang tinggi dan lain-lain yang dapat mendukung pembangunan rumah sakit jiwa. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas dan untuk memberikan atau meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa bagi penderita gangguan kejiwaan maka perlu dibangun rumah sakit jiwa di Kabupaten Badung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
Mengapa diperlukan pembangunan Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung?
Apa saja persyaratan serta tuntutan ruang yang ada pada pembangunan Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung?
Fasilitas – fasilitas apa saja yang perlu disediakan untuk mengoptimalkan pelayanan Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung? Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 3
Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan arsitektur yang akan digunakan pada Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung?
1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditulis diatas, dapat ditentukan tujuan dari perancangan Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung adalah sebagai berikut :
Untuk memberikan dan meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa yang terbaik bagi penderita gangguan kejiwaan di Kabupaten Badung dan tidak menutup kemungkinan bagi kabupaten terdekat.
Pembangunan Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung memiliki persyaratan yakni pembangunannya tidak berada dilokasi yang rawan terhadap bahaya, memiliki infrastruktuktur aksesibilitas untuk jalur transportasi, tersedianya jaringan utilitas. Rumah sakit jiwa memiliki tingkat safety atau keamanan yang lebih tinggi dari pada rumah sakit pada umumnya serta pada ruangan sangat dihindari dari benda tajam karena pasien yang memiliki gangguan kejiwaan beresiko melakukan hal – hal diluar dugaan.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung memiliki pelayanan yang terdiri dari; IGD (Instalasi Gawat Darurat), Instalasi PICU, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, dan Instalasi Rehabilitasi.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung akan menerapkan konsep Green Arsitektur yang mampu memberikan rasa sejuk dan nyaman bagi civitas didalamnya khususnya bagi penderita gangguan kejiwaan untuk mempercepat proses penyembuhannya.
1.4 Metode Perancangan Jones Metode perancangan merupakan prosedur yang digunakan untuk merancang sebuah karya arsitektur. Di dalam metode perancangan dilakukan proses-proses dalam perancangan. Menurut Snyder, pada dasarnya proses perancangan terdiri dari lima langkah, yaitu: permulaan, persiapan, pengajuan usul, evaluasi dan tindakan (Snyder, 1984 : 225). a. Permulaan Tahap permulaan dilakukan pengenalan dan pembatasan terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Pengenalan dan pemecahan permasalahan tersebut akan dilakukan dengan teknik pengumpulan data dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu ; -
Teknik Interview Teknik interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan sebuah wawancara dengan narasumber baik itu individu, kelompok, atau pihak – Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 4
pihak yang ahli dalam bidangnya berupa pendapat, latar belakang proyek, dan persepsi yang dilakukan secara langsung dengan pihak – pihak yang terkait yang bisa dipercaya keakuratan datanya yang berhubungan dengan pengadaan proyek. Dalam tahapan interview ini dilakukan wawancara kepada Bapak I Putu Supada, SKM, M. Kes selaku Kepala Seksi Kesehatan Khusus di Dinas Kesehatan Kabupaten Badung dan I Wayan Suarjaya, S.Kep, N.s selaku Kepala Ruang IGD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali . -
Teknik Observasi Teknik observasi ialah teknik pengumpulan data yang dilakukan langsung melalui pengamatan yang diamati peneliti pada proyek sejenis yang sudah dibangun dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan dan potensi yang ada pada proyek sejenis khususnya yang terkait pada Rumah Sakit Jiwa. Dalam tahapan observasi pengumpulan data dilakukan dengan cara tinjauan langsung ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Badung.
b. Persiapan Pada langkah persiapan akan dilakukan pengumpulan dan analisis informasi mengenai permasalahan yang hendak dipecahkan. Langkah persiapan yang lebih spesifik meliputi pengumpulan secara sistematis dan analisis informasi tentang suatu proyek tertentu yang biasa disebut dengan “Pemrograman”. Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini yaitu: -
Memahami permasalahan yang hendak dipecahkan dengan sumber-sumber dan literatur.
-
Melakukan studi banding terhadap proyek-proyek yang terkait dengan proyek rancangan yang selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam perancangan.
c. Pengajuan Usul Tahap proses selanjutnya yaitu pengajuan usul rancangan yang sering disebut “Sintesis”. Sistesis dapat diartikan usul-usul rancangan yang mengandung berbagai pertimbangan, seperti aspek sosial, ekonomi, program, tapak, teknologi, estetika dan lain sebagainya. Usul-usul tersebut biasanya dibuat dalam bentuk gambar atau catatan-catatan digunakan dalam penyelidikan yang memusat pada suatu pemecahan. Pada proses ini akan menghasilkan konsep rancangan yang berupa gambar-gambar yang akan dijadikan sebagai asumsi permulaan untuk memecahkan masalah. Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 5
d. Evaluasi Pada tahap evaluasi berpusat pada evaluasi atas usul-usul alternative yang telah diajukan sebelumnya. Evaluasi terhadap usul tersebut merupakan pembandingan pemecahan perancangan yang diusulkan dengan tujuan kriteria dan tujuan yang telah dikembangkan dalam tahap pemrograman. Dapat dibayangkan tahapan “Persispan – Perancangan – Evaluasi” sebagai suatu proses tiga bagian yang saling berhubungan. Proses tersebut terdiri dari penentuan tujuan dan kriteria rancangan, pembuatan rancangan potensial, dan pemecahan masalah terhadap kriteria program. Evaluasi atas usul-usul dilakukan dengan membandingkan permasalahan dengan tujuan dan kriteria yang dikembangkan pada tahap pemograman. e. Tindakan Tindakan merupakan tahap perancangan yang meliputi kegiatan-kegiatan dengan mempersiapkan dan melaksanakan suatu proyek, seperti menyiapkan dokumen konstruksi, dan perancang juga dapat bertindak sebagai perantara antara pemilik dan kontraktor. Dokumen-dokumen konstruksi yang dibuat termasuk gambar kerja lengkap dengan spesifikasi-spesifikasi untuk bangunan. Berdasarkan kelima langkah-langkah perancangan diatas, proses yang akan digunakan dalam penyusunan laporan Seminar Tugas Akhir ini adalah langkah pertama sampai dengan ketiga. Untuk langkah keempat dan kelima tidakdipergunakan dalam proses perkuliahan.
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Badung 6