BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Energi listrik saat ini telah menjadi faktor yang sangat vital dalam menunjang kehidupan, mulai dari tingkat rumah tangga hingga industri yang berskala besar. Di Indonesia sendiri penyedia dan penyalur energi listrik yang dimiliki oleh negara adalah PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau biasa disebut PT. PLN (Persero). PT. PLN (Persero) menyediakan energi listrik untuk hampir seluruh wilayah di Indonesia sehingga diperlukan distribusi material maupun penyaluran transmisi listrik yang sangat baik. Untuk menunjang hal tersebut, PT. PLN (Persero) membangun kantor-kantor wilayah yang dapat disebut kantor area dan kantor rayon di setiap kota hingga sampai kecamatan maupun pedesaan. PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung sendiri merupakan satu-satunya Unit PLN di luar Jawa Bali yang berstatus “Distribusi”. Perubahan tersebut terjadi pada tahun 2013, atau belum genap 1 tahun PT. PLN (Persero) Lampung naik levelnya dari kantor Wilayah ke kantor Distribusi. Hal ini berarti bahwa PT. PLN (Persero) Lampung dituntut untuk bisa jauh lebih baik dibandingkan wilayah lain dalam segi pelayanan kepada pelanggan. Kantor distribusi sendiri merupakan kantor induk yang memiliki tugas untuk melakukan perencanaan, pengaturan strategi, serta pengelolaan anggaran yang didapatkan dari PLN Pusat untuk bisa didistribusikan kepada Area dan Rayon. Sedangkan kantor area merupakan penghubung antara kantor distribusi dengan rayon, dimana kebijakan-kebijakan dari PLN pusat maupun kebijakan dari kantor distribusi diterjemahkan oleh Area kepada Rayon. Selain itu, pengadaan material serta jasa juga dikelola di kantor Area. Tiap 1 Area memiliki 1 gudang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan material. Rayon sendiri merupakan unit hilir dari PT. PLN ( Persero) Distribusi Lampung, dimana Rayon memiliki fungsi untuk melayani pelanggan secara langsung, baik pelayanan administrasi maupun
1
2
secara teknis. Selain itu terdapat alur informasi dan produk untuk pemesanan material yang dilakukan oleh Rayon kepada pihak Area, dimana tahap pertama adalah pihak Rayon melakukan permintaan material kepada pihak Area, kemudian pihak Area melakukan pengecekan di Gudang Area untuk mengetahui ketersediaan dari material. Jika material yang diminta tersedia maka pihak Rayon dapat langsung mengambil material ke Gudang, tetapi jika tidak tersedianya material maka Area akan memesan material kepihak supplier dengan jumlah tertentu yang ditentukan oleh pihak Area. Material yang telah dipesan akan dikirim oleh pihak supplier langsung ke Gudang Area, setelah itu pihak Rayon akan dihubungi untuk mengambil material. Secara garis besar Gambar 1.1 dan 1.2 menjelaskan skema atau alur informasi dan material yang terjadi di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung.
Gambar 1.1 Alur Informasi Pemesanan Material PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung
Gambar 1.2 Alur Penerimaan Material PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung
PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung memiliki 3 kantor Area dibawahnya yaitu kantor Area Tanjung Karang, kantor Area Metro dan kantor Area Kotabumi. Saat ini kantor Area Tanjung Karang menjadi kantor Area yang paling aktif dalam hal pemenuhan pelayanan kepada konsumen, hal ini terjadi karena Tanjung Karang
3
sendiri adalah nama lain dari Bandar Lampung yang merupakan ibukota provinsi dari provisi Lampung sehingga wajar jika hal ini terjadi. Kantor Area Tanjung Karang memiliki 7 kantor Rayon dibawahnya antara lain Rayon Karang, Rayon Sutami, Rayon Wayhalim, Rayon Teluk Betung, Rayon Kalianda, Rayon Natar dan Rayon Sidomulyo yang dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Wilayah Kerja PT. PLN Area Tanjung Karang (Sumber: PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung, 2013)
Saat ini PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung memiliki 1,4 juta pelanggan dengan rasio elektrifikasi atau pemenuhan permintaan instalasi listrik baru pada tahun 2013 hanya 75% dari jumlah permohonan pemasangan dari konsumen dan terus meningkat tiap bulannya. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi perusahaan karena selama sistem manajemen persediaan yang diterapkan oleh perusahaan masih bersifat konvensional, yaitu ketika material mulai menipis barulah pemesanan material kepada pihak supplier dilakukan, selain itu proses perkiraan kebutuhan material untuk periode-periode selanjutnya selama ini masih bersifat sangat subjektif sehingga stock out material sangat sering terjadi. Jika permasalahan stock out yang terjadi terus dibiarkan tentu akan menjadi masalah yang berlarut-larut bagi pihak perusahaan yang kemungkinan berakibat pada tingkat kepuasan pelanggan.
4
1.2. Perumusan Masalah Permasalahan yang terjadi di PT PLN (Persero) Distribusi Lampung, yaitu dengan perkiraan kebutuhan material yang masih sangat subjektif dan sistem manajemen persediaan yang masih sangat konvensional selama ini ternyata menyebabkan terjadinya ketidaktersediaan dari material. Stockout material pun sudah menjadi hal yang sangat lazim terjadi yang tentu mengganggu proses pemenuhan pelayanan, khususnya permintaan pasang baru atau instalasi baru kepada konsumen. Sehingga diperlukan analisis mendalam mengenai manajemen persediaan atau inventory control dari material yang tergolong Material Distribusi Utama (MDU) khususnya material untuk pemasangan atau instalasi listrik baru untuk perumahan yaitu material kWh meter dan kabel Sambungan Rumah (SR) atau bahasa teknisnya adalah Low Voltage Twisted Cable.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, antara lain: 1. Mengetahui metode peramalan yang paling tepat digunakan untuk material Low Voltage Twisted Cable dan kWh meter di masing-masing wilayah. 2. Mengetahui sistem inventory control yang optimal untuk material Low Voltage Twisted Cable dan kWh meter. 3. Mengetahui reorder point untuk material Low Voltage Twisted Cable dan kWh meter di gudang Area(*). 4. Mengetahui safety stock untuk material Low Voltage Twisted Cable dan kWh meter di gudang Area(*). *Disesuaikan kondisi riil pada perusahaan gar lebih mudah diterapkan.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain: 1. Mengetahui permasalahan terkait inventory control di lingkungan kerja PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung Kantor Area Tanjung Karang
5
2. Memberikan saran/rekomendasi yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan terkait inventory control di lingkungan kerja PT. PLN (Persero) Distrubusi Lampung Kantor Area Tanjung Karang
1.5. Asumsi dan Batasan Masalah Dalam penelitian ini terdapat beberapa asumsi dan batasan, antara lain: 1. Penelitian hanya dilakukan pada lingkungan kerja di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung khususnya Kantor Area Tanjung Karang 2. Penelitian hanya dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat di PT PLN (Persero) Distribusi Lampung Kantor Area Tanjung Karang 3. Penelitian hanya mencakup masalah terkait manajemen persediaan atau inventory control di PT. PLN (Persero) Distribusi Lampung Kantor Area Tanjung Karang 4. Penelitian hanya membahas mengenai material Low Voltage Twisted Cable dan kWh Meter. 5. Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini hanya untuk kurun waktu tahun 2014 dengan periode mengikuti hasil yang diperoleh.