BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi mempunyai peran penting
dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Selain itu
jalan juga berperan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa yang merupakan
urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Terkait dengan pentingnya peranan jalan di atas, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan sebagai penyelenggara jalan wajib memprioritaskan pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan jalan secara berkala untuk mempertahankan tingkat pelayanan jalan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan. Merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010, standar pelayanan minimal kondisi jalan harus dapat menjamin kendaraan dapat berjalan dengan selamat dan nyaman sesuai dengan kecepatan rencana Dengan perkembangan lalu lintas yang semakin padat dan perubahan cuaca yang semakin tidak menentu ditambah lagi dengan curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya banjir dan menggenangi seluruh badan jalan. Hal ini yang mengakibatkan perkerasan jalan akan lebih cepat mengalami kerusakan-kerusakan dini (sebelum masa pelayanan habis), terutama kerusakan yang disebabkan oleh air. Sementara masa pelayanan sangat ditentukan oleh kualitas suatu campuran aspal, dimana kualitas campuran beraspal tersebut tergantung pada beberapa faktor, yaitu antara lain kualitas masing-masing bahan yaitu sifat-sifat fisik agregat, Gradasi agregat, dan sifat fisik aspal itu sendiri. Campuran beraspal sendiri sebagian besar adalah agregat, dan salah satu sifat agregat adalah memiliki daya tarik yang tinggi terhadap air, dan agregat yang
basah umumnya menolak aspal. Hal tersebut yang membuat aspal mudah terkelupas oleh air dan terjadi pelepasan butiran-butiran agregat mengakibatkan
kerusakan-kerusakan pada badan jalan. Pada umumnya kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu
faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan penyebab yang saling kait mengait.
Kerusakan kecil yang terjadi apabila tidak segera dilakukan penanganan, menyebabkan kerusakan akan semakin parah dan pengaruhnya semakin luas,
sehingga dapat memperpendek umur rencana jalan dan dapat membahayakan
pengguna lalu lintas. Kerusakan-kerusakan pada perkerasan jalan karena pengelupasan dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu : 1.
Lalu lintas, yaitu dapat berupa peningkatan beban lalu lintas, ini terjadi setelah terendam air hujan, air yang tersisa di perkerasan jalan dipaksa masuk ke dalam lapisan oleh beban kendaraan. Hal ini menyebabkan tekanan hidrostatik yang luar biasa, sehingga masuk melalui diantara pori-pori ikatan antara aspal dan agregat yang akhirnya akan menyebabkan ke pengupasan film pengikat dari permukaan agregat.
2.
Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik, naiknya air tanah akibat sifat kapilaritas. Air dapat menyebabkan terkelupasnya ikatan : Pelepasan butir (Chipping loss). Melemahnya daya ikat (lekat) antara aspal dan agregat pada campuran beraspal dan juga diantara lapisan perkerasan jalan. Pada sistem pelapisan perkerasan didalam perencanaan (in Plan).
3.
Penurunan stabilitas mekanikalnya atau mengakibatkan deformasi lebih awal.
4.
Material yang tidak berkualitas yang disebabkan oleh mekanisme pengolahan bahan yang tidak baik.
5.
Iklim tropis, suhu udara dan curah hujan yang tinggi yang dapat mengakibatkan banjir dan menggenangi badan jalan.
Contoh beberapa gambar kerusakan jalan di kota Palu dan Bandung akibat pengelupasan (stripping) dapat dilihat pada gambar 1.1 sampai 1.4 dibawah ini.
Gambar 1.1 kerusakan jalan akibat pelepasan Butiran (loss of chipping)
Gambar 1.3 kerusakan jalan berlubang (potholes) Akibat selalu tergenang oleh air
Gambar 1. 2 kerusakan jalan akibat pengelupasan karena air/banjir)
Gambar 1.4 kerusakan jalan akibat pelepasan Butir dan pengelupasan, karena kondisi jalan selalu lembab
Salah satu cara untuk mengatasi kerusakan-kerusakan pada jalan yang diakibatkan oleh air dan kelembaban adalah dengan memperbaiki perilaku campuran beraspalnya, yaitu dengan cara meningkatkan kualitas sifat-sifat aspal, kualitas agregat, dan memperbaiki mekanisme pengolahan dan gradasi
agregatnya. Meningkatkan kualitas dari sifat aspal adalah dengan cara aspalnya, atau dengan menambahkan suatu bahan tambah atau zat memodifikasi
kimia yang diharapkan dapat meningkatkan mutu aspal maupun campuran
beraspalnya. Bahan tambah atau zat kimia yang dimaksud adalah zat anti pengelupasan (anti stripping agent). Zat anti pengelupasan (Anti Stripping Agent)
merupakan suatu zat adiktif yang dapat merubah sifat aspal dan agregat, meningkatkan daya lekat dan ikatan, serta mengurangi efek negatif dari air dan
kelembaban sehingga menghasilkan permukaan berdaya lekat tinggi. Hal ini akan
mengurangi terjadinya pelepasan butiran pada aspal. Hal ini diharapkan dapat meminimalkan terjadinya kerusakan jalan oleh air, memperpanjang waktu pelapisan ulang hotmix dengan biaya perawatan yang lebih rendah. Pada spesifikasi umum Bina Marga 2010 pun, Aditif kelekatan atau anti pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran agregat dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump) pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti striping agent dalam rentang 0,2% - 0,3 % terhadap berat aspal. Anti striping agent harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan positif, namun juga spesifikasi umum 2010 tidak menyebutkan jenis anti strippingnya. Sedang pada spesifikasi umum Bina Marga pada revisi (1) tahun 2011, kuantitas pemakaian aditif anti stripping dalam rentang 0,2% - 0,4% terhadap berat aspal. Tetapi bilamana stabilitas marshall sisa setelah perendaman selama 24 jam pada temperatur 60°C sama atau lebih besar dari 90% maka bahan anti pengelupasan yang digunakan haruslah yang disetujui oleh Direksi. Ada beberapa contoh referensi tentang penggunaan anti stripping agent terhadap beton aspal yang telah dilakukan, salah satunya yang melakukan penelitian tersebut adalah dari Universitas Sumatra Utara, didalam penelitiannya mengenai perbandingan dua jenis anti stripping agent yaitu jenis wetfix-be dengan jenis derbo terhadap campuran AC-WC menggunakan agregat dari
Patumbak dan spesifikasi umum Bina Marga 2006. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan ditambahkannya anti stripping agent pada campuran
beraspal, hasilnya kecenderungan mengalami kenaikan dibandingkan dengan yang
tanpa anti stripping agent. Peningkatan itu terjadi nilai kepadatan dari 2,342 sebelumnya setelah ditambahkan 0,2% ASA menjadi 2,343 dari berat aspal,
stabilitas sebelumnya 1032 setelah ditambahkan 0,2 % menjadi 1072 dan yang utama adalah pada nilai stabilitas sisa yang sebelumnya 77,22% menjadi paling
87,43% dengan kenaikan sebesar 10,21% dengan penambahan ASA yang sangat
sedikit tetapi memperoleh hasil yang begitu baik. Dengan begitu dari penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dengan menambahkan anti stripping agent dapat meningkatkan kinerja dari suatu campuran beraspal. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka itu yang menjadi pertimbangan dan titik tolak pembahasan Tugas Akhir ini dengan mengambil judul : “Optimalisasi Penambahan Anti Stripping Agent Wetfix-Be Pada Campuran Aspal Panas (AC-WC)” dengan menggunakan agregat lokal dari Lab Uji Bahan Politeknik Negeri Bandung. Pada penyelesaikan tugas akhir ini, dimulai dengan membuat perancangan campuran beraspal panas (AC-WC)
dengan gradasi kasar, selanjutnya
menentukan kadar aspal optimum. Campuran beraspal pada kadar aspal optimum tersebut yang ditambahkan dengan zat anti stirpping agent jenis wetfix-be dengan menggunakan metode Marshall dan pendekatan kepadatan mutlak. Pengujian Marshall yang dilakukan sama dengan yang dilakukan peneliti sebelumnya, yaitu dari Universitas Sumatra Utara. Yang membedakan tugas akhir ini dengan tugas akhir yang dari Universitas Sumatra Utara adalah terletak pada agregat dan spesifikasinya. Tugas akhir ini menggunakan agregat lokal dari Lab. Uji Bahan Polban sedangkan mereka (dari USU) menggunakan agregat lokal dari Patumbak. Apakah dengan agregat yang berbeda akan mendapatkan hasil yang sama. didalam spesifikasi umum Bina marga 2010 pada seksi 6.3.3 tentang campuran beraspal panas, mengharuskan bahwa setiap perancangan campuran beraspal
disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan metoda kerja, agregat, aspal, dan campuran yang memadai dengan membuat dan menguji campuran percobaan di
laboratorium, dengan menguji sifat-sfat dan kualitas dari suatu agregat dapat
mengindikasikan sifat campuran yang berbeda, itu mungkin disebabkan karena sifat-sifat dan kualitas dari suatu agregat selalu akan berbeda dengan sumber yang
berbeda.
1.2
Maksud dan Tujuan
1.2.1
Maksud Maksud dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penambahan anti stripping agent jenis wetfix-be dengan variasi 0,2% ; 0,25% ; 0,3% ; 0,35% ; 0,4% ; 0,45% dan 0,5% terhadap berat aspal, pada campuran beraspal panas (AC-WC) dengan menggunakan agregat lokal dari Lab.Uji Polban, dengan metode marshall dan pendekatan kepadatan mutlak. 1.2.2
Tujuan Tujuannya adalah mengoptimalisasi zat anti stripping agent jenis wetfix-
be pada campuran beraspal panas (AC-WC) bergradasi kasar dengan menggunakan agregat lokal dari Polban dan aspal pen 60/70 dari PT. Pertamina pada kadar aspal optimum dengan spesifikasi umum Bina Marga 2010 . 1.3
Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
a.
Melakukan pengujian sifat-sifat aspal tanpa penambahan anti stripping agent.
b.
Melakukan pengujian agregat
c.
Membuat Rancangan campuran beraspal dengan metode Marshall dengan pendekatan kepadatan mutlak (SNI 06-2489-1991 dan No. 025/T/BM/1999). Kajian hanya terbatas pada Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) pada gradasi kasar.
d.
Bahan yang digunakan dalam percobaan campuran beraspal ini adalah :
Agregat (split, screen, dan abu batu), agregat lokal berasal dari
Laboratorium Uji Bahan Politeknik Negeri Bandung,
Aspal keras dengan penetrasi 60/70 berasal dari PT. Pertamina,
Bahan pengisi (filler) adalah semen tiga roda.
Dan anti stripping agent yang digunakan adalah jenis Wetfix-Be.
1.4
Sistematik Penulisan Secara garis besar penulisan Laporan Tugas Akhir ini terbagi dalam Enam
bab, yang masing-masing diuraikan menjadi pokok bahasan, antara lain sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup pembahasan, dan sistimatika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang, campuran aspal beton, bahan campuran aspal beton yaitu agregat, aspal, bahan pengisi (filler) dan bahan tambah ( anti stripping agent wetfix-be),
BAB III
METODOLOGI Bab ini menjelaskan tentang, Bagan alir (flow chart), metode pengujian di Laboratorium, pengumpulan data, metode penyusunan tugas akhir, pengujian bahan, pengujian Marshall dan pengujian sifatsifat campuran beraspal (AC-WC).
BAB IV
PENGUJIAN LABORATORIUM Bab ini menjelaskan tentang, prosedur pelaksanaan pengujian dan hasil pengujian di laboratorium.
BAB V
ANALISA HASIL DAN PERHITUNGAN Bab ini menjelaskan tentang, analisa kualitas bahan, analisa sifat-sifat campuran (AC-WC) dan optimalisasi kadar anti stripping agent dalam
campuran beraspal dan membandingkan referensi hasil penelitian
sebelumnya.
BAB VI
PENUTUP Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang dapat kami
ambil terhadap masalah yang kami bahas
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran ini berupa data-data hasil pengujian yang dilakukan dilaboratorium dalam bentuk tabel maupun grafik-grafik dan gambargambar pelaksanaan pengujian.