BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Salah satu bagian dalam penelitian geologi permukaan adalah dengan
menganalisis fasies lingkungan pengendapan yang didapat dari singkapan. Penelitian ini dilakukan untuk memahami proses-proses sedimentasi suatu lingkungan pengendapan. Dalam hal ini konsep stratigrafi memberikan pemahaman proses-proses pengendapan dan faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhinya seperti tektonik, turun naiknya muka air laut, pasokan sedimen, kondisi iklim dan geometri fasies sedimen. Konsep stratigrafi ini dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memahami sejarah pengendapan batuan pada suatu lingkungan pengendapan. Setiap lingkungan pengendapan dicirikan oleh parameter tertentu dan fisika, kimia serta biologi yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh sedimen yang mempunyai ciri-ciri tertentu seperti tekstur, struktur dan komposisi. Tubuh sedimen tersebut adalah Fasies. Karakteristik yang dimiliki oleh Fasies Sedimen merefleksikan kondisi daripada lingkungan pengendapan tersebut. Hubungan reaksi antara lingkungan pengendapan dan fasies biasanya disebut sebagai proses dan respon. Interpretasi lingkungan pengendapan akan berkembang baik bila mempelajari Asosiasi Fasies daripada mempelajari satu fasies. Model fasies juga memberikan ide tentang bagaimana suatu sistem sedimentasi bekerja dalam suatu lingkungan pengendapan. Penelitian dilakukan pada Formasi Steenkool yang tersusun oleh batulempung mikaan di bagian bawah, batupasir di bagian atas dengan sedikit batulanau dan konglomerat, serta jarang keterdapatan lignit dan batugamping. Formasi Steenkool berumur Miosen Akhir - Plistosen yang mengisi sebagian besar Cekungan Bintuni (Chevallier.B dan Bordenave M.L., 1986). Berdasarkan Smith, 1990 Cekungan Bintuni terbentuk diantara dua sesar geser mengiri
1
(sinistral) berarah timur-barat. Kedua sesar tersebut merupakan hasil dari aktifitas tumbukan antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Lempeng Australia mendorong dari arah selatan ke utara, sementara Lempeng Pasifik mendorong relatif dari arah timur laut ke barat daya. Hasil dari aktivitas kedua lempeng tersebut membentuk Sesar Sorong di bagian utara dan Sesar Tarena-Aiduna di bagian selatan. Batas Cekungan Bintuni dapat dilihat pada Gambar 1.1
Gambar 1.1 Batas Cekungan Bintuni (Pieters dkk, 1990)
2
Pembahasan mengenai Formasi Steenkool dalam sejumlah penelitian hingga saat ini masih relatif terbatas, sehingga penelitian ini dilakukan untuk merekonstruksi sejarah pengendapan berdasarkan data permukaan yang diperoleh dari pengukuran stratigrafi rinci dan data litofasies beserta asosiasi fasies digunakan sebagai data pendukung dalam interpretasi kejadian geologi.
1.2
Identifikasi Masalah Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini yaitu analisis
stratigrafi pada Formasi Steenkool. Analisis tersebut untuk mengetahui apakah terjadi perubahan kondisi lingkungan pengendapan dari Kala Miosen AkhirPlistosen hingga kondisi Resen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan lingkungan pengendapan tersebut, maka harus membandingkan endapan yang ada saat ini dengan endapan Miosen Akhir-Plistosen. Untuk mengetahui lingkungan pengendapan pada Kala Miosen Akhir-Plistosen, dilakukan identifikasi litologi, struktur sedimen, dan fasies pada Formasi Steenkool.
1.3
Pembatasan Masalah
Batasan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Penelitian dilakukan di wilayah Bintuni-Manimeri, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat dengan cakupan sebatas lintasan Bintuni-Manimeri. 2. Penelitian difokuskan pada litologi sedimen transisi, pengambilan data dilakukan dengan metode pengukuran stratigrafi terukur. Data litofasies, asosiasi fasies dan parasekuen digunakan sebagai data pendukung dalam interpretasi sejarah pengendapan geologi. 3. Penafsiran kejadian dan pemodelan fasies ditentukan oleh susunan litologi yang ditemui pada wilayah pemetaan, serta dari referensi yang terkait.
3
1.4
Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah : 1. Melakukan pengukuran dan analisis data stratigrafi terukur pada Formasi Steenkool. 2. Melakukan analisis parasekuen dari pola sedimentasi Formasi Steenkool 3. Melakukan analisis penampang stratigrafi lintasan Bintuni (Steenkool atas) dan lintasan Manimeri (Steenkool Bawah) pada profil sayatan Geologi. 4. Melakukan analisis lingkungan pengendapan Resen sebagai persamaan lingkungan pengendapan pada Kala Miosen Akhir-Plistosen.
1.5
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui litofasies dan asosiasi fasies yang berkembang di Formasi Steenkool 2. Mengetahui Parasekuen Formasi Steenkool 3. Mengetahui hubungan umur batuan antara lintasan Bintuni dengan lintasan Manimeri. 4. Mengetahui persamaan lingkungan pengendapan pada Kala Miosen AkhirPlistosen dengan lingkungan pengendapan Resen.
1.6
Waktu dan Lokasi Objek Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada dua lokasi seperti pada Gambar
1.2, yaitu lokasi pertama pada jalur Sungai Kisae, Distrik Manimeri, Kabupaten Teluk Bintuni yang dilakukan pada tanggal 19 - 24 Februari 2016. Lokasi ini berada di bagian selatan lereng Gunung Sigemerai. Daerah penelitian terletak pada koordinat X: 341950 – 348767 dan Y: 9776360 – 9771025. Untuk lokasi kedua pada singkapan tebing proyek pembangunan terminal baru, Kampung Waraitama, Distrik Manimeri, Kabupaten Teluk Bintuni dilakukan pada tanggal 10 dan 11 Maret 2016. Daerah penelitian terletak pada koordinat lintang 02,075900 – 02,075890 LS dan 133,682830 – 133,682300 BT. Lokasi ini berada
4
di bagian selatan lereng jajaran ujung perbukitan Sigemerai, sebelah utara jalan trans Bintuni - Manokwari.
Gambar 1.2 Peta Kedua Lokasi Lapangan (BIG, 2016)
1.7
Kesampaian Daerah Penelitian Daerah penelitian yang dilakukan pengukuran stratigrafi lapisan batuan
(Measured Stratigraphy) terdapat pada dua lokasi berbeda yang terdiri dari: 1. Jalur Sungai Kisae, Distrik Bintuni (G.Sigemerai) Jarak lokasi penelitian dari Kampung Argosigemerai Distrik Bintuni sekitar 5 - 9 km ke arah utara. Akses menuju lokasi penelitian bisa ditempuh dengan berjalan kaki memasuki area hutan selama kurang lebih 3 jam perjalanan. Area penelitian tidak dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor karena masuk dalam jalur hutan. 2. Singkapan tebing proyek pembangunan terminal baru, Distrik Manimeri
5
Jarak lokasi penelitian Kampung Argosigemerai Distrik Bintuni sekitar 9 km ke arah timur. Akses menuju lokasi penelitian dari tempat tinggal dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 selama kurang lebih 15 menit perjalanan.
1.8
Kegunaan Data Penelitian Kegunaan data penelitian yang dimaksudkan sebagai salah satu analogi
untuk eksplorasi dan pengembangan lapangan minyak dan gas bumi. Selain itu analisis stratigrafi sikuen akan menghasilkan kerangka kronostratigrafi dari endapan yang dianalisis. Kerangka itu selanjutnya dapat dipakai untuk mengkorelasikan dan memetakan fasies. Data ini pun dapat digunakan sebagai analogi sedimen - sedimen yang terendapkan pada cekungan foreland. Berdasarkan Larry J. C.,dkk. 2004 Cekungan Bintuni merupakan bagian dari cekungan foreland besar yang berada di bagian timur Indonesia.
1.9
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan akhir penelitian ini dibagi menjadi Bab
dan Sub-bab, sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang pemilihan topik dalam penelitian, ruang lingkup berupa lokasi dan waktu pelaksanaan penelitian. Serta memaparkan maksud dan tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori yang menjadi acuan dalam interpretasi data serta memaparkan hasil dari penelitian-penelitian yang berkaitan secara langsung dengan topik bahasan. Teori-teori dasar seperti geologi regional daerah penelitian, sedimentologi dan stratigrafi, fasies, lingkungan pengendapan shelf dan tidal flat serta stratigrafi sikuen.
6
BAB III METODOLOGI Bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat dan bahan yang digunakan, metode dalam pengambilan data, serta dalam analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil interpretasi data primer secara komprehensif dan objektif. Penyajian bahasan dikhususkan secara sistematis dimulai dari aspek litofasies, asosiasi fasies, parasekuen dan hubungan dari semua lintasan stratigrafi terukur. Serta pada bagian akhir dijelaskan secara sederhana mengenai analogi modern dari hasil penelitian ini. BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan ringkasan atau intisari dari hasil penelitian yang berdasarkan tujuan penelitian.
1.10 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis sikuen stratigrafi jalur Bintuni-Manimeri, Formasi Steenkool, Cekungan Bintuni, Papua Barat yang dilakukan merupakan suatu penelitian baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan dengan penelitian terdahulu yang dijelaskan berikut ini: 1.
Pieters, dkk (1990) melakukan penelitian pada daerah Ransiki. Hasil penelitian berupa kondisi geologi regional yang dirangkum dalam Peta Geologi Lembar Ransiki, Irian Jaya pada skala 1 : 250.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Perbedaan terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pieters dkk adalah penelitian kali ini lebih terperinci pada stratigrafi, khususnya pada stratigrafi Miosen Akhir – Plistosen. Penelitian stratigrafi ini mendetailkan secara genetik Formasi Steenkool, sejarah pengendapannya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh muka laut dalam sedimentasi.
7
2. Deddy Amarullah, 1991 melakukan penelitian berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Kalori Batubara Daerah Horna Irian Jaya Barat” termasuk wilayah Cekungan Teluk Bintuni. Pembahasan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kalori batubara pada daerah Horna yang dibandingkan dengan keberadaan batubara didaerah Tembuni, bahwa kalori batubara di lokasi Horna lebih tinggi dibandingkan yang berlokasi di Tembuni yang keduanya berada pada Formasi yang sama yaitu Formasi Steenkool. Perbedaan terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan Deddy sangat jelas dari fokus pembahasan yaitu pembahasan kali ini berfokus pada sejarah sedimentasi dari Formasi Steenkool. 3.
Larry J. Casarta, dkk. (2004) melakukan penelitian di daerah Cekungan Bintuni yang berjudul “Wiriagar Deep: The Frontier Discovery That Triggered Tangguh LNG”. Dalam penelitiannya Larry J. Casarta,dkk menjelaskan bahwa Cekungan Bintuni merupakan cekungan foreland besar yang berada di bagian timur Indonesia. Terkhusus pada daerah Wiriagar yang berada pada lingkungan laut dalam (deepwater) sangat berpotensi sebagai frontier area dalam pencarian hidrokarbon. Perbedaan dengan penelitian saat ini yaitu pembahasan mengenai lingkungan pengendapan yang difokuskan pada lingkungan transisi.
8