BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan merupakan suatu kawasan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa, pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (PP No 34 tahun 2009). Faktor pendorong berupa tingkat kemiskinan yang banyak tejadi di pedesaan menyebabkan tingginya urbanisasi. Lengkapnya sarana transportasi dan infrastruktur perkotaan serta banyaknya sarana pendidikan, perkantoran, perindustrian, dan perdagangan akan mampu mendatangkan banyak orang untuk tinggal di kota. Daya tarik ini juga akan mempengaruhi tingginya arus urbanisasi dan menyebabkan tingginya jumlah penduduk di perkotaan. Pertambahan jumlah penduduk dan urbanisasi yang tinggi dan tidak terkendali di daerah perkotaan dapat menimbulkan tingginya permintaan akan permukiman yang layak huni sebagai sarana tempat tinggal masyarakat. Pembangunan permukiman pada lahan yang sempit cenderung kurang
memperhatikan
aspek-aspek
kesehatan
permukiman
seperti
ketersediaan sarana prasarana yang meliputi penyediaan air bersih, sanitasi, pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002). Sifat lahan yang terbatas akan menjadikan semakin meningkatnya fenomena kepadatan penduduk. Tingginya kepadatan penduduk ini akan menjadikan masalah bagi lingkungan apabila tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan dalam permukiman. Fenomena tersebut terjadi pada salah satu kecamatan di Kota Bekasi yaitu Kecamatan Bekasi Timur sebagai kawasan perkotaan. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah-wilayah di Kota Bekasi tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ibukota Negara Indonesia yaitu Kota Jakarta sehingga berfungsi sebagai kota penyangga Jakarta. Lebih dari 50% luas wilayah Kota Bekasi sudah menjadi kawasan efektif perkotaan dengan 90%
1
kawasan permukiman, 4% kawasan industri, 3% kawasan perdagangan, dan sisanya untuk bangunan lainnya (http://ciptakarya.pu.go.id). Kecamatan Bekasi Timur memiliki jumlah penduduk terbanyak ketiga di Kota Bekasi tahun 2011 yaitu sebanyak 255.928 jiwa dan urutan keempat pada tahun 2013 sebanyak 257.265 jiwa. Namun karena luas wilayah Bekasi Timur hanya 13.49 km2, kepadatan penduduk di wilayah ini menjadi sangat tinggi yaitu 18.972 jiwa/km2 pada tahun 2011 dan 19.071 jiwa/km2 pada tahun 2013. Nilai kepadatan ini menjadi kepadatan tertinggi di Kota Bekasi seperti terlihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Luas wilayah, banyaknya penduduk, dan kepadatan per hektar menurut kecamatan tahun 2011 dan 2013
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Jumlah penduduk 2011 (Jiwa) 267.310 117.170
Jumlah Penduduk 2013 (Jiwa) 275.071 123.024
Kepadatan Penduduk 2011 Jiwa/Ha 164,09 80,86
Pondok Gede 1629 Jatisampurna 1449 Pondok 1857 139.725 143.714 75,24 Melati Jatiasih 2200 216.260 121607 98,30 Bantargebang 1704 105.019 108.595 61,63 Mustika Jaya 2473 187.229 200.281 75,71 Bekasi Timur 1349 255.928 257.265 189,72 Rawalumbu 1567 227.198 234.499 144,99 Bekasi 1496 215.050 218.361 143,75 Selatan Bekasi Barat 1889 286.142 289.743 151,48 Medan Satria 1471 171.769 175.237 116,77 Bekasi Utara 1965 334.232 343.866 170,09 Total 21049 2.491.263 2.523.032 Sumber : Kota Bekasi Dalam Angka 2012 dan 2014
Kepadatan Penduduk 2013 Jiwa/Ha 168,86 84,90 77,39 55,28 63,73 80,99 190,71 149,65 145,96 153,38 119,13 175,00
Tingginya jumlah penduduk di Bekasi Timur tidak sebanding dengan ketersediaan lahan yang dimiliki, sehingga kebutuhan akan lingkungan permukiman yang sehat tidak dapat terpenuhi akibat pembangunan permukiman yang tidak terkontrol dan terus dilakukan. Persyaratan kesehatan lingkungan permukiman telah diatur dalam Menteri Kesehatan No : 829/VII/1999 yang meliputi beberapa variabel yaitu kerawanan terhadap
2
bencana alam, kualitas sumber air bersih, kualitas udara dan kebisingan, penghijauan, dan sarana prasarana yang meliputi sanitasi, pengelolaan sampah, dan kondisi jalan. Fenomena kepadatan penduduk belum tercantum dalam persyaratan kesehatan lingkungan permukiman menurut Kepmenkes No : 829/VII/1999 sehingga pada penelitian kali ini ingin diketahui seberapa besar peran kepadatan penduduk dalam mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungan permukiman. Pengamatan kondisi fisik permukiman untuk menilai kepadatan penduduk dan kondisi kesehatan lingkungan permukiman di Kecamatan Bekasi Timur memerlukan banyak tenaga, waktu dan biaya karena daerah kajian yang sangat luas. Kondisi permukiman yang memiliki bentuk dan ukuran yang relatif seragam akan memungkinkan untuk terjadi kesalahan perhitungan apabila dilakukan secara manual di lapangan. Melalui penginderaan jauh maka kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah atap dalam satu satuan luas blok permukiman yang tampak pada foto udara sedangkan kondisi kesehatan lingkungan permukiman dapat dinilai melalui parameter-parameter yang informasinya tampak pada foto udara. Identifikasi
kawasan
permukiman
diperlukan
data
spasial
penginderaan jauh dengan resolusi spasial tinggi hingga sangat tinggi. Foto Udara mampu mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kesehatan lingkungan permukiman karena memiliki resolusi spasial tinggi. Skala foto yang sangat besar dengan resolusi spasial 10 cm sehingga Foto Udara mampu mengidentifikasi data spasial berupa permukiman dan komponen didalamnya seperti jalan, pohon, halaman rumah, dan lain-lain. Pengolahan dan analisa data spasial dapat dilakukan dalam suatu sistem komputer yang berupa Sistem Informasi Geografis yang mampu menyajikan data menjadi sebuah informasi yang berbasis keruangan. Unsur dipermukaan bumi dapat diuraikan menjadi bentuk layer, tematik, atau coverage data spasial. Hasil pengolahan data dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam masalah keruangan serta mengintegrasikan hasil deskripsi suatu lokasi dengan kondisi sebenarnya di lokasi tersebut (Gistut, 1994 dalam Prahasta, 2004).
3
1.2. Rumusan Masalah Perhitungan jumlah penduduk di Kecamatan Bekasi Timur masih menggunakan metode sensus dengan cara menghitung setiap anggota keluarga dalam wilayah tersebut. Hal tersebut membutuhkan banyak tenaga, waktu, dan biaya yang cukup besar serta hasil perhitungan dapat mengalami tingkat kesalahan yang tinggi dikarenakan jumlah penduduk yang sangat banyak di Bekasi Timur. Kajian kepadatan penduduk dan kesehatan lingkungan permukiman memerlukan data spasial yang cukup baik untuk memberikan informasi yang cepat dan akurat. Peningkatan jumlah penduduk di daerah perkotaan menyebabkan meningkatnya permintaan akan permukiman. Penambahan permukiman tidak
diimbangi
dengan
ketersediaan
lahan
untuk
permukiman.
Pembangunan permukiman menjadi tidak terkontrol tanpa memperhatikan kebutuhan akan permukiman yang sehat sesuai dengan kebutuhan dasar manusia. Tingginya pembangunan permukiman akan mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungan permukiman. Syarat kesehatan dalam lingkungan permukiman menurut Menteri Kesehatan No : 829/VII/1999 yang meliputi enam variabel yaitu kerawanan terhadap bencana alam, kualitas sumber air bersih, kualitas udara dan kebisingan, penghijauan, dan sarana prasarana yang meliputi sanitasi, pengelolaan sampah, drainase/peresapan, kondisi jalan, sarana transportasi, sarana pendidikan, dan sarana ibadah. Sehingga kajian mengenai kondisi kesehatan lingkungan permukiman di Kecamatan Bekasi Timur ini perlu dilakukan. Pertambahan
jumlah
penduduk
pada
lahan
yang
terbatas
mengakibatkan fenomena kepadatan penduduk. Hal ini akan berdampak pada lingkungan apabila tidak ada kesadaran dari warga masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan permukiman. Namun kajian mengenai dampak atau pengaruh dari fenomena kepadatan penduduk terhadap kondisi kesehatan lingkungan permukiman belum pernah dilakukan sebelumnya. Sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai hal ini.
4
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan, maka muncul beberapa pertanyaan penelitian diantaranya : 1. Bagaimana kemampuan foto udara dalam menyadap fenomena kepadatan penduduk dan parameter kesehatan lingkungan permukiman? 2. Bagaimana kondisi kesehatan lingkungan permukiman di Kecamatan Bekasi Timur? 3. Bagaimana
pengaruh
kepadatan
penduduk
terhadap
kesehatan
lingkungan permukiman di Kecamatan Bekasi Timur?
1.3. Tujuan 1. Mengetahui ketelitian interpretasi menggunakan foto udara dalam menyadap fenomena kepadatan penduduk dan parameter kesehatan lingkungan permukiman 2. Mengetahui kondisi kesehatan lingkungan permukiman di Kecamatan Bekasi Timur. 3. Mengetahui
pengaruh
kepadatan
penduduk
terhadap
kesehatan
lingkungan permukiman di Kecamatan Bekasi Timur. 1.4. Kegunaan 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam perkembangan ilmu kependudukan dan ilmu kesehatan lingkungan. Perhitungan kepadatan penduduk dapat dilakukan tanpa menggunakan metode sensus, pemanfaatan teknologi penginderaan jauh seperti foto udara dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Penilaian mengenai kondisi lingkungan juga dapat diketahui secara cepat melalui foto udara. 2. Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah setempat sebagai acuan dalam menentukan prioritas perbaikan kawasan permukiman yang memiliki tingkat kesehatan lingkungan rendah. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi mengenai rencana detail tata ruang kota (RDTRK) tentang penataan kawasan permukiman kota sehingga kedepannya akan di peroleh lingkungan permukiman yang nyaman dan sehat. 5