BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebagai “Kota Perdagangan dan Jasa Internasional”, Surabaya memegang peranan penting sebagai hub pembangunan kawasan Indonesia Timur. Sedangkan di sisi regional, Surabaya merupakan pintu gerbang masuknya investasi ke propinsi Jawa Timur. Hal ini tentu saja didukung oleh ketersediaan prasarana transportasi dengan kelas internasional dan nasional dimana terdapat Bandara Juanda Internasional, Pelabuhan Tanjung Perak, Terminal Bus Purabaya, dan Stasiun KA Pasar Turi yang memenuhi kebutuhan mobilitas orang dan barang. Namun demikian, ketersediaan infrastruktur tersebut belum didukung oleh sarana transportasi yang terpadu. Sampai saat ini, sarana transportasi yang melayani kebutuhan perpindahan orang di dalam Kota Surabaya dan sekitarnya terbatas pada microlet/lyn, bus kota, komuter, dan kereta api. Yang menjadi permasalahan adalah ketidaktersediaan layanan angkutan umum yang aman, nyaman, cepat, dan terpadu menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk menggunakan pendaraan pribadi dibandingkan dengan angkutan umum. Hal inilah yang melatarbelkangi meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi di Kota Surabaya terutama yang berokupansi rendah. Peningkatan penggunaan kendaraan pribadi enambah volume kendaraan yang melintasi jalan-jalan di Kota Surabaya dan tentu saja menimbulkan permasalahan kemacetan terutama di saat peak hour. Sampai saat ini, upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemacetan tersebut adalah dengan menambah kapasitas dan panjang jalan pada ruas-ruas yang menghubungkan CBD (Central Business Disctrict) maupun pusat-pusat kegiatan lainnya. Namun demikian hal ini bukan merupakan solusi jangka panjang mengingat isue keterbatasan lahan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan jalan. Di sisi lain, meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi juga menimbulkan masalah lanjutan yaitu meningkatnya polusi udara dan efek gas rumah kaca. Dalam upaya mengatasi permasalahan yang telah dideskripsikan di atas diantaranya yaitu kemacetan, keterbatasan lahan untuk pembangunan jalan, perjalanan penumpang yang tidak efisien, dan meningkatnya polusi udara atas penggunaan kendaraan pribadi maka dibutuhkan upaya penyediaan angkutan umum massal yang merupakan sarana transportasi berkelanjutan. Di sisi lain, ketersediaan Angkutan Umum Massal Cepat yang mampu menghubungkan prasarana transportasi utama di Kota Surabaya diharapkan mampu meningkatkan mobilitas orang secara efisien terhadap wilayah Surabaya dan sekitarnya sehingga dapat menarik investasi yang lebih besar.
1.2 Maksud dan Tujuan Maksud kegiatan Pengembangan Angkutan umum Massal cepat adalah tercapainya kerjasama antara Pemkot dan pihak swasta dalam penyediaan angkutan umum massal cepat sebagai titik awal upaya penyediaan transportasi yang berkelanjutan di Surabaya. Tujuan kegiatan Pengembangan Angkutan umum Massal cepat adalah 1. Meningkatkan kualitas layanan angkutan umum 2. Mengurangi kemacetan lalu lintas 3. Memberikan alternatif pilihan angkutan umum
BAB I
1
1.3 Sasaran Sasaran yang diharapkan dapat diperoleh sebagai outcome positif dari ketersediaan Angkutan Umum Massal Cepat (AMC) diantaranya yaitu: 1. Tercapainya kualitas layanan angkutan umum di Surabaya yang aman, nyaman, dan terjadwal 2. Berkurangnya beban kapasitas jalan dan kemacetan karena beralihnya pengguna angkutan pribadi ke angkutan massal cepat 3. Terselenggaranya trasnportasi yang berkelanjutan 1.4 Pengguna Barang dan Jasa Pengguna barang dan jasa untuk Angkutan Umum Massal Cepat ini tidak saja masyarakat Kota Surabaya dan sekitarnya tetapi juga masyarakat Indonesia dan Internasional. Hal ini mengingat Kota Surabaya merupakan pintu gerbang investasi untuk propinsi Jawa Timur dan juga merupakan “Hub” bagi kegiatan bisnis untuk pasar Indonesia Timur dengan negara tetangga di perbatasan seperti Australia, Timor Timur, Papua Nuginea, Filipina, Jepang, dan Singapur.
BAB I
2
2. BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURABAYA DAN KONDISI TRANSPORTASI
2.1
Letak Geografis dan Kondisi Bentang Alam Surabaya merupakan ibu kota dari Propinsi Jawas Timur, yang secara geografis berada pada 07˚09`00`` - 07˚21`00`` Lintang Selatan dan 112˚36`- 112˚54` Bujur Timur. Luas wilayah Kota Surabaya meliputi daratan dengan luas 330,48 km2 dan lautan seluas 190,39 km2. Kota ini terdiri dari 31 kecamatan dan 160 kelurahan, dengan batas administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara : Selat Madura Sebelah Timur : Selat Madura Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Gambar 2.1 Orientasi Wilayah Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Pada Gambar 2.1 dapat diamati bahwa Kota Surabaya berada di bagian Timur pulau Jawa yang secara lokasional berada hampir di tengah Negara Kepulauan Republik Indonesia. Dalam skala nasional, lokasi ini menguntungkan karena menjadikan Surabaya “Hub” bagi kegiatan bisnis untuk pasar Indonesia Timur maupun Negara tetangga di perbatasan Selatan-Timur-Utara yaitu Australia, Timor Timur, Papua Nuginea, Filipina maupun Jepang. Sedangkan dalam skala regional, Surabaya terletak di ujung Timur pantai Utara yang merupakan daerah simpul utama jaringan jalan regional di Propinsi Jawa Timur didukung oleh adanya jembatan SURAMADU, Jalan tol Gempol (Sidoarjo)-Perak, Jalan bebas hambatan Surabaya-Gresik, dan Jalan tol Surabaya-Mojokerto. Ketinggian Tanah Berdasarkan ketinggian tanahnya, topografi wilayah Kota Surabaya relatif landai. Kondisi ini tidak memberikan hambatan yang berarti untuk kegiatan konstruksi pembangunan infrastruktur angkutan massal cepat seperti grounded rail maupun elevated rail. Untuk lebih rinci berikut penjelasan detailnya dan divisualisasikan pada Gambar 2.2. • Wilayah berketinggian 0 – 10 m, seluas 80,72% area Kota Surabaya, berada di Surabaya bagian Utara, Timur, Selatan dan pusat kota. • Wilayah berketinggian 10 – 20 m, seluas 12,28% area Kota Surabaya, berada di Surabaya bagian Barat, yaitu di Kecamatan Pakal, Lakarsantri, Sambikerep dan Tandes. BAB II
1
Gambar 2.2 Ketinggian Tanah Kota Surabaya Sumber : RTRW Kota Surabaya 2009-2029
Geologi Adapun untuk kondisi geologi Kota Surabaya terdiri dari Daratan Alluvium, Formasi Kabuh, Pucangan, Lidah, Madura dan Sonde. Sedangkan untuk wilayah perairan, Kota Surabaya tidak berada pada jalur sesar aktif ataupun berhadapan langsung dengan samudra, sehingga relatif aman dari bencana alam. Berdasarkan kondisi geologi dan wilayah perairannya, Kota Surabaya dikategorikan ke dalam kawasan yang relative aman terhadap bencana gempa bumi maupun tanah amblesan sehingga pembangunan infrastruktur tidak memerlukan rekaya geoteknik yang dapat menelan biaya besar. Untuk lebih detail Gambar 2.3 menggambarkan peta formasi geologi Kota Surabaya.
BAB II
2
Gambar 2.3 Formasi Geologi Kota Surabaya Sumber : RTRW Kota Surabaya 2009-2029
Klimatologi Dari segi klimatologi, Kota Surabaya memiliki iklim tropis, yang merupakan tipikal iklim wilayah Indonesia yang berada di sebelah selatan garis khatulistiwa, dimana iklim tropis ini memiliki dua musim yaitu musim hujan dan kemarau dengan perbedaan kondisi klimatologis yang signifikan pada kedua musim tersebut. Berdasarkan pantauan Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya yang digunakan untuk mengetahui kecepatan angin, tekanan udara, hari hujan, curah hujan dan temperatur di Kota Surabaya, selama tahun 2010 kecepatan angin di Kota Surabaya berkisar antara 12 knot hingga 35 knot. Kecepatan angin tertinggi di Kota Surabaya terjadi pada bulan Februari sebesar 35 knot, pada bulan selanjutnya menurun landai hingga mencapai kecepatan angin minimum sebesar 12 knot pada bulan Desember 2010. Hidrologi Dari segi hidrologi, Kota Surabaya dilalui oleh tiga sungai utama yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yaitu Kali Surabaya, Kali Mas, dan Kali Wonokromo. Sungai-sungai tersebut digunakan sebagai sumber air bersih di Kota Surabaya. Kali Brantas terbagi menjadi dua di Kota Mojokerto, yaitu Sungai Porong yang melintasi Kota Sidoarjo dan Kali Surabaya yang melintasi Kota Surabaya. Di Jagir Wonokromo, Kali Surabaya terbagi menjadi dua anak sungai, yaitu Kali Mas dan Kali Wonokromo.
BAB II
3
2.2
Wilayah Administratif dan Penduduk Luas wilayah Kota Surabaya adalah meliputi daratan sekitar 330,48 km2 dan lautan sekitar 190,39 km2. Kota Surabaya terdiri dari 31 kecamatan dan 160 kelurahan, dengan luas administrasi dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kota Surabaya Tahun 2011 No Kecamatan Luas Wilayah Persentase Luas (km2) (%) Surabaya Pusat 1 Tegalsari 4.44 1.34 2 Genteng 4.19 1.27 3 Bubutan 4.04 1.22 4 Simokerto 2.46 0.74 Surabaya Utara 5 Pabean Cantikan 6.72 2.03 6 Semampir 10.21 3.09 7 Krembangan 11.32 3.43 8 Kenjeran 7.32 2.21 9 Bulak 6.04 1.83 Surabaya Timur 10 Tambaksari 9.27 2.81 11 Gubeng 7.61 2.30 12 Rungkut 21.2 6.41 13 Tenggilis Mejoyo 5.86 1.77 14 Gunung Anyar 12.05 3.65 15 Sukolilo 23.71 7.17 16 Mulyorejo 15.84 4.79 Surabaya Selatan 17 Sawahan 7.27 2.20 18 Wonokromo 8.18 2.48 19 Karang Pilang 9.03 2.73 20 Dukuh Pakis 9.77 2.96 21 Wiyung 12.11 3.66 22 Wonocolo 7.11 2.15 23 Gayungan 5.37 1.62 24 Jambangan 3.69 1.12 Surabaya Barat 25 Tandes 13.21 4.00 26 Sukomanunggal 9.08 2.75 27 Asemrowo 14.84 4.49 28 Benowo 26.49 8.02 29 Lakarsantri 19.08 5.77 30 Pakal 17.06 5.16 31 Sambikerep 15.91 4.81 Total 330.48 100.00 Sumber: Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya, Bappeko Surabaya, 2007
BAB II
4
Dapat diketahui bahwa Kota Surabaya merupakan kota dengan jumlah penduduk tertinggi kedua di Indonesia setelah Kota Jakarta. Pada Tahun 2011, jumlah Penduduk Kota Surabaya mencapai 3.022.461 jiwa. Adapun leih jelasnya mengenai perkembangan penduduk di Surabaya Tahun 2005-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Surabaya Tahun 2005 – 2011 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Kecamatan Surabaya Pusat Tegalsari Genteng Bubutan Simokerto Surabaya Utara Pabean Cantikan Semampir Krembangan Kenjeran Bulak Surabaya Timur Tambaksari Gubeng Rungkut Tenggilis Mejoyo Gunung Anyar Sukolilo Mulyorejo Surabaya Selatan Sawahan Wonokromo Karang Pilang Dukuh Pakis Wiyung Wonocolo Gayungan Jambangan Surabaya Barat Tandes Sukomanunggal Asemrowo Benowo Lakarsantri Pakal Sambikerep Total
2005 (jiwa)
2006 (jiwa)
2007 (jiwa)
2008 (jiwa)
2009 (jiwa)
2010 (jiwa)
2011 (jiwa)
183,134 120,098 73,846 213,195
185,650 121,443 75,440 216,481
188,779 123,013 76,915 219,100
191,179 121,068 79,808 223,518
194,138 122,560 81,402 226,814
85,606 46,548 84,465 79,319
113,772 67,659 113,181 104,836
93,041 42,337 51,662 181,381 32,984
94,826 43,403 52,653 182,683 33,906
96,485 44,577 53,720 184,207 34,868
100,847 48,090 55,031 186,067 40,115
102,772 49,215 55,838 181,683 41,411
69,423 151,429 106,664 163,438 37,214
91,148 199,011 125,800 142,625 40,178
151,365 105,967 114,867 56,023 88,927 32,276 34,687
152,827 108,771 115,998 56,972 90,310 33,017 35,602
154,608 112,083 117,613 58,068 91,866 33,681 36,623
151,883 127,068 114,230 59,502 93,706 35,785 38,178
153,067 130,609 114,354 60,667 94,199 36,587 38,778
204,805 128,127 121,084 72,467 62,120 119,873 94,728
235,457 151,413 102,208 54,761 50,760 107,360 85,250
89,065 65,904 111,704 42,407 39,773 100,948 65,070 55,327
90,397 67,015 112,781 43,159 40,645 102,549 66,081 56,573
91,837 68,152 114,034 43,775 41,344 104,172 67,285 57,665
90,940 67,068 113,397 45,210 44,084 101,961 71,527 62,284
91,336 67,564 114,160 46,138 45,256 102,184 72,055 63,832
170,605 133,211 72,469 64,249 67,987 80,276 42,717 47,430
225,319 187,165 75,012 61,392 66,392 81,152 47,439 47,419
84,455 92,457 38,000 76,927 214,062 42,372 46,229
86,426 93,688 39,215 78,053 216,636 43,523 47,473
88,343 95,077 40,261 78,838 219,356 44,595 48,612
95,218 96,006 45,896 80,070 220,411 49,191 53,114
97,730 97,632 47,223 80,825 223,218 50,526 54,452
103,084 100,612 42,704 54,133 51,195 47,404 61,101
95,458 101,617 42,580 50,388 53,466 44,811 57,452
2,740,490
2,784,196
2,829,552
2,902,452
2,938,225
2,766,487
3,022,481
Sumber: Surabaya dalam Angka 2006 – 2012, BPS Kota Surabaya dan Dinas Kependudukan Surabaya 2006 - 2012
Dari Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa penduduk Kota Surabaya cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Trend peningkatan jumlah penduduk tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
BAB II
5
3022481 2902452
2740490
2005
2829552
2784196
2006
2938225
2765487
2007
2008
2009
2010
2011
Jumlah Penduduk Kota Surabaya Gambar 2.4 Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Surabaya 2005-2011 Sumber: Data Diolah, 2012
Sedangkan dalam tabel 2.3 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk Kota Surabaya pada Tahun 2011 meningkat 0,09% dari Tahun 2010. Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun Kota Surabaya Tahun 2005 - 2011 Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Data diolah, 2012
2784196 2829552 2902452 2938225 2765487 3022481
Pertambahan Penduduk (jiwa)
Laju Pertumbuhan (%)
43706 45356 72900 35773 -172738 256994
0.02 0.02 0.03 0.01 -0.06 0.09
Bertambahnya penduduk di Kota Surabaya selain karena faktor tingkat kelahiran yang tinggi juga disebabkan oleh tingkat migrasi maupun urbansasi. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, semenjak Januari-Agustus 2012 jumlah penduduk pendatang yang mengajukan permohonan menjadi warga Surabaya sebesar 15.730 jiwa dan sebagaian besar dari warga pendatang tersebut berasal dari Sidoarjo, Mojokerto, dan kota-kota lain di Jawa Timur. Hal ini tentunya akan memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pertambahan jumlah penduduk di Surabaya. Dengan laju pertumbuhan yang cenderung meningkat setiap tahunnya, maka akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kemampuan sektor transportasi untuk dapat melayani kebutuhan mobilisasi masyarakat. Menurut Susantoro& Parikesit (2004:14), tingkat urbanisasi berimplikasi pada semakin padatnya penduduk yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mengurangi daya saing dari transportasi wilayah. Pada kondisi eksisting, transportasi publik di Surabaya sudah menunjukkan kerumitan persoalan transportasi publik. Permintaan transportasi yang meningkat ini dipenuhi secara mandiri oleh sebagian besar penduduk Surabaya dengan membeli kendaraan bermotor pribadi seperti motor atau mobil. Pertambahan angkutan pribadi ini tidak hanya dipicu oleh kebutuhan bergerak tetapi sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat perkotaan pada umumnya. Seiring dengan meningkatnya permintaan jasa pelayanan transportasi yang tidak diimbangi dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana transportasi seperti penambahan kapasitas jalan dan penyediaan angkutan umum maka hal ini memicu fenoma kemacetan lalu lintas.
BAB II
6
Gambar 2.5 Sebaran Kepadatan Penduduk per Kecamatan Sumber: RTRW Kota Surabaya 2009-2029
Wilayah dengan sebaran kepadatan penduduk tinggi tersebar di sepanjang jalur Utara-Selatan Kota. Sedangkan kawasan Timur dan Barat kota relative lebih tidak padat. Hal ini mengimplikasikan kebutuhan moda pelayanan angkutan umum dibutuhkan terutama pada kawasan yang menghubungkan Utara dan Selatan kota. 2.3
Kondisi Perekonomian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang menentukan terhadap perkembangan masing-masing sektor produksi di masa depan. Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya dapat dilihat melalui indikator laju pertumbuhan PDRB Kota Surabaya. Tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah dapat terlihat dari nilai PDRB suatu daerah tersebut. Indikator PDRB ini menunjukkan daya beli penduduk suatu kota. Dalam hal ini digunakan PDRB atas harga berlaku karena bertujuan untuk mengukur perubahan struktur ekonomi Kota Surabaya. Semakin besar PDRB suatu daerah maka semakin tinggi tingkat kemajuan pembangunan di daerah. Kota Surabaya merupakan ibu kota dari Propinsi Jawa Timur dimana propinsi ini memiliki peran perkonomian yang strategis dalam skala nasional. Propinsi Jawa Timur mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi daerah lain. Menurut data Badan Pusat Statistika Kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 7,22 % dimana nilai tersebut melebihi pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 6,46%. Sedangkan Kota Surabaya memilliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Propinsi Jawa Timur. Perbandingan pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur dan Nasional tahun 2002 – 2011 dapat dilihat pada Gambar 2.6.
BAB II
7
8 6 5
4,78 4,29
4,5 3,99 3,8
4
6,35 5,8 5,48
6,33 5,84 5,6
6 5,83 5,05
6,31 6,28 6,11
6,26 6,1 5,9
7,52 7,22 6,46
7,09 6,68 6,2
7 5,53 5,01 4,63
3 2 1 0 2002
2003
2004
2005 Surabaya
2006
2007 Jawa Timur
2008
2009
2010
2011
Nasional
Gambar 2.6 Perbandingan pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur dan Nasional Sumber: Badan Pusat Statistika Kota Surabaya, 2011
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang signifikan tersebut ditandai adanya pertumbuhan sektoral dimana Propinsi Jawa Timur memiliki 3 sektor utama (leading sector) yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Sektor-sektor tersebut berturut-turut antara lain adalah perdagangan, hotel dan restoran sebesar 29,47 %; industri pengolahan sebesar 27,49 %; dan pertanian sebesar 15,75 %. Lihat Gambar 2.7.
Pertanian 15,75 %
Perdagangan, Hotel dan Restoran 29,47 %
Industri Pengolahan 27,49 %
Gambar 2.7 Kontribusi PDRB Sektor Utama Propinsi Jawa Timur Sumber: Bappeda Propinsi Jawa Timur, 2011
Besarnya nilai kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap PDRB Jawa Timur. tidak lepas dari kontribusi PDRB Kota Surabaya terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2010, kontribusi PDRB Surabaya terhadap Jawa Timur terbesar berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restauran (43,31%); sektor industri dan pengolahan (22,18%); pengangkutan dan komunikasi (9,86%; dan keuangan, persewaan, dan jasa-jasa (7,76%). Kontribusi PDRB Kota Surabaya terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur tahun 2006 – 2010 secara detail dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Kontribusi PDRB Kota Surabaya terhadap PDRB Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 - 2010 Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri dan Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Bangunan / Kontruksi 6. Perdagangan, Hotel,dan Restauran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa Sumber: BPS Kota Surabaya, 2011
Tahun (%) 2006 0.20 0.12 26.18 36.29 50.31 28.24 41.52 30.58 21.01
2007 0.17 0.10 26.15 40.62 50.19 28.07 40.69 30.25 21.06
2008 -7.71 1.65 2.94 7.32 3.61 5.60 11.96 7.62 5.88
2009 1.87 1.65 2.94 7.32 3.61 5.60 11.96 7.62 5.88
2010 0.09 0.01 22.18 3.57 6.93 43.31 9.86 6.04 7.76
BAB II
8
Kontribusi tersebut tidak lepas dari peranan Kota Surabaya yang juga memiliki leading sector pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Untuk lebih detailnya PDRB per sektor lapangan usaha Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 PDRB Kota Surabaya menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Periode 2006-2011 (dalam Juta Rp.) KOTA SURABAYA
LAPANGAN USAHA
2006
2007
2008
2009
2010
2011*)
1. pertanian
161,596.11
167,805.86
182,240.97
195,098.88
205,628.44
178,517.17
2. pertambangan & penggalian 3. industri pengolahan
15,208.70
13,572.13
15,877.87
16,188.29
16,814.50
12,418.13
33,150,163.06
37,268,034.54
42,588,981.29
44,905,010.66
49,235,965.36
51,064,301.93
3,390,379.59
4,627,511.16
5,631,003.55
6,356,425.92
6,995,347.25
8,498,518.16
11,366,079.72
12,112,359.01
13,406,135.91
15,044,036.78
19,083,376.45
16,218,469.27
50,380,607.76
59,082,724.64
68,891,768.60
74,668,903.63
87,148,789.52
102,972,404.53
11,654,513.04
13,298,188.38
15,069,194.79
17,488,306.33
20,238,218.67
23,653,328.63
6,826,220.91
8,057,446.37
9,462,744.02
10,534,978.65
11,973,566.67
14,191,565.89
10,271,140.64
11,568,459.32
13,124,313.78
14,797,201.75
16,722,484.13
18,467,699.95
127,215,909.53
146,196,101.41
168,372,260.78
184,006,150.89
211,620,190.99
235,257,223.66
4. listrik, gas & air bersih 5. bangunan 6. perdagangan, hotel & restoran 7. pengangkutan & komunikasi 8. keu. persewaan, & jasa perusahaan 9. jasa-jasa PDRB dengan MIGAS
Sumber: Badan Pusat Statistika Propinsi Jawa Timur, 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selama periode enam tahun terakhir PDRB per sektor lapangan usaha Kota Surabaya mengalami peningkatan di segala sektor. Yang memiliki nilai terbesar dan peningkatan yang sangat signifian adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Untuk mengetahui trendnya secara lebih detail dapat dilihat pada Gambar 2.8. 120.000.000,00 100.000.000,00
2006
80.000.000,00
2007 2008
60.000.000,00
2009
40.000.000,00
2010
20.000.000,00 -
2011 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sektor Lapangan Usaha
Gambar 2.8 Grafik Pertumbuhan PDRB Kota Surabaya per Sektor Lapangan Usaha Periode 2006-2011 Keterangan : 1
= pertanian
6
= perdagangan, hotel & restoran
2
= pertambangan & penggalian
7
= pengangkutan & komunikasi
3
= industri pengolahan
8
= keu. persewaan, & jasa perusahaan
4
= listrik, gas & air bersih
9
= jasa-jasa
5
= bangunan
Berdasarkan trend pertumbuhannya, terdapat tiga sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Surabaya dan mengalami peningkatan yang signifikan selama periode enam tahun terakhir. Secara berturut-turut sektor tersebut adalah Sektor perdagangan, hotel, & restoran; Sektor industry pengolahan; dan Sektor pengangkutan & komunikasi. Kemajuan dari sektor-sektor ini BAB II
9
tidak lepas dari peranan Kota Surabaya sebagai kota metropolitan yang akan beranjak menjadi kota megapolitan. Hal ini tentu saja akan mengenerate mobilitas penduduk yang semakin besar baik dari dalam kota maupun dari luar kota. Adanya kebutuhan mobilitas penduduk yang semakin besar terkait dengan aktivitas perkonomian yang berjalan maka dibutuhkan sebuah pelayanan transportasi yang berkapasitas besar dan ramah lingkungan atau disebut juga dengan mass transport. Fenomena yang ada sekarang adalah penduduk masih memilih kendaraan pribadi dikarenakan angkutan umum yang tidak representative baik dari segi kecepatan pelayanan maupun kenyamanan. Dapat diprediksikan bahwa perkonomian Surabaya akan terakselerasi dengan lebih baik jika didukung peranan pelayanan moda transportasi yang mampu mengimbangi kebutuhan mobilitas penduduk. Dan hal ini tentu saja jugas mendukung visi dari Kota Surabaya sebagai Kota Jasa dan Perdagangan. 2.4
Rencana Tata Ruang Tinjauan yang digunakan dalam studi ini meliputi RTRWP Jawa Timur, RTRW Kota Surabaya, serta RDTR Kawasan Kaki Jembatan Suramadu. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut: 2.4.1
Surabaya dalam RTRWN dan RTRWP Jawa Timur Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, Kota Surabaya yang merupakan bagian dari Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila ditetapkan sebagai kawasan yang berfungsi sebagai PKN di Propinsi Jawa Timur. Selain itu, Kota Surabaya merupakan kawasan andalan dari Propinsi Jawa Timur dengan sektor unggulan berupa pertanian, perikanan, industri dan pariwisata. Adapun hal-hal yang terkait dengan Kota Surabaya dalam RTRWP Jawa Timur adalah sebagai berikut: A. Rencana Struktur Ruang Adapun berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang RTRW Propinsi Jawa Timur 2011-2031, Kota Surabaya merupakan kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN di Propinsi Jawa Timur. Kemudian dilihat dari pembagian perwilayahan Propinsi Jawa Timur, Kota Surabaya termasuk dalam Wilayah Pengembangan (WP) Germakertosusilo Plus. WP Germakertosusila Plus tersebut meliputi: Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep, dengan pusat pelayanan di Kota Surabaya. Adapun pengembangan kegiatan di Kota Surabaya adalah sebagai pusat pelayanan, perdagangan dan jasa, industri, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi dan prasarana wisata. Untuk lebih jelasnya mengenai kedudukan Kota Surabaya dalam lingkup regional dapat dilihat pada Gambar 2.9. B. Rencana Transortasi Adapun rencana pengembangan sistem jaringan transportasi yang terdapat di Surabaya meliputi: 1. Rencana pengembangan jaringan jalan nasional jalan bebas hambatan ruas jalan antar kota Mojokerto-Surabaya dan ruas Surabaya-Suramadu-Tanjung Bulupandan 2. Rencana pengembangan jaringan jalan nasional jalan bebas hambatan ruas dalam kota Waru (Aloha)-Wonokromo-Tanjung Perak serta ruas Bandara Juanda-Tanjung Perak 3. Rencana pembangunan jalan arteri baru yang menggantikan fungsi jalan arteri SurabayaSidoarjo-Gempol-Pasuruan akibat adanya bencana lumpur lapindo. 4. Rencana pengembangan Jalan Strategis Nasional yang meliputi ruas Jalan Merr II-C 5. Rencana pengembangan Jalan Strategis Provinsi yang meliputi ruas Jalan Raya Menganti, 6. Rencana pengembangan Terminal tipe A yang meliputi Terminal Joyoboyo
BAB II
10
7. Rencana pengembangan jalur perkeretaapian ganda ditujukan pada jalur-jalur perkeretaapian sebagai berikut: Jalur Utara : Surabaya (Pasar Turi) – Lamongan – Babat – Bojonegoro – Cepu Jalur Tengah : Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng) – Surabaya (Wonokromo) – Jombang – Kertosono – Nganjuk – Madiun – Solo Jalur Timur : Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng) – Surabaya (Wonokromo)– Sidoarjo – Bangil – Pasuruan – Probolinggo – Jember – Banyuwangi Jalur Lingkar : Surabaya (Semut) – Surabaya (Gubeng) – Surabaya (Wonokromo) – Sidoarjo – Bangil – Lawang – Malang –Blitar – Tulungagung – Kediri – Kertosono – Surabaya 8. Rencana pengembangan pelabuhan pelayanan penyeberangan dengan pelayanan antar kabupaten/kota dalam provinsi yang meliputi Pelabuhan Ujung 9. Rencana pengembangan Pelabuhan utama Tanjung Perak di Kota Surabaya dalam satu sistem dengan rencana pengembangan pelabuhan di wilayah antara Teluk Lamong sampai Kabupaten Gresik, Pelabuhan Socah di Kabupaten Bangkalan, dan untuk jangka panjang diarahkan ke Pelabuhan Tanjung Bulupandan di Kabupaten Bangkalan
BAB II
11
Gambar 2.9 Kedudukan Kota Surabaya dalam Sistem Pusat Kegiatan WP Germakertosusila Plus Sumber : RTRW Propinsi Jawa Timur 2011-2031
BAB II
12
2.4.2
Surabaya dalam RTRW Kota Surabaya Hal-hal yang terkait dengan Kota Surabaya dalam RTRW Kota Surabaya adalah sebagai berikut: A. Rencana Struktur Kota Berdasarkan RTRW Kota Surabaya Tahun 2009-2029, Kota Surabaya terbagi atas 12 Unit Pengembangan (UP) dengan masing-masing fungsi kegiatan sebagai berikut : Tabel 2.6 Pembagian UP dan Fungsi Kegiatan Masing-masing UP Nama Unit Pengembangan
Wilayah (Kecamatan)
Fungsi Kegiatan
UP I Rungkut
Kecamatan Rungkut Kecamatan Gunung Anyar Kecamatan Tenggilis Mejoyo
permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa, lindung terhadap alam dan industri
UP II Kertajaya
Kecamatan Mulyorejo Kecamatan Sukolilo
permukiman, perdagangan, pendidikan, dan lindung terhadap alam
UP III Tambak Wedi
Kecamatan Bulak Kecamatan Kenjeran
permukiman, perdagangan jasa, rekreasi dan lindung terhadap alam
UP IV Dharmahusada
Kecamatan Tambak Sari Kecamatan Gubeng
permukiman, perdagangan, pendidikan dan kesehatan
UP V Tanjung Perak
Kecamatan Semampir, Kecamatan Pabean Cantikan Kecamatan Krembangan
pelabuhan, kawasan militer, kawasan industri strategis, perdagangan dan jasa, dan lindung terhadap bangunan dan lingkungan cagar budaya
UP VI Tunjungan
Kecamatan Simokerto, Kecamatan Bubutan, Kecamatan Genteng Kecamatan Tegalsari Kecamatan Sawahan Kecamatan Wonokromo;
permukiman, pemerintahan, perdagangan dan jasa
permukiman, perdagangan dan jasa, dan kawasan khusus (kawasan militer)
UP VIII Dukuh Pakis
Kecamatan Dukuh Pakis Kecamatan Sukomanunggal
permukiman, perdagangan dan jasa, industri, dan kawasan militer
UP IX Ahmad Yani
Kecamatan Jambangan Kecamatan Wonocolo Kecamatan Gayungan Kecamatan Wiyung Kecamatan Karang Pilang Kecamatan Lakarsantri
permukiman, perdagangan dan jasa dan pemerintahan
UP XI Tambak Oso Wilangon
Kecamatan Benowo Kecamatan Tandes Kecamatan Asemrowo
pelabuhan, permukiman, perdagangan dan jasa, industri, dan lindung terhadap alam
UP XII Sambikerep
Kecamatan Pakal Kecamatan Sambikerep
permukiman, perdagangan dan jasa dan lindung terhadap alam
UP VII Wonokromo
UP X Wiyung
dan
permukiman, pendidikan, industri dan konservasi (alam)
Sumber : RTRW Kota Surabaya 2009-2029
BAB II
13
Pusat Regional
Pusat Kota
Gambar 2.10 Rencana Struktur Ruang Kota Surabaya Sumber : RTRW Kota Surabaya 2009-2029
BAB II
14
B. Central Business District di Surabaya Kota Surabaya sebagai salah satu kota di Jawa Timur memiliki peran strategis pada skala nasional sebagai pusat pelayanan kegiatan Indonesia Timur, dan pada skala regional sebagai kota perdagangan dan jasa yang memiliki simpul transportasi (darat, udara dan laut) nasional dan internasional sehingga memberi peluang bagi Kota Surabaya untuk meningkatkan perannya sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Dalam kaitannya dengan kondisi tersebut, Kota Surabaya memiliki kawasan strategis yang dapat dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yaitu: 1. Kawasan Industri dan Pergudangan Ditinjau dari aksesbilitas karena letaknya berdekatan dengan pelabuhan Tanjung Perak dan Jalan Tol Sidoarjo - Surabaya – Gresik, Kawasan industri dan pergudangan Margomulyo merupakan kawasan strategis untuk dioptimalisasi dan dikembangkan dengan orientasi pada industry smart and clean dengan didukung oleh infrastruktur yang memadai. 2. Kawasan Segi Empat Emas Tunjungan dan sekitarnya Sebagai kawasan pusat perdagangan dan perkantoran, kawasan Segi Empat Emas Tunjungan memerlukan penanganan dan pengelolaan yang optimal untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya. 3. Kawasan Kaki Jembatan Wilayah Suramadu - Pantai Kenjeran Merupakan kawasan strategis ditinjau dari lokasinya yang berada di persimpangan kaki jembatan dan rencana jalan lingkar luar timur. Disamping itu, kawasan ini memiliki potensi sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala regional. Keberadaan Jembatan Suramadu memberikan peningkatan potensi dan peran Kota Surabaya, sebagai pusat kegiatan regional, tidak hanya dalam lingkup Kawasan Gerbangkertosusila (Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, kabupaten dan Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Lamongan), namun juga hingga kawasan kepulauan madura secara keseluruhan (Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep). 4. Kawasan Waterfront City yang terintegrasi dengan rencana pengembangan Pelabuhan Teluk Lamong Kawasan ini akan dikembangkan dengan konsep mixed use antara hunian dan komersial yang didukung oleh rancang kota yang baik yang terintegrasi dengan rencana pengembangan Pelabuhan Teluk Lamong. Kedepannya kawasan pelabuhan dan waterfront city dapat terintegrasi dalam konteks sebuah kesatuan kawasan strategis 5. Kawasan Terpadu Surabaya Barat Kawasan ini akan dikembangkan menjadi kawasan terpadu yang pusatnya akan dikembangkan di Stadion Bung Tomo sebagaikawasan pusat olahraga berskala nasional yang akan terintegrasi dengan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di sekitarnya.
BAB II
15
3
4 5
1
2
Keterangan: Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan Strategis Ekonomi
Gambar 2.11 Kawasan Srategis Ekonomi dan Kawasan Perdagangan dan Jasa Kota Surabaya Sumber: RPJM Kota Surabaya dan RTRW Revisi Kota Surabaya, 2012
Selain kawasan strategis ekonomi juga terdapat pusat-pusat kegiatan yang berorientasikan kegiatan perdagangan dan jasa, industri dan pergudangan, maupun fasilitas umum. Berikut penjelasan beberapa pusat kegiatan: 1. Pusat kegiatan yang berorientasikan kegiatan perdagangan dan jasa, diantaranya yaitu TP, JMP, BG Junction, Pasar Turi, PGS, Galaxy Mall, PTC, Ciputra World, SUTOS. 2. Pusat kegiatan yang berorientasikan kegiatan industry yaitu Kawasan Industri SIER. 3. Pusat kegiatan yang berorientasikan kegiatan pergudangan, diantaranya yaitu Pergudangan Margomulyo, Pergudagan Banyu Urip, dan Pergudangan Mastrip. 4. Pusat Kegiatan yang berorientasikan kegiatan fasilitas umum, diantaranya yaitu RS Dr.Soetomo, RS BDH, Kampus ITS, Kampus Unair, Kampus UNESA, dan Gelora Bung Tomo.
BAB II
16
Gambar 2.12 Pusat-pusat Kegiatan di Kota Surabaya
Sumber: RPJM Kota Surabaya dan RTRW Revisi Kota Surabaya, 2012
C. Rencana Transportasi Kota Surabaya selalu mengalami perkembangan dari waktu kewaktu, sejalan dengan dinamika masyarakatnya. Hal ini karena perkembangan ruang kota ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu masyarakat, kegiatan masyarakat dan pola pergerakan antar pusat kegiatan masyarakat satu dengan lainnya. Perkembangan penduduk di Kota Surabaya akan diiringi dengan perkembangan kebutuhan akan fasilitas dan sistem prasarana wilayah. Dalam naskah akademis RTRW Kota Surabaya Tahun 2009-2029, terdapat beberapa strategi pengembangan sistem prasarana wilayah kota yang meliputi pengembangan sistem jaringan transportasi yang terpadu. Strategi pengembangan sistem transportasi tersebut meliputi: 1) Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat Rencana sistem jaringan transportasi darat dikembangkan secara berhirarki dan terkoneksi antar moda meliputi jaringan jalan, terminal, angkutan, kereta api, angkutan sungai dan penyeberangan. a. Rencana Pengembangan sistem jaringan jalan, meliputi : a1. Rencana Struktur Jaringan Jalan Arahan struktur jaringan jalan berbentuk linier selatan-utara sehingga terkonsentrasinya pada koridor tengah kota, dan kurangnya akses timur-barat kota. Arahan pengembangan struktur jaringan jalan adalah sistem grid melalui : Membuka, meningkatkan, dan memecah akses selatan-utara sehingga tidak terkonsentrasi pada koridor tengah kota. Arahan pengembangan jalan akses selatanutara kota yaitu: a. Jalan lingkar timur tengah (Middle East Ring Road). b. Jalan ruas Gunung Anyar – Tambak wedi (jalan Lingkar Luar Timur/Outer East Ring Road) c. Jalan lingkar barat tengah (Middle West Ring Road). d. Jalan ruas Lakarsantri-Romokalisari (Jalan lingkar barat luar / Outer West Ring Road) e. Jalan tol Gempol (Sidoarjo) -Perak. BAB II
17
f. Jalan pendamping (frontage road) di Jl. A. Yani sebagai pemisah antara lalu lintas lokal dengan lalu lintas menerus atau jarak jauh. g. Jalan di koridor barat (Jl. Mastrip-Jl. Gunung Sari). h. Jalan di koridor timur (Jl. Jemursari-Jl. Menur-Jl. Kenjeran). Meningkatkan dan membuka akses timur-barat kota, yaitu: a. Jalan di bagian utara luar (ruas Jl. Tambak Oso Wilangun-Jl. Kenjeran). b. Jalan bebas hambatan Surabaya-Gresik. c. Jalan di bagian utara tengah (ruas Jl. Benowo-Jl. Kertajaya). d. Jalan di bagian tengah (Citra Land- Wonorejo). e. Jalan di bagian selatan tengah (Jl. Wiyung-Jl. Rungkut). f. Jalan tol Surabaya-Mojokerto. g. Jalan di bagian selatan luar (Jl. Taman-Pondok Candra-MERR). a2. Rencana Pengembangan jaringan jalan Kota Surabaya, meliputi : a. Jalan bebas hambatan; b. Jalan arteri primer; c. Jalan arteri sekunder; d. Jalan kolektor primer; e. Jalan kolektor sekunder; Tabel 2.7 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Kota Surabaya No. 1
Rencana Jaringan Jalan Fungsi
Keterangan
Rencana
Kolektor Primer
Jalan ruas Gunung Anyar – Tambak wedi (jalan Lingkar Luar Timur/Outer East Ring Road) Jalan lingkar timur tengah (Middle East Ring Road). Jalan ruas Lakarsantri-Romokalisari (Jalan lingkar barat luar / Outer West Ring Road). Jalan ruas Menanggal-Tanjung Perak Jl. Baru (koridor menanggal – Balas Klumprik) Jl. Ruas Waru Gunung – Kalianak (Jalan Lingkar Dalam Barat) Jl. Dr. Ir. Soekarno (Jalan Lingkar Dalam Timur) Jalan baru (lewat Jl. Jemur Gayungan 1) Jl. Baru (koridor Jl. Raya Darmo Permai II – Jl. Raya Satelit Indah) Jalan akses Stadion Gelora Bung Tomo dan LPA Benowo Jalan Baru (lewat kawasan Lontar) Jalan Baru (lewat Perum Pakuwon & Citraland) Jalan Baru (lewat jl.Bumiarjo) Jalan lingkar barat (Sidoarjo - Surabaya - Gresik)
Jalan Tol
Jalan tol Surabaya – Mojokerto
Jalan bebas hambatan
Jalan ruas Lakarsantri-Romokalisari (jalan Lingkar Luar Barat) Jalan ruas Gunung Anyar – Tambak wedi (jalan Lingkar Luar Timur) Jalan ruas Menanggal-Tanjung Perak
Arteri Primer
Arteri Sekunder
Sumber : RTRW Kota Surabaya Tahun 2009-2029
b. Rencana Pengembangan terminal secara berhirarki meliputi : 1) Terminal tipe A : Terminal Purabaya, Terminal Tambak Oso Wilangon; 2) Terminal tipe B : Terminal Benowo, Terminal di sekitar Made, Terminal di sekitar Tambak Wedi; 3) Terminal tipe C : Terminal Joyoboyo, Terminal Bratang, Terminal Keputih, Terminal Manukan, Terminal Dukuh Kupang, Terminal di sekitar Kendung, Terminal di sekitar Pesapen, Terminal di sekitar Gununganyar, Terminal di sekitar Mastrip, Terminal di sekitar Pagesangan dan Terminal di sekitar Kalianak. BAB II
18
c. Rencana pengembangan angkutan dan jalur sirkulasi kendaraan antar kota antar provinsi (AKAP) dan angkutan kota dalam provinsi (AKDP) Rencana pengembangan angkutan dan jalur sirkulasi kendaraan antar kota antar provinsi (AKAP) dan angkutan kota dalam provinsi (AKDP) dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku. Bus, terdiri dari Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP) dan Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP) yang menghubungkan antara lain; 1) Terminal Purabaya-Tol Waru Gempol-Jember 2) Terminal Purabaya-Tol Waru Gempol-Banyuwangi 3) Terminal Purabaya-Tol Waru Mojokerto-Madiun 4) Terminal Purabaya-Tol Waru Mojokerto-Kediri 5) Terminal Tambak Oso Wilangun-Lamongan-Tuban-Semarang 6) Terminal Tambak Oso Wilangun-Lamongan-Bojonegoro-Cepu d. Rencana pengembangan angkutan dan jalur sirkulasi kendaraan dalam kota melalui pengembangan angkutan massal kota dengan alternatif pengembangan Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rapid Transit (LRT) yang berbasis rel serta angkutan massal berbasis jalan lainnya Rencana pengembangan angkutan dan jalur sirkulasi kendaraan dalam kota melalui pengembangan angkutan massal kota dengan alternatif pengembangan Bus Rapid Transit (BRT), Light Rail Transit (LRT), mikrolet yang berfungsi sebagai pengumpan (feeder) terhadap angkutan massal, ataupun angkutan massal lainnya meliputi rute : 1) Jalan Tambak Oso Wilangon sampai dengan Jalan Kenjeran; 2) Jalan Benowo sampai dengan Jalan Kertajaya; 3) Jalan Lontar sampai dengan Jalan Wonorejo; 4) Jalan Wiyung sampai dengan Jalan Rungkut; 5) Jalan lingkar timur tengah (Middle East Ring Road); 6) Jalan lingkar timur luar (Outer East Ring Road); 7) Jalan lingkar barat tengah (Middle West Ring Road); 8) Jalan lingkar barat luar (Outer West Ring Road); 9) Jalan A. Yani sampai dengan Jalan Perak. e. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Kereta Api Transportasi perkeretaapian, dikembangkan secara terkoneksi antar moda meliputi dengan jaringan jalan, angkutan laut dan angkutan udara. Rencana pengembangan angkutan massal dalam kota dengan alternatif pengembangan yang berbasis rel yang didukung dengan angkutan yang berfungsi sebagai pengumpan, dilengkapi dengan penyediaan sarana pejalan kaki serta jalur untuk kendaraan tidak bermotor. Rencana pengembangan angkutan massal kota berbasis rel, dengan alternatif pengembangan Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rapid Transit (LRT), meliputi rute : a. Koridor utara – selatan kota; dan b. Koridor timur –barat. Pengembangan sistem jaringan kereta api meliputi : a. Mengembangkan jaringan double track pada jalur regional meliputi : 1) Surabaya – Sidoarjo – Bangil – Malang – Blitar – Kediri; 2) Surabaya – Mojokerto – Madiun – Surakarta - Yogyakarta – Bandung – Jakarta; 3) Surabaya – Krian – Mojokerto - Jombang – Kertosono – Kediri - Blitar; 4) Surabaya – Gresik – Lamongan – Bojonegoro – Semarang – Jakarta; 5) Surabaya – Sidoarjo – Pasuruan – Jember – Banyuwangi. BAB II
19
b.
c.
d.
e. f. g.
6) Surabaya - Waru - Bandara Juanda; Mengembangkan kereta komuter yang meliputi : 1) Jalur Wonokromo - Gubeng -Pasar Turi - Kandangan - Benowo, yang tersambung dengan jalur Waru - Sidoarjo - Bangil dan jalur ke Lamongan; dan 2) Jalur Wonokromo - Gubeng - Pasar Turi - Kandangan - Benowo, yang tersambung dengan jalur Krian - Mojokerto dan jalur ke Lamongan. Mengembangkan Light Rapid Transit (LRT) pada jalur Terminal Joyoboyo - Jalan Darmo – Jalan Urip Sumoharjo – Jalan Basuki Rachmad – Jalan Embong Malang – Jalan Bubutan – Jalan Tugu Pahlawan; Mengembangkan stasiun kereta api Gubeng, Semut, Pasar Turi, Wonokromo dan pemberhentian sementara (shelter) angkutan massal berbasis rel pada pusat – pusat pelayanan kota; Mengembangkan angkutan massal kota berbasis Rel. Memanfaatkan stasiun sebagai salah satu fasilitas penunjang pusat kegiatan ekonomi kota. Mengembangkan jaringan infrastruktur perkeretaapian secara di atas tanah (elevated) maupun di bawah tanah (underground) untuk menghindari terjadinya perlintasan sebidang dengan jaringan jalan
f. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Sungai dan Penyeberangan Pengembangan sistem angkutan sungai dan penyeberangan adalah : 1. mengembangkan angkutan sungai dalam kota sebagai angkutan umum dan angkutan pariwisata yang dilengkapi dengan dermaga pada pusat-pusat pelayanan di sungai Kali Mas dan Kali Wonokromo; 2. mengembangkan penyeberangan Ujung–Kamal yang berfungsi sebagai penunjang pariwisata bahari; 2)
Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut Pengembangan transportasi laut dilakukan dengan : a. memanfaatkan dan mengembangkan sarana Pelabuhan Tanjung Perak sebagai sarana transportasi laut yang melayani angkutan kapal penumpang dan barang dalam skala regional, nasional, maupun internasional; b. mengembangkan pelabuhan terminal peti kemas dan kargo berskala internasional beserta fasilitas penunjangnya termasuk kawasan strategis ekonomi di kawasan Teluk Lamong.
3)
Rencana Sistem Jaringan Transportasi Udara Pengembangan transportasi udara melalui : a. mendukung pengembangan transportasi udara dengan memanfaatkan Pelabuhan Udara Internasional Juanda untuk pelayanan angkutan penumpang dan barang baik nasional maupun internasional; b. menetapkan kawasan di sekitar Bandar Udara Juanda sebagai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan meliputi kawasan yang berada di wilayah UP I Rungkut, UP II Kertajaya, UP VII Wonokromo dan sebagian wilayah UP IV Darmahusada, UP VI Tunjungan dan UP X Wiyung; dan mengatur batas kawasan dan batas-batas ketinggian bangunan dan non bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf b, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB II
20
TANJUNG PERAK PORT
LAMONG PORT
SURAMADU BRIDGE
SURABAYA – GRESIK TOAL ROAD (EXISTING)
SURABAYA – GEMPOL TOL ROAD
OERR (OUTER EAST RING ROAD)
OWRR (OUTER WEST RING ROAD) MWRR (MIDLE WEST RING ROAD)
MERR (MIDLE EAST RING ROAD)
SURABAYA- MOJOKERTO TOL ROAD (EXISTING) WARU – JUANDA TOL ROAD (EXISTING) PURABAYA BUS STATION
JUANDA AIRPORT
Gambar 2.13 Rencana Jaringan Jalan Kota Surabaya Sumber : RTRW Kota Surabaya 2009-2029
BAB II
21
TANJUNG PERAK PORT
LAMONG PORT
JUANDA AIRPORT
PURABAYA REGIONAL BUS STATION
Gambar 2.14 Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Kota Surabaya Sumber : RTRW Kota Surabaya 2009-2029
BAB II
22
Pengembangan sistem angkutan massal cepat di kota Surabaya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas layanan angkutan umum dalam rangka mengatasi permasalahan transportasi yaitu kemacetan lalu lintas. Implementasi pengembangan sistem angkutan massal cepat di kota Surabaya akan dilaksanakan pada koridor Utara dan Selatan dengan moda Moda Tram dan Koridor Timur-Barat dengan Moda Monorail. Pengembangan sistim angkutan massal cepat di kota Surabaya akan diikuti dengan pengembangan sistem feeder dan pembangunan fasilitas park and ride. Rencana Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dalam koridor RPJM kota Surabaya 2011-2015.
Gambar 2.15 Contoh Penerapan Jalur Monorail dan Trem di Kota Surabaya Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, 2011
2.5
Kondisi Transportasi di Surabaya Surabaya memiliki luas wilayah administratif yang cukup besar, lebih kurang 32,6 Ha. Sebagai kota dagang dan jasa menjadikan aktifitas warganya sangat membutuhkan akses yang cepat, terutama transportasi. Namun, kebutuhan warga di Kota Surabaya demikian telah terpenuhi oleh sarana prasarana kota yang memadai. 2.5.1
Karakteristik Perjalanan Penduduk Kota Surabaya Adapun karakteristik perjalanan penduduk di Kota Surabaya dibedakan menjadi karakteristik perjalanan berdasrkan moda yang digunakan, berdasarkan maksud perjalanan, berdasarkan asal perjalanan dan berdasarkan tujuan perjalanan dengan penjelasan masing-masing sebagai berikut:
23 BAB II
23
A.
Karakteristik Perjalanan Berdasarkan Moda yang Digunakan Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Tahun 2012 dapat diketahui bahwa sebesar 50,95% masyarakat Surabaya melakukan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda motor.
Gambar 2.16 Karakteristik Perjalanan Berdasarkan Moda Yang Digunakan Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
B.
Karakteristik Perjalanan Berdasarkan Maksud Perjalanan Berdasarkan maksud perjalanannya, dapat diketahui bahwa sebesar 49,70% masyarakat Surabaya melakukan perjalanan untuk pulang. Selain itu, sekitar 24,52% melakukan perjalanan untuk berkerja.
Gambar 2.17 Karakteristik Perjalanan Berdasarkan Maksud Perjalanan Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
C.
Karakteristik Perjalanan Berdasarkan Asal Perjalanan Jika dilihat dari asal perjalanan, diketahui sebesar 49,81% masyarakat Kota Surabaya melakukan perjalanan dari rumah serta 12,39% melakukan perjalanan dari toko/pasar. Sedangkan sisanya melakukan perjalanan dari sekolah, industri, perkantoran dan lainnya.
Gambar 2.18 Karakteristik Perjalanan Berdasarkan Asal Perjalanan
24 BAB II
24
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
D.
Karakteristik Perjalanan Berdasarkan Tujuan Perjalanan Sebagian besar penduduk Kota Surabaya (sebesar 50,05%) melakukan perjalanan menuju rumah. Selain itu, sebesar 15,73% melakukan perjalanan menuju sekolah.
Gambar 2.19 Karakteristik Perjalanan Berdasarkan Asal Perjalanan Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
2.5.2
Moda Transportasi Umum di Kota Surabaya: Trayek dan Armada Salah satu moda transportasi umum yang terdapat di Kota Surabaya adalah bus kota, angkutan kota (angkot), angguna (angkutan serba guna) dan kereta api. Berikut merupakan penjelasan masingmasing moda transportasi umum di Surabaya : 2.5.2.1 Angkutan Umum (Lyn/Bemo) Angkutan kota maupun angguna merupakan transportasi publik yang paling banyak dijumpai karena paling ekonomis dan rute yang dilalui cukup banyak (58 rute) dengan jumlah armada sebanyak 4.798 armada pada Tahun 2011 serta bisa mencapai ke jalan-jalan yang kecil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.8 Rute MPU di Surabaya NO
KODE
RUTE
1 2 3 4 5
C D E F G
6 7 8 9 10 11 12 13 14
H2 H2P I K L2 N O O2 (WK) P
15 16 17
Q R R2
Pasar Loak - Sedayu - Karang Menjangan PP Joyoboyo - Pasar Turi - Sidorame PP Petojo - Tanjungsari - Balongsari PP Joyoboyo - Pegirian - Endrosono PP Joyoboyo - Karang Menjangan / Lakarsantri / Karang Pilang PP Pasar Wonokromo - Pagesangan PP Pasar Wonokromo - Terminal Menanggal PP Kupang - Benowo PP Ujung Baru - Kalimas Barat / Pasar Loak PP Ujung Baru - Sasak - Petojo PP Kalimas Barat - Menur - Bratang PP Tambak Wedi - Petojo - Keputih PP Tambak Oso Wilangun (Depan SPBU) - Petojo PP / Tambak Wedi - Keputih - Bratang PP Joyoboyo - Gebang Putih - Kenjeran / Petojo Ketintang / Joyoboyo - Karang Menjangan Kenjeran PP Kalimas Barat - Bratang PP Kalimas Barat - Kapasan - Kenjeran PP Jembatan Merah - Nambangan - Kenjeran PP
JUMLAH ARMADA 109 151 100 143 312 34 48 112 87 54 109 133 100 165 119 89
25 BAB II
25
NO
KODE
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
S T1 T2 U V W Y Z WK TV
RUTE
Joyoboyo - Bratang - Kenjeran PP Margorejo - Joyoboyo - Sawahan - Pasar Loak PP Joyoboyo - Mulyosari - Kenjeran PP Joyoboyo - Rungkut - Wonorejo / Joyobekti PP Joyoboyo - Tambakrejo PP Dukuh Kupang - Kapas Krampung - Kenjeran PP Joyoboyo - Demak PP Kalimas Barat - Benowo PP Joyoboyo - Dinoyo - Kayun - Kalimas Barat PP Joyoboyo - Citra Raya / Manukan Kulon / Banjar Sugihan 28 DP Kalimas Barat / Petekan - Manukan Kulon PP 29 Z1 Benowo - Ujung Baru PP 30 J Joyoboyo - Kalianak PP 31 BK Bangkingan - Karang Pilang PP 32 DA Kalimas Barat - Citra Raya 33 JTK Joyoboyo - Tambak Klanggri PP 34 JTK2 Joyoboyo - Medokan Ayu PP 35 R1 Kalimas Barat - Nambangan - Kenjeran PP 36 WLD Wonoarum - Pasar Loak - Dukuh Kupang PP 37 WLD2 Bulak Banteng - Dukuh Kupang PP 38 RT Rungkut - Pasar Turi PP 39 LMJ Lakarsantri - Manukan Kulon - Kalimas Barat PP 40 BM Bratang - Perumnas Menanggal PP 41 JBMN Joyoboyo - Gunung Anyar PP 42 LK Manukan Kulon - Pasar Loak - Kenjeran PP 43 GL Pasar Loak - Gadung PP 44 JK Joyoboyo - Kalijudan - Kenjeran PP 45 IM Benowo - Simokerto 46 WB Wonosari - Bratang PP 47 DKM Dukuh Kupang - Menanggal PP 48 DKB Dukuh Kupang - Benowo PP 49 BJ Benowo - Kalimas Barat PP 50 RDK Dukuh Kupang - Benowo PP 51 UBB Ujung Baru - Bratang PP 52 UBK Ujung Baru - Kenjeran PP 53 JMK Kenjeran - Kalimas Barat PP 54 KIP1 Kutisari Indah - Petojo PP (Lewat Tengah) PP 55 KIP2 Kutisari Indah - Petojo PP (Lewat Timur) PP 56 GS Gunung Anyar - Sidorame PP 57 RBK Rungkut Barata - Kenjeran PP 58 TWM Balongsari - Pangkalan Karah PP JUMLAH Sumber : http://www.surabaya.go.id 2012
JUMLAH ARMADA 4 90 28 82 124 114 119 133 100 150 91 123 85 15 105 34 103 38 99 6 81 111 41 46 90 51 34 51 71 41 7 157 62 32 50 58 23 26 57 44 28 4798
2.5.2.2 Bus Kota Sedangkan bus kota (patas dan ekonomi) yang melayani transportasi publik kota surabaya memiliki 20 rute pada jalan-jalan utama.
KODE C E E1 F L P1
Tabel 2.9 Rute Bus Kota di Surabaya RUTE Purabaya - Darmo - Indrapura - Demak Purabaya - Damo - Tambak Oso Wilangun Purabaya - Joyoboyo Purabaya - Kupang - Raden Saleh - Indrapura - Tambak Oso Wilangun Ujung Baru - Rajawali - Tambak Oso Wilangun Purabaya - Darmo - Indrapura - Perak / Patas
26 BAB II
26
KODE RUTE P2 Purabaya - Darmo - Indrapura - Tambak Oso Wilangun / Patas P3 Sidoarjo - Dupak - Rajawali - Semut Patas P4 Purabaya - Dupak - Perak / Patas P6 Purabaya - Tambak Oso Wilangun / Patas P7 Purabaya - Dupak - Tambak Oso Wilangun / Patas P8 Purabaya - Dupak - Tambak Oso Wilangun / Patas KAMAL Kamal - Bangkalan - Burneh CAD Cadangan JND Juanda – Bungurasih / Mini AC PAC 1 Purabaya - Darmo - Indrapura - Perak / Patas AC PAC 2 Purabaya - Darmo - Indrapura - Tambak Oso Wilangun / Patas AC PAC 4 Purabaya - Dupak - Perak / Patas AC PAC 8 Purabaya - Dupak - Tambak Oso Wilangun / Patas AC Sumber : http://www.surabaya.go.id 2012
2.5.2.3 Kereta Api Transportasi Kota Surabaya juga dihubungkan oleh kereta api dan komuter Surabaya – Sidoarjo. Jaringan jalan kereta api di wilayah Surabaya yang dikelola Daerah Operasi VIII merupakan pusat dari jaringan kereta api wilayah Timur Jawa. Dari stasiun-stasiun di Surabaya menyebar jaringan jalan kereta api ke seluruh wilayah Jawa Timur, jaringan Surabaya – Jakarta lewat Pantura dan Selatan; dan jaringan Surabaya – Bandung. Selain itu juga merupakan bagian jaringan angkutan barang menggunakan kereta api Banyuwangi – Surabaya – Jakarta – Cilegon. Prasarana jalan rel di Kota Surabaya dilayani oleh rel tunggal (single track) dan rel ganda (double track). Secara keseluruhan, jaringan kereta api yang menyebar dari Kota Surabaya antara lain adalah: Jaringan Surabaya – Banyuwangi Jaringan Surabaya – Malang – Blitar – Kediri Jaringan Surabaya – Kertosono – Kediri Jaringan Surabaya – Jakarta lewat Pantura Jaringan Surabaya – Jakarta lewat selatan Jaringan Surabaya – Bandung Jaringan jalur KA Jakarta (Lintas Jawa Utara) – Benowo – Pasar Turi (jalur tunggal) Jaringan jalur KA Jakarta/Bandung (Lintas Jawa Selatan) – Pagesangan – Wonokromo (jalur tunggal) Jaringan jalur KA Malang (Selatan – Selatan) dan Banyuwangi (Selatan – Timur) – Kertomenanggal – Wonokromo (jalur tunggal) Jaringan jalur KA Wonokromo – Gubeng (jalur ganda) Jaringan jalur KA Gubeng – Kota/Semut (jalur tunggal) Jaringan jalur KA Gubeng – Sidotopo – Benteng (jalur tunggal) Jaringan jalur KA Sidotopo – Prapat Kurung (jalur tunggal) Jaringan jalur KA Pasar Turi – Prapat Kurung (jalur tunggal) Jaringan jalur KA Sidotopo – Kota/Semut (jalur tunggal) Jaringan jalur KA Sidotopo – PAsar Turi (jalur tunggal) 2.5.3
Fasilitas Transportasi di Kota Surabaya Sedangkan fasilitas transportasi yang terdapat di Kota Surabaya antara lain terminal, stasiun, pelabuhan, bandara, jalur sepeda dan jalur pejalan kaki. 2.5.3.1 Terminal Terminal-terminal representatif yang mendukung trayek Bus Kota dan Lyn di Kota Surabaya antara lain adalah : TERMINAL TIPE A 27 BAB II
27
Terminal Purabaya Meskipun lokasi Terminal Purabaya berada di Bungurasih Kabupaten Sidoarjo, namun pengelolaannya oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Dalam skala kota Surabaya, letak terminal Purabaya berada di sisi Selatan kota Surabaya. Terminal Purabaya merupakan terminal tipe A dengan luas lahan 120.000 m2, melayani angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), dan Angkutan Kota. Jaringan trayek angkutan kota yang dilayani Terminal Purabaya adalah bus kota. Terminal Tambak Oso Wilangun Lokasi terminal ini terletak di sebelah Barat Laut Surabaya, berada dekat dengan perbatasan Kabupaten Gresik. Terminal Tambak Oso Wilangun merupakan terminal tipe A, dengan luas lahan 50.000 m2. Jaringan trayek angkutan kota yang dilayani Terminal Tambak Oso Wilangun antara lain adalah Bus AKAP (Antar Kota Antar Propinsi), Bus AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi), Bus Kota, MPU antar Kota, MPU dalam Kota, serta MPU tidak dalam trayek. Data masing-masing trayek tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 2.10 Trayek Bus AKAP di Terminal Tambak Oso Wilangun Tahun 2013
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012 Tabel 2.11 Trayek Bus Kota di Terminal Tambak Oso Wilangun Tahun 2013
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
28 BAB II
28
Tabel 2.12 Trayek Bus AKDP di Terminal Tambak Oso Wilangun Tahun 2013
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
Tabel 2.13 Trayek MPU Antar Kota di Terminal Tambak Oso Wilangun Tahun 2013
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
Tabel 2.14 Trayek MPU Dalam Kota di Terminal Tambak Oso Wilangun Tahun 2013
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012 Tabel 2.15 MPU Tidak Dalam Trayek di Terminal Tambak Oso Wilangun Tahun 2013
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
29 BAB II
29
Adapun data mengenai jumlah bus dan penumpang bus AKDP di Terminal Tambak Oso Wilangun pada Tahun 2012 dapat dilihat pada penjelasan berikut :
45000
40634
40000
38608
35000 30000 25000 20000 15000 10000
Jumlah Bus Datang
15993
Jumlah Bus Berangkat
15110 11024 9840
2787 2742 2039 2076
5000 0
BROND - TUBAN - BJN - BBT BJN - SBY MLG PCR - SBY BBT - SBY - SBY PP. - MLG SBY - BJN PP. PP.
Gambar 2.20 Grafik Jumlah Bus AKDP di Terminal Tambak Osowilangun Tahun 2012 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012 600000 509605 500000 400000
396047
300000 200000 100000 0
Jumlah Penumpang Datang 159997 136534 108441 123422
Jumlah Penumpang Berangkat 49747 46818 44275 40988
BROND - TUBAN - BJN - BBT BJN - SBY MLG PCR - SBY BBT - SBY - SBY PP. - MLG SBY - BJN PP. PP.
Gambar 2.21 Grafik Jumlah Penumpang Bus AKDP di Terminal Tambak Osowilangun Tahun 2012 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
TERMINAL TIPE B Terminal Joyoboyo Lokasi terminal ini terletak di sebelah selatan. Terminal Joyoboyo merupakan terminal tipe B dengan luas lahan 11.134 m2 , dimana melayani angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), dan angkutan kota. Jaringan trayek angkutan kota yang dilayani Terminal Joyoboyo ini yakni bus kota, dan angkutan kota (lyn). TERMINAL TIPE C Terminal Bratang Lokasi terminal ini terletak di sebelah timur. Terminal Bratang merupakan terminal tipe C dengan luas lahan 2.760 m2, melayani angkutan kota saja. Jaringan trayek angkutan kota yang dilayani Terminal Bratang ini yakni bus kota dan angkutan kota (lyn). 30 BAB II
30
Terminal Bratang menjadi pusat kontrol penerapan Itellegent Transport System (ITS) dan Electronic Parking System, dimana terdapat ruang kontrol dapat memantau lalu lintas di titik persimpangan jalan yang diterapkan ITS melalui CCTV Terminal Menanggal Lokasi terminal ini terletak di Jl. Dukuh Menanggal, Kel. Menaggal, Kec. Gayungan. Terminal ini merupakan terminal tipe C dan hanya melayani trayek angkutan kota (lyn). Terminal Menanggal ini memiliki luas lahan sebesar 2.072 m2 dengan jumlah trayek sebanyak 3 trayek. Terminal Lidah Kulon Terminal Lidah Kulon berada di jalan Wisma Lidah Kulon, tepatnya di Perumahan Non Dinas TNI Wisma Lidah Kulon RW 4. Terminal dengan luas 1200 m2 tersebut dilalui lyn G dengan rute terminal joyoboyo, lakarsantri, lidah kulon dan lyn BK dengan rute bangkingan, taman, sepanjang. Terminal Dukuh Kupang Terminal Dukuh Kupang terletak di Jl. Dukuh Kupang 21, Kel. Pakis, Kec. Sawahan. Terminal ini memiliki luas lahan sebesar 2.974 m2. Terminal Dukuh Kupang hanya melayani angkutan kota berupa lyn dengan jumlah trayek sebanyak 6 trayek. Terminal Manukan Lokasi Terminal Manukan berada di Jl. Manukan Tama. Kelurahan Lontar, Kecamatan Sambikerep. Terminal Manukan merupakan terminal tipe C dengan luas lahan 4.485 m2 yang melayani angkutan kota saja. Adapun jumlah trayek angkutan kota (lyn) di Terminal Manukan berjumlah 5 trayek. Terminal Keputih Terminal Keputih terletak merupakan terminal tipe C dengan luas lahan sebesar 1.920 m2. Terminal Keputih hanya melayani angkutan kota berupa lyn dengan jumlah trayek sebanyak 4 trayek. Terminal Balongsari Terminal Balongsari terletak pada Jl. Balongsari Tama, Kel. Balongsari, Kec. Tandes. Terminal ini merupakan terminal tipe C dengan luas lahan sebesar 1.578 m2 dan hanya melayani angkutan kota (lyn). Jumlah trayek angkutan kota di Terminal Balongsari sebanyak 2 trayek.
Terminal Kenjeran Lokasi terminal ini berada pada Jl. Abdul Latif Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak. Terminal Kenjeran merupakan terminal tipe C dengan luas lahan 3.000 m2 yang melayani angkutan kota saja. Adapun jumlah trayek angkutan kota (lyn) di Terminal Kenjeran berjumlah 9 trayek. Terminal Kalimas Barat Terminal Kalimas Barat terletak di Jl. Raya Petekan, Kel. Perak Timur, Kec. Pabean Cantikan dan berfungsi sebagai Terminal tipe C yang hanya melayani angkutan kota (lyn). Terminal Kalimas Barat ini memiliki luas lahan sebesar 1.845 m2. Adapun jumlah trayek angkutan kota (lyn) pada terminal ini sebanyak 11 trayek. Terminal Benowo Lokasi terminal ini terletak di Jl. Benowo, Kel. Benowo, Kec. Pakal. Terminal Benowo merupakan terminal tipe C dengan luas lahan 2.886 m2, melayani angkutan kota saja. Jaringan trayek angkutan kota yang dilayani Terminal Benowo ini yakni angkutan kota (lyn). Adapun jumlah trayek angkutan kota (lyn) pada Terminal Benowo sebanyak 5 trayek. Terminal Kedung Cowek 31 BAB II
31
Terminal Kedungcowek adalah terminal type C milik Pemerintah Kota Surabaya yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Terminal ini merupakan terminal pengganti terminal Kenjeran yang telah berhenti beroperasi sejak Januari 2011. Lokasi terminal ini terletak di sisi barat Jembatan Suramadu. Terminal Kedung Cowek merupakan terminal tipe C dengan luas lahan 7.000 m2, melayani angkutan kota saja. Jaringan trayek angkutan kota yang dilayani Terminal Kedung Cowek ini yakni angkutan kota (lyn). Adapun jumlah trayek angkutan kota (lyn) pada Terminal Kedung Cowek sebanyak 3 trayek.
PANGKALAN Selain terminal dan sub terminal, terdapat fasilitas transportasi kota yang klasifikasinya lebih kecil yaitu pangkalan angkutan kota (lyn) yang pada umumnya dikelola oleh ”Paguyuban” angkutan kota seperti Pangkalan Wonokromo dan Pangkalan Petojo. Lokasi pangkalan angkot ini biasanya merupakan simpul akhir trayek angkot dari terminal. Secara umum, lokasi sebaran Terminal dan Pangkalan Angkot di Kota Surabaya dapat dilihat pada Gambar 2.22
Gambar 2.22 Lokasi Sebaran Terminal dan Pangkalan Angkot Kota Surabaya Sumber : RTRW Kota Surabaya 2009-2029
32 BAB II
32
Adapun keterangan jumlah trayek dan jumlah armada pada masing-masing terminal di Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 2.16 Jumlah Trayek dan Armada pada Masing-masing Terminal Tipe Terminal Tipe A
Tipe B
No
Nama Terminal
1
Terminal Purabaya
2 1 1 2 3 4 5
Tipe C
6 7 8 9 10 11
Pangkalan
1 2
Terminal Tambak Oso Wilangun Armada Terminal Joyoboyo Armada Terminal Menanggal Armada Terminal Lidah Kulon Armada Terminal Bratang Armada Terminal Dukuh Kupang Armada Terminal Manukan Armada Terminal Keputih Armada Terminal Balongsari Armada Terminal Kenjeran Armada Terminal Kalimas Barat Armada Terminal Benowo Armada Terminal Kedung Cowek Pangkalan Wonokromo
LYN
LYN
LYN
LYN
LYN
LYN
LYN
O2
RDK
100 F 143 H2P 48 G 312 D 151
62 T2 82 BM 41 BK 15 N 109
U 124 H2 34 TWM 28 Q 119
V 114
S 90
UBB 32
I
W
WLD
DKM
TV
112 DP 91 KIP2 26 E 100 RBK 44
119 LK 90 O 133
99
41
150
R 89
R2 4
P 165
UBK 50
JK 34
JMK 58
C
K
L2
T1
DA
LMJ
GL
109 DKB 7
87 IM 51
54 Z1 123
28 Z 129
105 BJ 157
111
51
LYN
LYN
Jumlah LYN
Jumlah Armada
2 162 Y 133
J 85
JTK 34
JTK2 103
8 818 3 123 3 355
WB 71 WLD 2 6
RT 81
GS 57
JBMN 46
9 756 6 527 2 181
WK 100
KIP 23
4 282 1 100 R1 38
8 482 7 545 5 467 -
Pangkalan Petojo Jumlah
58
4.798
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
2.5.3.2 Stasiun Kereta Api Di wilayah kota Surabaya terdapat 7 stasiun kereta api yaitu : a. Pasar Turi b. Tandes c. Kandangan d. Benowo e. Surabaya Kota/Semut f. Gubeng g. Wonokromo. Untuk mendukung pengoperasian kereta api komuter yang melayani Surabaya – Sidoarjo, maka di wilayah Kota Surabaya telah dibangun 4 buah shelter antara lain : 1) Ngagel, 2) Margosari, 3) Jemursari, dan 4) Menanggal. 2.5.3.3 Pelabuhan Kota Surabaya memiliki Pelabuhan Tanjung Perak yang merupakan pelabuhan terbesar kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priuk di Jakarta. Pelabuhan ini memiliki fasilitas sebagai pelabuhan 33 BAB II
33
niaga dan non niaga yang melayani lalu lintas pelayaran antar pulau dan antar Negara serta merupakan pusat jalur distribusi angkutan laut untuk kawasan Indonesia bagian Timur. Pelabuhan ini dikelola oleh BUMN yaitu PT.Pelindo III. Di sisi Timur Pelabuhan Tanjung Perak terdapat Dermaga Ujung yang melayani penyebarangan dari dan ke Pulau Madura. Berikut merupakan perkembangan jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan Tanjung Perak : 14000
12530 12117
12043
12000 11200
10915
10628
Jumlah Kunjungan Kapal
10424
10000
8000 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Gambar 2.23 Grafik Jumlah Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Tahun 2000-2006 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
Sedangkan data jumlah penumpang yang naik maupun turun pada Pelabuhan Tanjung Perak dapat dilihat pada grafik berikut:
1200000
1187094 11458761172241 1077461 1149608 940013
1000000 800000
Penumpang Naik 564150
600000
506309 475477 465408 519921 481552 432757 399550
400000 200000
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Penumpang Turun
2006
Gambar 2.24 Grafik Jumlah Penumpang Naik dan Turun di Pelabuhan Tanjung Perak Tahun 2000-2006 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
Berdasarkan kedua grafik diatas diketahui bahwa jumlah kunjungan kapal pada Pelabuhan Tanjung Perak pada Tahun 2000-2006 cukup fluktuatif yang dimana kunjungan tertinggi terjadi pada Tahun 2005 sebesar 12.530 kapal. Sedangkan untuk jumlah kunjungan penumpang relatif mengalami penurunan dari tahun ke tahun sejak Tahun 2000-2006.
34 BAB II
34
2.5.3.4 Bandara Bandara Internasional Juanda merupakan satu-satunya Bandara yang ada di Kota Surabaya. Bandara Juanda merupakan bandara pusat penyebaran primer, memiliki satu landasan pacu berukuran 60x3000 m dan mampu melayani pesawat berbadan lebar Boeing maupun Airbus. Bandara ini dilengkapi dengan satu buah terminal penumpang yang terbagi dalam terminal domestik, internasional dan eksekutif serta terminal kargo. Selain itu, Bandara Juanda juga dilengkapi dengan jalan tol akses Bandara. 2.5.4
Isue Strategis Transportasi di Surabaya Sebagai Kota Metropolitan yang berkembang dengan pesat muncul beberapa isu strategis terkait perkembangan transportasi di Surabaya, diantaranya yaitu:
1. Pesatnya Pertumbuhan Kendaraan Pribadi Secara garis besar, meningkatnya permintaan jasa pelayanan transportasi di Kota Surabaya tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana transportasi yang memperhatikan segi kenyamanan, keamanan, dan kecepatan mobilitas penduduk. Oleh karena itulah, penduduk di Kota Surabaya cenderung untuk memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum. Berikut akan ditampilkan mengenai pertumbuhan kendaraan pribadi di Kota Surabaya Tahun 2008-2011:
5.726.514
6.000.000 4.465.144 3.007.739
4.000.000
Mobil 2.000.000
1.028.686
Sepeda Motor
244.435 526.837 823.849
974.266
0 2008
2009
2010
2011
Gambar 2.25 Grafik Pertumbuhan Kendaraan Pribadi Kota Surabaya 2008-2011 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
Berdasarkan grafik pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi diatas, dapat diketahui bahwa dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kota Surabaya maka akan diiringi pula oleh pertumbuhan kendaraan. Dalam kurun waktu 2008-2011, jumlah kendaraan pribadi berupa motor meningkat dari 1.028.686 unit menjadi 5.726.514 unit, sedangkan jumlah kendaraan pribadi berupa mobil meningkat dari 244.435 unit menjadi 974.266 unit. Dalam perkembangannya, pertumbuhan volume penggunaan kendaraan pribadi yang menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan ini diatasi dengan penambahan jaringan dan kapasitas jalan. Ini merupakan solusi prakmatis ketika solusi angkutan massal cepat belum dapat diupayakan. Gambar 2.22 berikut ini menggambarkan trend pertumbuhan panjang jalan di Surabaya mulai tahun 2008-2011.
35 BAB II
35
1430 1426,15
1426,64
1421,52
1420
1410
1400
Panjang Jalan di Surabaya 1400
1390 2008
2009
2010
2011
Gambar 2.26 Grafik Pertumbuhan Panjang Jalan Kota Surabaya 2008-2011 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
2. Kondisi Layanan Angkutan Umum dan Prasarana Transportasi Faktor kenyamanan, keamanan, dan kecepatan yang tidak didapatkan ketika melakukan perjalanan dengan angkutan umum menyebabkan keengganan penduduk untuk memanfaatkan layanan angkutan umum yang tersedia seperti mikrolet (lyn) dan bis kota. Selain itu permasalahan mengenai layanan angkutan umum yang tidak sesuai dengan jadwal dan adanya terminal bayangan menyebabkan ketidakefisienan perjalanan penumpang. Di sisi lain, ketidaktertiban sopir dalam berkendara dengan cara menaik-turunkan penumpang tidak pada halte yang semestinya sering kali menyebabkan kemacetan atau bahkan kecelakaan lalu lintas. Dari segi prasarana transportasi juga terdapat beberapa hal yang menimbulkan ketidaefektifan perjalanan penumpang diantaranya yaitu ketidaktersediaan media informasi seperti papan elektronik yang menginformasikan mengenai rute angkutan umum dan jadwal kedatangan-keberangkatan angkutan. Kemudian tidak tersedianya loket-loket pembelian tiket angkutan yang representative menyebabkan penumpang melakukan pembayaran on-board sehingga menimbulkan permasalahan lain seperti perubahan tariff angkutan yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Di sisi lain, faktor kebersihan terminal dan stasiun juga merupakan permasalahan utama yang menyebabkan keengganan masyarakat untuk memanfaatkan prasarana transportasi.
36 BAB II
36
Gambar 2.27 Kondisi Layanan Angkutan Umum di Kota Surabaya Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
3. Tidak Adanya Sistem Integrasi Pelayanan Angkutan Umum Permasalahan lain dari sistem transportasi di Kota Surabaya yaitu belum terintregasinya pelayanan antar moda angkutan yang ada dengan prasarana transportasi seperti terminal, pelabuhan, bandara dan stasiun. Kemudian, cakupan layanan rute angkutan umum jangkauannya belum merata sehingga masih terdapat area yang belum terlayani (blank spot area). Hal ini tentu saja sangat disayangkan mengingat Kota Surabaya memiliki peran strategis pada skala nasional maupun skala regional dimana Kota Surabaya memiliki kawasan strategis maupun pusat-pusat kegiatan . Pusat-pusat kegiatan tersebut memberikan pengaruh bangkitan dan tarikan terhadap kawasan disekitarnya. Sebaran aktivitas bangkitan dan tarikan akibat pusat-pusat kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.30.
37 BAB II
37
Gambar 2.28 Sebaran Aktivitas Bangkitan dan Tarikan berdasarkan Pusat-pusat Kegiatan Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
Gambar 2.29 Pola Pergerakan Orang Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
Namun demikian kebutuhan mobilitas penduduk belum terlayani oleh beberapa trayek angkutan umum yang tidak saling terintegrasi. Dan di sisi lain, keberadaan beberapa stasiun angkutan umum pun juga berdiri sendiri-sendiri tanpa adanya fungsi integrasi. Tidak adanya sistem integrasi ini menimbulkan ketidakefisienan perjalanan penumpang sehingga penumpang lebih memilih untuk berpergian dengan kendaraan pribadi. Berikut ini beberapa stasiun utama di Surabaya yang tidak memiliki fungsi integrasi yaitu Terminal Purabaya, Terminal Tambak Oso Wilangun, Stasiun Gubeng, Stasiun Pasar Turi, Pelabuhan Tanjung Perak, dan Bandara Udara Juanda. Surabaya belum memiliki 38 BAB II
38
central station dimana semua moda terhubung pada satu titik yang memungkinkan kemudahan perpindahan antar moda. 4. Kemacetan Lalu Lintas pada Peak Hour Apabila ditarik suatu benang merah, fenomena kemacetan di Surabaya tidak lepas dari beberapa issue stragegis yang telah disebutkan sebelumnya. Adanya ketidakseimbangan antara penyediaan (supply) dengan permintaan (demand) trasnportasi mengakibatkan kapasitas jalan yang tidak mampu menampung volume kendaraan pribadi. Kemudian, di sisi lain kinerja angkutan umum perkotaan yang tidak efektif menyebabkan waktu tempuh penumpang dari dan menuju tempat tujuan menjadi lebih panjang dan jika bertumpuk pada peak hour akan menyebabkan kemacetan. Berikut ini beberapa titik lokasi kemacetan di Kota Surabaya dapat dilihat pada Gambar 2.24.
Gambar 2.30 Titik Lokasi Kemacetan di Kota Surabaya Sumber : Dinas PU Bina Marga Kota Surabaya 2012
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemacetan tersebut adalah dengan mengembangkan angkutan umum massal di Kota Surabaya. Angkutan umum massal ini diharapkan mempunyai tingkat layanan yang lebih baik dari pelayanan angkutan umum sekarang sehingga diharapkan pengguna kendaraan pribadi akan berpindah menggunakan angkutan umum dan akan menjadi pilihan atau alternatif masyarakat untuk melakukan perjalanan. Solusi yang dapat dikembangkan untuk mengatasi sistem transportasi di Kota Surabaya adalah dengan menerapkan sistem transportasi berkelanjutan yang memiliki kapasitas besar (massal), terintegrasi dengan moda angkutan lain serta yang didukung oleh manajemen trasnportasi yang baik. Adapun yang sebaiknya dikembangkan adalah sistem transportasi berkelanjutan yang berbasis pada penggunaan angkutan umum dibandingkan dengan sistem yang berbasis pada penggunaan kendaraan pribadi. Sistem transportasi berkelanjutan merupakan tatanan baru sistem transportasi di era globalisasi saat ini. Manfaat terbesar penerapan sistem transportasi berkelanjutan berbasis pada penggunaan angkutan umum di Kota Surabaya antara lain adalah akan sangat membantu mengurangi kemacetan jalan, polusi udara, mengurangi biaya operasional kendaraan serta konsumsi minyak dan energi. 39 BAB II
39
2.5.5
Upaya Pendukung Penyelangaraan Transportasi Kota Solusi utama permasalahan transportasi yang diharapkan dapat diupayakan dalam waktu dekat ini adalah pembangunan Angkutan Massal Cepat (AMC). Sedangkan beberapa upaya pendukung yang telah dilaksanakan dalam upaya menciptakan penyelenggaraan transportasi yang bebas macet dan sustainable adalah sebagai berikut.
2.5.5.1 Intellegence Transportation System (ITS) DAN CCTV ITS dan CCTV Mmerupakan salah satu cara mengatasi kemacetan terutama di persimpangan (junction) dan juga merupakan alat pemantau keamanan kawasan. Direncanakan dikendalikan pada 4 lokasi CC ROOM yaitu terminal joyoboyo untuk Surabaya Barat dan Selatan, lokasi park and ride dibelakang polsek Tegalsari untuk Surabaya pusat, Terminal Bratang untuk Surabaya Timur, Terminal Tambak Wedi untuk Surabaya Utara dan 1 pusat CC ROOM di kantor Dishub Surabaya Menanggal. ITS dan CCTV ini perlu dikoneksikan dengan instansi terkait antara lain : Kepolisian, Satpol PP.
Gambar 2.31 Lokasi Pengendalian ITS dan CCTV di Kota Surabaya Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
40 BAB II
40
Berikut ini beberapa titik lokasi pemasangan ITS dan CCTV di Kota Surabaya : Tabel 2.17 Lokasi Pemasangan ITS dan CCTV di Kota Surabaya Tahun 2011
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012 Tabel 2.18 Lokasi Pemasangan ITS dan CCTV di Kota Surabaya Tahun 2012
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012 Tabel 2.19 Lokasi Pemasangan ITS dan CCTV di Kota Surabaya Tahun 2013
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
2.5.5.2 Pembangunan Jalur Sepeda Pemerintah Kota Surabaya saat ini tengah mengembangkan jalur sepeda pada beberapa titik jalan utama Kota. Berikut merupakan pengembangan jalur sepeda di Kota Surabaya :
41 BAB II
41
Gambar 2.32 Pengembangan Jalur Sepeda di Kota Surabaya Tahun 2012 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
2.5.5.3 Pembangunan Jalur Pejalan Kaki Jalur pejalan kaki juga telah dikembangkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Sampai Tahun 2013, telah dibangun jalur pedestrian pada 42 lokasi sepanjang 52,82 km pada ruas-ruas jalan berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Basuki rahmat (2006) Urip Sumoharjo (2006, 2008, 2009) Pang. Sudirman (2006-2010) Gub. Suryo (2007) Tunjungan (2007) Darmo (2008-2010) Porf.dr.Moestopo (2008) Yos sudarso (2008,2012) Pemuda (2008-2010) Emb. Malang (2008) Blauran (2008) Praban (2008,2010) Ray Gubeng (2009-2010) Rajawali (2009-2010) Dharmawangsa (2009) Wijayakusuma (2010) Taman Mundu (2010) Banyu urip (box culvert) (2010) Pahlawan (2010) Veteran (2010-2011) Genteng kali (2010)
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Keputran (2011-2012) Sulawesi (2011,2013) Gub. Kertajaya (2011) Taman Surya (2011) KBS (2011) Genteng (2012) Kebun Rojo (2012) Tembaan (2012,2013) Terminal Bratang (2012) Pacar (2012) Sedap Malam (2012) Taman Jayengrono (2013) Kapas Krampung (2013) Walikota Mustajab (2013) Adityawaran-Mayjen S. (2013)E A.Yani (2010) RS Dr Soetomo (2007,2010) Gemblongan (2010-2011) Stadion Tambaksari (2013) TMP Kusuma Bangsa (2013) Hotel Internatio (2013)
42 BAB II
42
Pembangunan pedestrian tersebut dilakukan sekaligus dengan menambah kapasitas saluran. Dan pada Tahun 2014 akan direncanakan pembangunan pedestrian yang dilengkapi dengan fasilitas dan utilitas di koridor Jl. Ngagel Jaya Selatan, Jl. Dharmahusada, Jl. Bubutan, Jl. Kedungdoro (sisi Barat), Jl. Mayjen sungkono (lanjutan) serta Jl. Diponegoro.
Gambar 2.33 Beberapa Jalur Pejalan Kaki di Kota Surabaya Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2012
BAB II
43
BAB III RENCANA PENGEMBANGAN ANGKUTAN MASAL CEPAT KORIDOR UTARA - SELATAN DENGAN MODA TRAM
3.1. KEADAAN ANGKUTAN UMUM DAN KEBUTUHAN ANGKUTAN MASAL CEPAT 3.1.1. Kondisi Eksisting Angkutan Umum di Surabaya Angkutan umum di kota Surabaya yang mempunyai trayek rute tertentu adalah bus kota dan mikrolet. Bus kota secara umum melayani rute Utara-Selatan, dan mikrolet rutenya menyebar dari 3 pusat (Joyoboyo, Jembatan Merah dan Bratang). Sedangkan angkutan umum yang tidak bertrayek terdiri dari taxi, taxi bandara dan angguna. Angkutan yang menghubungkan Surabaya dengan metropolitan area Gerbangkertosusila adalah kereta api commuter jurusan Sidoarjo, Mojokerto dan Lamongan, bus Bandara, bus patas Sidoarjo lewat tol, bus Mojokerto dan mikrolet jurusan Gresik dan kecamatan-kecamatan di luar batas kota. Hubungan antar kota dilayani oleh Bus antar kota dan kereta api antar kota. Bus Antar Kota menghubungkan terminal antar kota dengan kota-kota lain baik dalam Propinsi Jawa timur maupun antar propinsi. Kereta api antar kota terdiri dari kelas ekonomi, bisnis dan eksekutif, menghubungkan dengan kota-kota di Jawa Timur maupun antar propinsi. Saat ini di Kota Surabaya dilayani 71 trayek bemo/mikrolet (58 rute dalam kota) dan 20 trayek bus kota. Dari keseluruhan trayek bemo/mikrolet dan bis kota tidak membentuk satu pola tertentu. Namun untuk pelayanan trayek bemo/mikrolet mengumpul pada 3 (tiga) kawasan, yakni Terminal Joyoboyo, Terminal Bratang dan Jembatan Merah Plaza (JMP). Selain itu ada trayek bemo/mikrolet yang sifatnya cross-city, contohnya lyn E, W, Q, LMK. Sedangkan trayek dari bus kota membentang dari utara selatan saja. Kondisi angkutan umum yang tidak terjadwal memperparah ketidak nyamanan dari angkutan umum yang ada di Kota Surabaya. Untuk gambaran mengenai pola trayek bemo/mikrolet di Surabaya dapat dilihat pada Gambar 3.2. Sementara itu daftar rute bus kota dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan daftar rute mikrolet pada Tabel 3.2.
Gambar 3.1 Pola Trayek Bemo/Mikrolet dan Bus kota di Kota Surabaya
BAB III
3.1
Tabel 3.1: Daftar rute bus kota di Surabaya dan sekitarnya Kode A C D E E1 F L P1 P2 P3 P4 P6 P7 P8 KAMAL JND PAC 1 PAC 2 PAC 4 PAC 8
Rute Purabaya - Semut Purabaya - Darmo - Indrapura - Demak - Perak Purabaya - Bratang Purabaya - Damo - Tambak Oso Wilangun Purabaya - Joyoboyo Purabaya - Kupang - Raden Saleh - Indrapura - Tambak Oso Wilangun Ujung Baru - Rajawali - Tambak Oso Wilangun Purabaya - Darmo - Indrapura - Perak / Patas Purabaya - Darmo - Indrapura - Tambak Oso Wilangun / Patas Sidoarjo - Dupak - Rajawali - Semut Patas Purabaya - Dupak - Perak / Patas Purabaya - Tambak Oso Wilangun / Patas Purabaya - Dupak - Tambak Oso Wilangun / Patas Purabaya - Dupak - Tambak Oso Wilangun / Patas Kamal - Bangkalan - Burneh Juanda – Bungurasih / Mini AC Purabaya - Darmo - Indrapura - Perak / Patas AC Purabaya - Darmo - Indrapura - Tambak Oso Wilangun / Patas AC Purabaya - Dupak - Perak / Patas AC Purabaya - Dupak - Tambak Oso Wilangun / Patas AC
Tabel 3.2: Daftar rute dari mikolet di Surabaya dan sekitarnya No 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
KODE LYN BJ BK BM BP C D DA DKB DKM DP DWM E F G G1 GL GS H1 H2 H2P H4 H4J H4W I IM J JBM JK JM JMK Jsp W JMP-Gresik JTK JTK2 K
RUTE Benowo - Kalimas Barat PP Bangkingan - Karang Pilang PP Bratang - Perumnas Menanggal PP Balongpanggang-Pasar Turi Pasar Loak - Sedayu - Karang Menjangan PP Joyoboyo - Pasar Turi - Sidorame PP Kalimas Barat - Citra Raya Dukuh Kupang - Benowo PP Dukuh Kupang - Menanggal PP Kalimas Barat / Petekan - Manukan Kulon PP Balongsari - Pangkalan Karah PP Petojo - Tanjungsari - Balongsari PP Joyoboyo - Pegirian - Endrosono PP Joyoboyo - Karang Menjangan / Lakarsantri / Karang Pilang PP Joyoboyo-Karangmenjangan Pasar Loak - Gadung PP Gunung Anyar - Sidorame PP Pasar Wonokromo - Waru - Sepanjang PP Pasar Wonokromo - Pagesangan PP Pasar Wonokromo - Terminal Menanggal PP Pasar Wonokromo - Sedati Joyoboyo - Rungkut - Sedati Wonokromo - Rungkut - Sedati Kupang - Benowo PP Benowo - Simokerto Joyoboyo - Kalianak PP Joyoboyo - Gunung Anyar PP Joyoboyo - Kalijudan - Kenjeran PP Joyoboyo - Menganti Kenjeran - Kalimas Barat PP Terminal Sidoarjo - Wonokromo JMP - Terminal Bunder (Gresik) Joyoboyo - Tambak Klanggri PP Joyoboyo - Medokan Ayu PP Ujung Baru - Kalimas Barat / Pasar Loak PP
No 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
KODE LYN KIP1 KIP2 L2 LK LMJ M N O O1 O O2 (WK) P PTG Q R R1 R2 RBK RDK RT S T1 T2 TV U UBB UBK V W WB WLD-WL WLD2 X Y Z Z1
RUTE Kutisari Indah - Petojo PP (Lewat Tengah) PP Kutisari Indah - Petojo PP (Lewat Timur) PP Ujung Baru - Sasak - Petojo PP Manukan Kulon - Pasar Loak - Kenjeran PP Lakarsantri - Manukan Kulon - Kalimas Barat PP Joyoboyo - Dinoyo - Kayun - Kalimas Barat PP Kalimas Barat - Menur - Bratang PP Tambak Wedi - Petojo - Keputih PP Kalimas Barat - Keputih PP Terminal Keputih - JMP Tambak Oso Wilangun (Depan SPBU) - Petojo PP / Tambak Wedi - Keputih - Bratang PP Joyoboyo - Gebang - Kenjeran / Petojo - Ketintang / Joyoboyo - Karang Menjangan - Kenjeran PP Pasar Turi - Terminal Gubernur Suryo (Gresik) Kalimas Barat - Bratang PP Kalimas Barat - Kapasan - Kenjeran PP Kalimas Barat - Nambangan - Kenjeran PP Wonoarum - Pasar Loak - Dukuh Kupang PP Rungkut Barata - Kenjeran PP Dukuh Kupang - Benowo PP Rungkut - Pasar Turi PP Joyoboyo - Bratang - Kenjeran PP Margorejo - Joyoboyo - Sawahan - Pasar Loak PP Joyoboyo - Mulyosari - Kenjeran PP Joyoboyo - Citra Raya / Manukan Kulon / Banjar Sugihan Joyoboyo - Rungkut - Wonorejo / Joyobekti PP Ujung Baru - Bratang PP Ujung Baru - Kenjeran PP Joyoboyo - Tambakrejo PP Dukuh Kupang - Kapas Krampung - Kenjeran PP Wonosari - Bratang PP Wonoarum - Pasar Loak - Dukuh Kupang PP Bulak Banteng - Dukuh Kupang PP Joyoboyo - Waru - Tambak Sawah Joyoboyo - Demak PP Kalimas Barat - Benowo PP Benowo - Ujung Baru PP
Dari survey industri transportasi 2011 diperoleh data kondisi angkutan kota di Surabaya sebagai berikut: Tarif mikrolet saat ini Rp. 3.000,- sekali naik (jauh dekat) Load factor rata-rata 0,41 Headway: Untuk mikrolet, antara 2 – 20 menit ; dan bus kota, antara 10 – 60 menit Kecepatan operasional mikrolet kurang dari 15 km/jam. Penyebabnya adalah: arus lalu lintas padat atau macet , banyak berhenti untuk turun naik penumpang , dan seringnya berhenti (ngetem) atau sengaja berjalan lambat untuk menunggu penumpang
BAB III
3.2
3.1.2. Hasil Kajian kebutuhan Angkutan Masal Cepat (Demand) Berdasarkan Kajian Demand dari studi Pemodelan Transportasi Surabaya yang merupakan olahan dari data Survey Home Interview 2011 diperoleh Desire Line seperti pada Gambar 3.2 dan 3.3.
Gambar 3.2: Desire Line penumpang
Gambar 3.3: Desire Line mobil+sepedamotor
Desire Line penumpang menunjukkan bahwa daerah tarikan perjalananpenumpang utama adalah di tengah kota dengan tambahan beberapa daerah pinggiran kota juga menimbulkan tarikan penumpang angkutan umum. Tingginya demand pada koridor Utara-Selatan bisa dikarenakan karena demand ke koridor ini cukup tinggi namun bisa juga karena rute yang ada saat ini sebagian besar memang melayani koridor Utara-Selatan. Dari Gambar 3.3. dapat dilihat bahwa daerah tarikan utama perjalanan dengan mobil dan sepedamotor adalah daerah pusat kota, tetapi beberapa daerah pinggir mulai tumbuh. Dari survey 2011 diketahui bahwa lebih dari 50% kendaraan bermotor yang beroperasi di Surabaya adalah sepeda motor. Gambaran trip generation dari sepeda motor di Kota Surabaya terlihat pada Gambar 3.4. Sementara itu pada Gambar 3.5 disajikan generation dari angkutan umum, terlihat disini bahwa besarnya generation jauh lebih kecil dibandingkan generation dari sepeda motor.
Gambar 3.4. Trip Generation Sepeda Motor
Gambar 3.5. Trip Generation Angkutan Umum
Pertumbuhan sepeda motor yang mencapai lebih dari 6% per tahun serta pertumbuhan mobil pribadi yang melebihi 3% per tahun tidaklah akan mampu diimbangi oleh pertumbuhan jaringan ataupun pelebaran jalan. Untuk itu pembenahan angkutan umum sangat disarankan untuk memberikan pilihan bagi pengguna jalan dalam melakukan aktifitasnya. Diharapkan dengan pembenahan angkutan umum massal berupa angkutan umum cepat yang terintegrasi dengan bus mini dan bus besar sebagai trunk dan feedernya akan menarik pengguna sepeda motor dan bahkan pengguna kendaraan mobil pribadi untuk berpindah pada angkutan umum yang telah dibenahi ini. BAB III
3.3
Pada Gambar 3.6 dapat dilihat besar pembebanan penumpang angkutan eksisting apabila dibebankan pada ruas jalan eksisting dengan mengikuti prinsip shortest path, dimana hal ini ditunjukkan untuk memberikan gambaran rute yang diinginkan penumpang sebagai pedoman untuk merencanakan rute utama (Trunk). Dari Gambar 3.6. dapat dilihat bahwa koridor-koridor radial mempunyai demand yang tinggi. Perencanaan rute sebaiknya mempertimbangkan pula rencana pola ruang dan jaringan jalan kota Surabaya yang pada beberapa tahun mendatang akan dilengkapi dengan beberapa lapis Jalan Lingkar Timur dan Jalan Lingkar Barat dan beberapa koridor Barat-Timur seperti pada Gambar 3.7.
Gambar 3.6 : Koridor-koridor dengan demand penumpang existing
Gambar 3.7: Pola Ruang dan jaringan jalan Surabaya 3.2. RENCANA JALUR DAN MODA ANGKUTAN MASAL CEPAT UTARA - SELATAN 3.2.1. Rencana Jaringan Angkutan Umum Jaringan angkutan umum di Surabaya direncanakan terdiri dari beberapa Hirarki, yaitu: • Angkutan Massal Cepat (Monorel dan Trem) • Angkutan Utama/Trunk: Radial (Bus Besar) dan Grid (Bus Sedang) • Angkutan Feeder (Bus Mini) yang merupakan peremajaan dari mikrolet yang ada saat ini • Angkutan Lingkungan
BAB III
3.4
Rencana jaringan angkutan umum di Surabaya ini dapat dilihat pada Gambar 3.8, sedangkan perkiraan demand dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.8: Rencana Jaringan Angkutan Umum Surabaya: AMC (merah), Trunk Radial (hitam), Trunk Grid (biru), dan Feeder berbasis subterminal (warna lain)
Gambar 3.9: Perkiraan Demand Tram dan Monorail tahun 2030
BAB III
3.5
Tabel 3.3. Perkiraan demand dan Moda tahun 2014
Tabel 3.4. Perkiraan demand dan Moda tahun 2030
3.2.2. Rute Angkutan Massal Cepat Utara - selatan dengan Moda Tram Rute Angkutan Massal Cepat (AMC) Koridor Utara - selatan beserta Modanya didasarkan hasil kajian yang intensif dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya dan Badan Perencana Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya yang meliputi studi-studi: Survei Home Interview, Survei Industri Transportasi, Studi Pemodelan Pemodelan Demand, Studi Rencana Sistem angkutan Umum,, Studi Feasibility Study AMC , Studi Penataan Trayek, Studi-studi CDIA ; dan Diskusi di Bappeko dengan narasumber dari berbagai Perguruan Tinggi.
BAB III
3.6
Rute AMC Utara – Selatan beserta tempat pemberhentiannya dapat dilihat pada Gambar 3.10 dan tabel 3.5
Gambar 3.10: Rute Tram Utara - selatan
BAB III
3.7
Tabel 3.5: Jarak antar stasiun pada jalur Utara - selatan Dari Stasiun Joyoboyo Trem Bonbin Taman Bungkul Bintoro Pandegiling Keputran Kombepol M Duryat Tegalsari Embong Malang Kedungdoro Pasar Blauran Bubutan Pasar Turi Kemayoran Indrapura Rajawali Jembatan Merah Veteran Tugu Pahlawan Baliwerti Siola Genteng Tunjungan Gub. Suryo Bambu Runcing Sonokembang Keputran Pandegiling Bintoro Taman Bungkul Bonbin Panjang total
Ke Stasiun Bonbin Taman Bungkul Bintoro Pandegiling Keputran Kombepol M Duryat Tegalsari Embong Malang Kedungdoro Pasar Blauran Bubutan Pasar Turi Kemayoran Indrapura Rajawali Jembatan Merah Veteran Tugu Pahlawan Baliwerti Siola Genteng Tunjungan Gub. Suryo Bambu Runcing Sonokembang Keputran Pandegiling Bintoro Taman Bungkul Bonbin Joyoboyo Trem (Single Track)
Panjang jalan (km-single track) 0.53 0.58 0.60 0.70 0.45 0.48 0.58 0.49 0.69 0.45 0.45 0.55 0.40 0.75 0.65 0.62 0.58 0.55 0.60 0.40 0.40 0.40 0.50 0.50 0.60 0.35 0.50 0.60 0.60 0.60 0.55 16.70
3.2.3. Moda Angkutan Masal cepat Utara - selatan Pada rute AMC Utara-Selatan moda yang direncanakan adalah Trem(Gambar 3.11) dengan penjelasan sebagai berikut: • Posisi at gradepada median (double track atau single track pada jalur satu arah) • Lebar track (gauge) 1435 mm • Jenis rel adalah grooved rail • Kereta Trem pada double track berjalan di sebelah kiri • Stasiun pada double track terletak di sebelah kiri, tetapi pada single track bisa menyesuaikan • Tinggi lantai trem 100% Low-floor • Jarak antar track pada double track dari as ke as antara 3,55 m s/d 4 m • Lebar ROW tram pada double track adalah minimum 6 m dan max 7 m (posisi lurus, bukan pada stasiun) • Lebar ROW tram single track (pada jalan satu arah) minimum antara 3,35 m dan max 3,5 m (posisi lurus, bukan pada stasiun) • Clearance vertikal min 4.1 m s/d 4.5 m • Lebar platform stasiun 2 m • Radius minimum tikungan (R min) paling besar 30 m • Moda Bi-directional • Kapasitas minimum 200 penumpang(dalam satu rangkaian) dan dimungkinkan untuk dikembangkan kapasitasnya tanpa mengalami kesulitan • Tram dapat dioperasikan dengan headway minimum 2 menit tanpa kesulitan teknis oporasional • Headway minimum peak hour pada saat pembukaan: 5 menit • Headway maximum off peak hour: 20 menit BAB III
3.8
•
• •
•
•
Kontrol : Sinyal berupa traffic light dengan pola kendali ITS-ATCS disinkronkan dengan jadwal trem, masinis menjalankan/menghentikan kereta trem berdasarkan panduan sinyal traffic light, dan kereta trem dilengkapi GPS yang dapat dipantau dari pusat kontrol.Pusat Kontrol dan Kabin dapat berkomunikasi audio visual dengan lancar. Wessel dioperasikan dengan sensor dan dapat dioperasikan dari cabin trem Pintu kereta Trem dioperasikan secara hidraulis atau sistem lain yang lebih handal, disisi kiri dan kanan, sejumlah minimal 2 buah double channel door tiap sisi pada tiap car, dan lantai pintu satu level dengan lantai peron. Kelistrikan: Daya, Voltase, Arus dan besaran lain dari power supply, perkabelan catenary dan power supply cadangan untuk kondisi darurat agar dapat mengoperasikan kereta monorel sejumlah yang ditentukan terus menerus selama jam operasi (04.30 – 24.00 WIB) selama umur rencana. Fasilitas naik turun ke stasiun memperhatikan penyediaan fasilitas dan kemudahan mobilitas untuk kaum diffabel (lift, eskalator, travelator, ramp dll)
Gambar 3.11: Gambaran AMC Tram
3.2.4. Kebutuhan Jumlah Armada Kebutuhan jumlah armada untuk rute AMC timur-barat di rencanakan dilayani oleh Tram dengan kapasitas minimum 200 penumpang. Untuk estimasi jumlah armada tiap tahun dapat dilihat pada Tabel 3.6: Tabel 3.6. Kebutuhan Armada Tram Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Monorail train set 18 19 19 20 20 20 21 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25
3.3. FASILITAS PENDUKUNG Fasilitas pendukung untuk pengembangan Moda Tram teridiri dari : 1) Depo dan Halte Tram 2) Stasiun Tram 3) Fasilitas Park & Ride dan Off Street Parking BAB III
3.9
3.3.1
Lokasi Depo Dan Halte Tram Depo yang dibutuhkan seluas 2,5 hektar dan letaknya dialternatifkan di daerah Joyoboyo (gambar 3.12) , atau dikawasan lain.
Zoo
3.3.2
Gambar 3.12: Alternatif Lokasi Depo Lokasi Stasiun Tram Sepanjang rute TremUtara-Selatan terdapat 26stasiun untuk menunjang pengoperasiannya
dalam rangka menjaring/melayani penumpang, 6 diantaranya melayani double track (sistem dua arah) dan 20 lainnya melayani single track (sistem satu arah) seperti dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Gambar 3.13: Skema posisi stasiun Trem double track
Gambar 3.14: Skema posisi stasiun Trem single track
BAB III
3.10
Tabel 3.7. Lokasi Stasiun Tram Utara-selatan dan coverage areanya No
Stasiun
Hinterland
Keterangan
US-1 US-2 US-3 US-4 US-5 US-6 US-7 US-8 US-9 US-10 US-11 US-12 US-13 US-14 US-15 US-16 US-17 US-18 US-19 US-20 US-21 US-22 US-23 US-24 US-25 US-26
Joyoboyo Trem Bonbin Taman Bungkul Bintoro Pandegiling Keputran Kombepol M Duryat Tegalsari Embong Malang Kedungdoro Pasar Blauran Bubutan Pasar Turi Kemayoran Indrapura Rajawali Jembatan Merah Veteran Tugu Pahlawan Baliwerti Siola Genteng Tunjungan Gub. Suryo Bambu Runcing Sonokembang
Terminal Intermoda Kebun Binatang, Masjid dan Sekolah Taman, Rumah Sakit Sekolah Hotel, Perdagangan, Bank, Travel Pasar Modern Toko Buku, Exhibition, Hotel, Pusat Kuliner Pusat Kuliner, Pusat Perbelanjaan Pusat Perbelanjaan, Pasar Modern, Hotel Pusat Onderdil, Pusat Perhiasan, Hotel, Pusat Kuliner Pusat Perbelanjaan, Pusat sepatu, Pusat Kuliner, Pusat Onderdil Pusat Mur Baut Museum, Pasar Modern, Kantor Pemerintah Gedung DPRD, Masjid, Sekolah, Heritage Kantor Pemerintah Pusat Perbelanjaan Pusat Perbelanjaan, Heritage, Hotel, Pusat Perdagangan Pusat Perkantoran Pusat Perkantoran Pusat Perdagangan Pusat sepatu, Pusat Kuliner, Heritage Pusat Oleh-oleh Hotel, Perdagangan, Bank, Travel Sekolah, Gedung Kesenian Pusat Perkantoran Pusat Perkantoran
Double Track (Dua Arah / Pemberhentian Akhir) Double Track (Dua Arah) Double Track (Dua Arah) Double Track (Dua Arah) Double Track (Dua Arah) Double Track (Dua Arah) Single Track (Satu Arah ke Jembatan Merah) Single Track (Satu Arah ke Jembatan Merah) Single Track (Satu Arah ke Jembatan Merah) Single Track (Satu Arah ke Jembatan Merah) Single Track (Satu Arah ke Jembatan Merah) Single Track (Satu Arah ke Jembatan Merah) Single Track (Satu Arah ke Jembatan Merah) Single Track (Satu Arah ke Jembatan Merah) Single Track (Satu Arah ke Jembatan Merah) Single Track (Satu Arah ke Jembatan Merah) Single Track (Satu Arah / Pemberhentian Akhir) Single Track (Satu Arah ke Joyoboyo) Single Track (Satu Arah ke Joyoboyo) Single Track (Satu Arah ke Joyoboyo) Single Track (Satu Arah ke Joyoboyo) Single Track (Satu Arah ke Joyoboyo) Single Track (Satu Arah ke Joyoboyo) Single Track (Satu Arah ke Joyoboyo) Single Track (Satu Arah ke Joyoboyo) Single Track (Satu Arah ke Joyoboyo)
3.3.3
Park and Ride dan Off-street Parking Park and Ride merupakan suatu lokasi tempat parkir yang berada didaerah pinggiran kota atau suatu tempat dimana tempat tersebut dekat dengan tempat pemberhentian angkutan umum yang akan menuju ke pusat kota. Lokasi park and ride direncanakan dapat berada di lahan milik Pemkot Surabaya atau lahan milik pihak swasta. Untuk menunjang pelaksanaan AMC-tram dan Trunk Bus perlu adanya penghilangan parkir onstreet, dalam hal ini diperlukan pembangunan fasilitas off-street parking. Terdapat beberapa potensi pembangunan parking off-street antara lain sebagai berikut: 1. Keputran 2. Tegalsari 3. Pasar Tunjungan 3.4.
INTEGRASI ANTAR MODA
3.4.1. Konsep Intermodality Perpindahan intermoda bagi penumpang direncanakan sebagai berikut: • Penumpang dari kawasan pemukiman akan menggunakan angkutan lingkungan atau feeder untuk mencapai halte angkutan trunk atau stasiun AMC • Penumpang yang pemukimannya tidak terjangkau angkutan lingkungan/feeder dapat menggunakan fasilitas Park & Ride • Penumpang dari metropolitan area dapat menggunakan angkutan metropolitan dan beralih ke angkutan trunk atau AMC di Stasiun dan Halte KA Kommuter, Terminal type A atau B (Purabaya, Tambak Oso wilangun dan Tambakwedi), serta terminal-terminal ujung dari angkutan Trunk yang lain • Penumpang dari luar kota yang menggunakan KA dapat beralih ke rute AMC atau Trunk di stasiun Gubeng dan Pasarturi • Penumpang dari luar kota yang menggunakan bus dapat beralih ke rute Trunk di terminal Purabaya, Tambak Oso Wilangun dan Tambak wedi
BAB III
3.11
3.4.2 Perpindahan Moda pada Jalur AMC Tram Utara - selatan Pada jalur AMC Tram Utara-Selatan, penumpang dapat melakukan proses intermoda dengan KA antar kota, dengan KA kommuter, dengan Trem, dengan Angkutan Trunk, dengan Angkutan Feeder, dengan Park and Ride dan dengan angkutan Lingkungan. Secara detail untuk tiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.8. Proses Intermoda di Stasiun-stasiun Tram No
Dari Stasiun
US-1 US-2 US-3 US-4 US-5 US-6 US-7 US-8 US-9 US-10 US-11 US-12 US-13 US-14 US-15 US-16 US-17 US-18 US-19 US-20 US-21 US-22 US-23 US-24 US-25 US-26
Joyoboyo Trem Bonbin Taman Bungkul Bintoro Pandegiling Keputran Kombepol M Duryat Tegalsari Embong Malang Kedungdoro Pasar Blauran Bubutan Pasar Turi Kemayoran Indrapura Rajawali Jembatan Merah Veteran Tugu Pahlawan Baliwerti Siola Genteng Tunjungan Gub. Suryo Bambu Runcing Sonokembang
Intermoda Monorail, Trunk Radial Bus Besar Trunk Radial Bus Besar Trunk Radial Bus Besar Trunk Radial Bus Besar Monorail Feeder Bus Mini Feeder Bus Mini Trem arah sebaliknya Feeder Bus Mini Feeder Bus Mini Feeder Bus Mini Trunk Radial Bus Besar, Trem arah sebaliknya Trunk Radial Bus Besar Trunk Radial Bus Besar Trunk Radial Bus Besar Trunk Radial Bus Besar Trunk Radial Bus Besar
Trem arah sebaliknya Trunk Radial Bus Besar Feeder Bus Mini Feeder Bus Mini
BAB III
3.12
BAB I V TENDER INVESTASI
4.1. Investasi Built-Operate & Transfer (BOT) Pemerintah Kota Surabaya ingin memiliki suatu angkutan umum massal cepat yaitu monorail yang terdiri dari prasarana (track, stasiun, depo dan systemnya) serta sarana kendaraannya (rolling stock). Oleh karena pemerintah tidak memiliki dana awal, maka pemerintah mengundang investor untuk membangunnya dengan skema yang saling menguntungkan. Skema investasi yang diinginkan oleh pemerintah kota Surabaya adalah Built, Operate & Transfer. Dengan skema ini maka pada akhir masa konsesi semua asset baik prasarana maupun sarana akan menjadi milik pemerintah. Berdasarkan skema BOT tersebut, maka investor akan membangun prasarana dan membeli sarana, mengoperasikan selama masa konsesi, dan setelah itu menyerahkan segala asset (hardware dan software) kepada pemerintah. Selama masa konsesi pemerintah dimungkinkan untuk memberikan subsidi.
4.2. Tender Investasi Dalam rangka memperoleh investor yang kredibel dan membutuhkan subsidi terkecil namun mempunyai kemampuan membangun dan mengelola yang terbaik, maka dilakukan proses tender. Investor diminta mengajukan proposal dan perhitungan dalam rangka mengajukan subsidi serta perencaanaan pembangunan dan pengelolaan sampai pada serah terima nantinya. Dalam rangka memperkecil subsidi yang diajukan investor, maka pemerintah akan sharing investasi berupa lahan yang dapat diperhitungkan untuk memperkecil subsidi yang akan dimintakan kepada pemerintah. Sharing investasi oleh pemerintah dapat berupa fasilitas yang secara langsung maupun tidak langsung terkait pengoperasian system AMC yang dibangun. Proposal dari calon investor peserta tender akan dinilai oleh panitia lelang berdasarkan petunjuk pelaksanaan lelang. Bobot dari kriteria lelang juga ditentukan berdasarkan petunjuk pelaksanaan lelang dan peraturan-peraturan yang berlaku.
4.3. Lingkup Pekerjaan Peserta Tender Calon Investor . 1. Membaca dan mempelajari TOR BOT. 2. Menyetujui TOR BOT. 3. Mengajukan Proposal-proposal Teknis, Operasional, Manajemen dan Kontraktual : a. Proposal teknis harus memenuhi persyaratan-persyaratan di bawah: i. Prasarana: Peserta tender diwajibkan untuk mengajukan proposal teknis yang berkaitan dengan prasarana dengan beberapa ketentuan sebagai berikut:
1. Umur rencana adalah 100 tahun. 2. Menunjukkan trase Monorail yang akan dipakai (lengkap dengan pemetaan, alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, cross section). 3. Bentuk, estetika dan kekuatan struktur: tiang penyangga monorail sebaiknya sisi bawah dilindungi dari vandalism dengan memperhatikan eco-green building/structure. 4. Ruang bebas untuk monorail maupun jalan raya. ii. Sarana: Peserta tender diwajibkan untuk mengajukan proposal teknis yang berkaitan dengan sarana dengan beberapa ketentuan sebagai berikut: 1. Rangkaian: Bentuk, design, konfigurasi, kapasitas. 2. Umur Rencana 20 tahun. 3. Jumlah rangkaian (rolling stock). 4. Sistem penggerak, pengarah, pendukung dan pengontrol. 5. Kecepatan maksimal system. 6. Dukungan sparepart dan layanan purnajual. 7. Sistem operasi dan teknologi pintu iii. Fasilitas pendukung 1. Depo: Pada bagian ini, Peserta tender mengusulkan lokasi depo, kebutuhan luas lahan. 2. Stasiun a. Design stasiun: 1. Estetika : sebaiknya tetap menonjolkan ciri Jawa Timur, misalnya: pintu di station style Gebyok; untuk beberapa bagian menggunakan bata ekspose; serta menonjolkan konsep ramah lingkungan. 2. Memperhatikan keselamatan penumpang. 3. Menyediakan informasi yang cukup bagi penumpang. 4. Ticketing dan ruang ticketing. b. Penentuan lokasi stasiun. c. Memperhatikan aksesbilitas penumpang termasuk untuk yang berkebutuhan khusus. d. Umur bangunan stasiun 100 tahun 3. Menentukan sistem catu daya termasuk sistem cadangannya 4. Menentukan Sistem kontrol/persinyalan/wessel: Pada bagian ini, pengelola mengusulkan jenis sistim control dan lokasi pusat control traffic b. Usulan Operasional 1. Mengusulkan kecepatan rencana operasional 2. Mengusulkan Headway dan penjadwalan 3. Menentukan Load factor operasional maksimum 4. Mengembangkan sistem tiket 5. Mengembangkan sistem informasi 6. Konsep penanganan pada saat darurat: Pada bagian ini, pengelola mengusulkan sistim evakuasi dan pengamanan bila moda
c.
d.
e.
f. g.
mengalami mogok,kecelakaan, pemogokan pegawai, bencana alam, dan kebakaran 7. Konsep peremajaan armada (tahun ke 20) dan teknologi Konsep Intermodalitas 1. Koordinasi dengan operator-operator lain (operator trem, bus trunk, bus feeder) 2. Integrasi lokasi pemberhentian termasuk park and ride nya 3. Integrasi penjadwalan 4. Integrasi tarif 5. Integrasi sistem tiket Usulan Skema Bisnis yang didukung Rencana Finansial 1. Sistem pentarifan: Apakah flat fare, distance base, atau zonal base, beserta besarnya tarif. 2. Skema pendapatan berbasis tiket dan non tiket: Pada bagian ini, pengelola mengusulkan sistim pengelolaan pendapatan dari tiket dan non tiket seperti iklan, kios, property, kerjasama dengan pengelola pusat perbelanjaan dan lain-lain. 3. Skema kerjasama dengan industri monorail baik kendaraan maupun system: Pada bagian ini calon investor menyajikan surat dukungan dari industri monorail yang akan mensupport baik kendaraan maupun system yang meliputi system catu daya dan penggerak, system kendali jarak dan pengarah, system pendingin, system informasi bagi penumpang dan penerangan stasiun. 4. Sistim sharing: Pada bagian ini, pengelola mengusulkan bentuk sharing dengan pemerintah kota, serta kontribusi atau subsidi kepada pemerintah kota 5. Aspek pemodalan: Pada bagian ini, calon investor menyajikan dukungan keuangan dari lembaga keuangan yang mensuport pembangunan dan pengoperasian AMC (nama, alamat, no telepon dan surat-surat resmi) Usulan Pengkajian manajemen dan rekayasa lalu lintas 1. Skema mengatasi kemacetan di ruas dan simpang pada saat pembangunan 2. Skema mengatasi kemacetan di ruas dan simpang pada saat mobilisasi monorail 3. Skema mengatasi kemacetan di ruas dan simpang pada saat operasional monorail 4. Skema mengatasi kemacetan di tempat parkir sekitar stasiun pada saat operasional monorail 5. Skema mengatasi konflik antara penumpang dengan kendaraan pada akses stasiun pada saat operasional monorail 6. Skema transport demand management dalam kaitannya dengan peningkatan demand penumpang monorail Usulan Pengkajian Lingkungan Usulan Pengkajian Sosial
h. Kajian kelembagaan i. Hubungan dengan instansi pemerintah terkait: Pada bagian ini, pengelola mengusulkan pola koordinasi dan kewenangan pemerintah kota terhadap organisasi pengelola AMC ii. Sistem kepegawaian: Pada bagian ini, pengelola mengusulkan komposisi dan sistim recruitment antara pegawai lokal dan asing iii. Sistem penggajian iv. Sistem kerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait v. Serikat pekerja i. Usulan aspek hukum i. Hak dan kewajiban investor ii. Hak dan kewajiban pekerja iii. Hak dan kewajiban pihak ketiga j. Usulan penjaminan mutu operasional: Load factor, headway k. Usulan alih Teknologi: Pada bagian ini, pengelola mengusulkan mekanisme alih teknologi termasuk local-partnering dan magang. l. Usulan serah terima aset pada saat transfer m. Usulan studi-studi dan perijinan yang akan dilakukan sebelum pelaksanaan pembangunan, termasuk usulan konsultan-konsultan yang akan bekerjasama dalam DED (nama, alamat, website), Amdal dan dokumen perijinan lain, disertai pengalaman kerja konsultan tersebut, serta surat penawaran kerjasama dan biaya dari konsultan tersebut. n. Usulan pelaksanaan pekerjaan (target pengoperasian 2016), termasuk : Usulan kontraktor-kontraktor yang akan diserahi pembangunan prasarana (nama, alamat, website), disertai pengalaman kerja kontraktor tersebut, dan surat penawaran kerjasama dan biaya dari kontraktor tersebut dan 2) Usulan industri-industri beserta perwakilannya di Indonesia yang akan mensupply monorail vehicle serta suku cadangnya, pengalaman sebagai industri monorail dan penyedia suku cadang, serta surat penawaran kerjasama dan biaya dari supplier monorail dan suku cadang tersebut 4.4. Lingkup Pekerjaan Investor Pemenang Tender 1. Studi dan perencanaan metode pelaksanaan pekerjaan a. DED b. Amdal c. Perijinan-perijinan terkait 2. Pelaksanaan Pekerjaan dan Tahapan. a. Pembangunan Civil Engineering Track beserta pentahapannya b. Pembangunan Jaringan Power Supply beserta Powerplantnya c. Pembangunan Sistem Persinyalan dan Wessel d. Pembangunan Stasiun e. Pengadaan Kendaraan f. Pengadaan Suku Cadang g. Sanksi apabila terjadi keterlambatan h. Pemutusan hubungan kontrak investasi
3. Pengoperasian Angkutan Massal Cepat a. Mekanisme pengendalian mutu selama masa konsesi b. Mekanisme pencatatan jumlah dan jarak tempuh penumpang c. Akuntabilitas keuangan badan usaha investor d. Maintenance dan pengadaan suku cadang e. Pengadaan kendaraan untuk peremajaan f. Sanksi, denda dan pemutusan hak apabila terjadi ketidaksesuaian g. Audit internal dan eksternal 4. Penyerahan Asset yang terkait dengan Angkutan Massal Cepat kepada Pemerintah Kota a. Inventarisasi prasarana, sarana dan fasilitas pendukung pada saat transfer b. Penggantian kekurangan dan denda