BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Semakin berkembangnya perekonomian menjadikan kasus kecurangan
keuangan yang terjadi juga semakin beragam. Dua kasus besar yang menyita perhatian dunia seperti kasus Enron dan WorldCom telah menunjukkan bagaimana kecurangan tersebut terjadi (Moberg & Romar, 2009). Pada kasus Enron skandal yang terjadi dikarenakan sikap dan tindakan tidak etis oleh kantor akuntan publik yang menjadi konsultan sekaligus auditor serta para pejabat perusahaan tersebut. Skandal tersebut dilakukan dengan cara memanipulasi laporan keuangan yang saat itu sedang mengalami kerugian besar. Sedangkan pada kasus WorldCom sikap dan tindakan tidak etis ditujukan pada pihak eksekutif
yang
juga
melakukan
manipulasi
laporan
keuangan
untuk
menyelamatkan perusahaan. Kasus WorldCom tersebut berhasil terungkap setelah pihak auditor internal perusahaan bersama timnya melakukan investigasi secara rahasia. Dampak dari dua skandal tersebut tentunya membuat harga saham perusahan jatuh sehingga merugikan investor dan pemegang kepentingan lain dari dua perusahaan tersebut. Berbagai kasus kecurangan di dunia bisnis yang telah terjadi dianggap penting bagi akademisi sebagai dasar untuk menelaah kembali penyebab tindak kecurangan yang dilakukan seseorang. Pernyataan ini didasarkan pada penelitian Lawson (2004) yang menunjukkan bahwa kecurangan akademik yang terjadi di dalam kelas seperti melakukan pencontekan dan plagiarisme merupakan hal serius yang akan mempengaruhi perilaku etis mahasiwa ketika berada di dunia kerja. Dengan demikian, melakukan pengevaluasian perilaku kecurangan akademik sejak dini penting untuk meminimalisir dampak atas tindakan tersebut di masa depan. Penelitian terdahulu juga dilakukan oleh Bloodgood & Mudrack (2008) menunjukkan bahwa variabel pendidikan etika, kecerdasan, dan religiusitas berpengaruh terhadap perilaku kecurangan. Penelitian yang menghubungkan 1
variabel pendidikan etika terhadap perilaku kecurangan juga dilakukan oleh Dellaportas (2006). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pendidikan etika memiliki potensi untuk mengurangi kecenderungan dalam perilaku kecurangan. Namun, terdapat perbedaan pendapat yang dihasilkan dalam penelitian serupa oleh Menzel (1997) bahwa dalam kenyataannya variabel tersebut tidak selalu mempengaruhi secara signifikan. Perbedaan hasil penelitian terdahulu terjadi karena adanya penyampaian pengajaran etika disetiap institusi yang berbeda. Keberhasilan pendidikan etika tercapai ketika mata kuliah etika tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam mengidentifikasi perilaku dilema etis, membuat keputusan etis, serta upaya pengambilan tindakan etis ketika dihadapkan dalam permasalahan moral (Mayhew et al., 2008). Dengan demikian, agar dapat mempengaruhi pola pikir mahasiswa sebaiknya pengajaran etika dapat dilakukan secara benar dan menggunakan metode yang tepat. Selanjutnya, variabel independen yang dianggap berpengaruh terhadap tingkat kecurangan akademik yaitu kecerdasan. Kecerdasan pada penelitian ini digambarkan melalui Indeks Prestasi Komulatif mahasiswa (IPK). Pada penelitian Gallant Bertram et al. (2015) mengungkapkan hasil penelitian bahwa mahasiswa cenderung melakukan kecurangan ketika grade point academic (GPA) yang dimiliki lebih rendah. Namun, menurut hasil penelitian Crown & Spiller (1998) riset selanjutnya tidak menunjukkan hasil yang signifikan negatif. Hasil serupa diungkapkan oleh Roig & Caso (2005) bahwa GPA hanya berpengaruh signifikan negatif terhadap kecurangan dan penipuan namun, tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap plagiarisme. Untuk menguji perbedaan hasil penelitian, peneliti akan menggunakan instrumen yang berbeda pada pengukuran variabel kecerdasan ini. Pada penelitian Bloodgood & Mudrack (2008) kecerdasan diukur berdasarkan nilai ACT yang merupakan nilai ujian masuk perguruan tinggi. Berbeda dengan Roig & Coso (2005) yang menggunakan nilai rata-rata akademik sebagai dasar pengukuran kecerdasan seseorang. Pada penelitian ini peneliti menggunakan IPK sebagai dasar pengukuran kecerdasan seseorang karena hasil penelitian sebelumnya oleh 2
Trail & Norman (2006) secara konsisten menunjukkan bahwa indeks prestasi merupakan prediksi terbaik dari keberhasilan akademik seseorang. Terakhir, variabel independen yang dianggap berpengaruh terhadap kecurangan akademik yaitu religiusitas. Penelitian terdahulu oleh Magill (1992) mengatakan bahwa pendidikan agama dan keyakinan menjadi dasar yang mampu mempengaruhi perilaku seseorang tentang sesuatu yang benar dan salah. Penelitian yang dilakukan oleh Clark and Dawson (1996) menemukan bahwa seseorang yang memiliki tingkat religiusitas tinggi akan memutuskan sesuatu lebih beretika. Hasil penelitian yang sama ditemukan oleh Bloodgood & Mudrack (2008). Berbeda dengan penelitian Conroy & Emerson (2004), mereka menemukan seseorang yang sering datang ke gereja tidak menunjukkan etika yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang jarang ke gereja. Berbagai penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen pengukuran yang berbeda-beda sehingga menjadikan variabel religiusitas ini masih perlu diteliti untuk membandingkan konsistensi hasil penelitian tersebut (Epstein, 2002). Di samping itu, kebanyakan penelitian menggunakan sampel umat Kristiani seperti penelitian Conroy & Emerson (2004) dan Wong (2008). Dalam konteks ini, setiap agama pasti memiliki aturan dan tradisi berbeda-beda yang digunakan sebagai dasar dalam berperilaku sehingga sesuatu yang dianggap benar atau salah oleh setiap agama juga berbeda. Berkaitan dengan penggunaan instrumen pada variabel religiusitas, penelitian terdahulu oleh Bloodgood & Mudrack (2008) menunjukkan bahwa penelitian tersebut telah dilakukan pada latar universitas di Amerika dengan sebagian besar masyarakat merupakan umat Kristiani sehingga instrumen pengukuran variabel religiusitas berdasarkan pada penelitian Roth & Croll (2007) yang menunjukkan seberapa sering seseorang menghadiri upacara keagamaan di gereja. Dengan demikian, maka hasil penelitian tersebut hanya menggambarkan fenomena yang terjadi pada area geografis tertentu saja. Berbeda dengan penelitian terdahulu oleh Bloodgood & Mudrack (2008) penelitian ini akan dilakukan di wilayah Indonesia. Berdasarkan hasil sensus tahun 2010 menunjukkan sebagian besar masyarakat Indonesia sekitar 87,18 3
persen atau sejumlah 207.176.162 jiwa beragama muslim (Badan Pusat Statistik, 2010). Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran perilaku kecurangan akademik yang terjadi di Indonesia. Pada penelitian ini tingkat religiusitas seseorang diukur berdasarkan penelitian Tiliouine et al. (2009) dengan menggunakan Islamic Religiosity Scale (IRS). Pengukuran menggunakan IRS terdiri dari pelaksanaan ibadah wajib dan sunnah. Berkaitan dengan penelitian terdahulu sebagian besar menggunakan latar penelitian di Amerika. Sehingga hasil penelitian hanya menggambarkan fenomena yang terjadi pada area geografis tertentu saja. Hingga saat ini belum ada hasil penelitian yang menunjukkan ketiga variabel independen tersebut berpengaruh terhadap kecurangan akademik di Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilakukan di Indonesia untuk memberikan gambaran fonomena kecurangan akademik secara nyata dengan melakukan beberapa penyesuaian. Selain perbedaan instrumen yang digunakan pada penelitian ini, peneliti membagi sampel menjadi dua kelompok mahasiswa akuntansi pada perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) Islam. Pembagian kelompok sampel tersebut bertujuan untuk melihat perbedaan pengaruh nilai-nilai Islami yang ditanamkan pada latar universitas yang berbeda. Terlebih lagi, instrumen pengukuran variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini juga berbeda dengan penelitian terdahulu oleh Bloodgood & Mudrack (2008). Pada penelitian mereka terdapat pengujian awal kemudian dilanjutkan dengan penyebaran kesioner yang mereka kembangkan sendiri. Sedangkan pada penelitian ini pengukuran kecurangan akademik dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan singkat serta kasus dalam kuesioner yang memungkinkan seseorang terlibat dalam tindak kecurangan yang dikembangkan oleh Iyer & Eastman (2008), O’Leary & Cotter (2000), dan Koh et al. (2011). Perbedaan instrumen yang digunakan bertujuan untuk membuktikan konsistensi hasil penelitian terdahulu oleh Bloodgood & Mudrack (2008) pada setiap hubungan variabel independen jika instrumen pengukuran pada variabel dependen yang digunakan berbeda.
4
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan peneliti maka rumusan
masalah yang terkait dengan penelitian ini adalah: 1. Apakah pendidikan etika berpengaruh terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa akuntansi PTN dan PTS Islam? 2. Apakah kecerdasan berpengaruh terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa akuntansi PTN dan PTS Islam? 3. Apakah religiusitas berpengaruh terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa akuntansi PTN dan PTS Islam? 4. Apakah terdapat perbedaan kecurangan akademik antara mahasiswa akuntansi PTN dengan PTS Islam?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menguji
dan
menganalisis
pengaruh
pendidikan
etika
terhadap
kecurangan akademik pada mahasiswa akuntansi PTN dan PTS Islam. 2. Menguji dan menganalisis pengaruh kecerdasan terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa akuntansi PTN dan PTS Islam. 3. Menguji dan menganalisis pengaruh religiusitas terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa akuntansi PTN dan PTS Islam. 4. Menguji dan menganalisis perbedaan kecurangan akademik antara mahasiswa akuntansi PTN dengan PTS Islam.
1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi akademisi diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman mengenai tindak kecurangan yang terjadi pada mahasiswa akuntansi serta memberikan referensi penelitian-penelitian baru dibidang etika bisnis mengenai kecurangan akademik karena belum ada penelitian terdahulu yang serupa. 5
2. Bagi praktisi pendidikan diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar dalam memahami karakter mahasiswa dan segala tindakan kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecurangan serta sebagai dasar untuk mengevaluasi mata kuliah etika bisnis pada setiap universitas. 3. Bagi mahasiswa akuntansi diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai dilema etika ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang menyudutkan seseorang untuk berbuat kecurangan sehingga menjadikan dasar mahasiswa akuntansi dalam mengevaluasi diri sendiri agar bertindak dan berperilaku etis disegala bidang.
1.5
Sistematika Penelitian Penelitian ini akan menggunakan sistem penulisan sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN; berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA; berisi landasan teori, penelitian terdahulu, dan pengembangan hipotesis.
BAB III
: METODE PENELITIAN; berisi penjelasan variabel penelitian dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data dan metode pengolahan data.
BAB IV
: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN; berisi analisis data dan interpretasi hasil.
BAB V
: PENUTUP; berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.
6