BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ada banyak alasan untuk dibangunnya prasarana jalan disuatu daerah salah satunya adalah untuk memperlancar distribusi barang dari suatu daerah ke daerah lain. Hal ini juga berhubungan dengan pendistribusian logistik apabila terjadi bencana alam di suatu daerah, dengan adanya prasarana jalan tentu akan lebih mudah untuk menyalurkan bantuan ke daerah yang tertimpa bencana. Indonesia dikenal sebagai negara yang dihuni oleh banyak bencana alam sehingga dalam hal ini sarana dan prasarana jalan guna menunjang penanggulangan bencana tentu harus sangat diperhatikan dari desa, kabupaten/kota hingga provinsi. Kabupaten Ende merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki 5 dari 7 bencana alam yang disebutkan dalam UU 24 tahun 2007 yaitu gempa bumi, longsor, tsunami, banjir, kekeringan dan gunung api sehingga akses jalan sebagai penunjang mitigasi bencana alam sangat diperlukan. Dari berbagai macam bencana yang ada, tsunami dan longsor mempunyai keunikan tersendiri, pada bencana tsunami dan longsor masyarakat yang berada diwilayah rawan bencana harus memiliki akses yang cepat untuk menjauh dari daerah tersebut ketika telah terlihat adanya tanda-tanda akan terjadi bencana. Untuk itu diperlukan akses khusus atau jalur evakuasi khusus agar masyarakat dapat mengevakuasi diri secepat mungkin. Saat terjadi bencana alam juga terdapat chaos factor dimana semua masyarakat merasa panik sehingga dapat menyebabkan penumpukan masyarakat disuatu tempat yang menyebabkan akses jalan tersendat, oleh karena itu diperlukan adanya rambu-rambu penunjuk arah evakuasi sehingga tidak membingungkan. Di Kabupaten Ende dengan tingkat resiko bencana alam yang sangat tinggi belum terdapat sistem informasi dan sistem evakuasi yang maksimal terutama mengenai jalur evakuasi, sehingga diperkirakan akan terjadi kepanikan luar biasa dimasyarakat apabila terjadi bencana alam. Di Kota Ende aktifitas masyarakat, banyak dilakukan di tepi pantai seperti pasar, pemukiman, sekolah,
puskesmas bahkan bandar udara, sehingga akan berdampak besar apabila terjadi tsunami atau abrasi air laut, oleh karena itu perlu direncanakan sistem evakuasi yang baik untuk mengurangi dampak kepanikan pada masyarakat dan tidak membingungkan terutama masalah informasi arah evakuasi, jalur evakuasi terdekat, tempat evakuasi sementara dan semua itu harus didukung dengan infrastruktur akses jalan yang baik. Dari data yang didapatkan, Kabupaten Ende memiliki 824 km jalan kabupaten yang mana 407 km nya dalam keadaan rusak dan 307 km nya masih berupa jalan tanah, sehingga dapat dikatakan bahwa infrastuktur jalan di Kabupaten Ende khususnya jalan kabuapten masih kurang memadai, untuk itu perlu dipetakan jalan – jalan yang merupakan penopang utama jalur evakuasi apabila terjadi bencana dan perlu dilakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan. Jalan – jalan yang masih berupa tanah yang juga berpotensi menjadi jalur evakuasi yang efisien, harus di tingkatkan dari jalan tanah menjadi jalan aspal sehingga akses masyarakat dikawasan tersebut menjadi baik. Perbaikan dan pembangunan infrastruktur jalan berkaitan dengan anggaran yang disediakan Pemerintah Kabupaten sehingga nilainya terbatas, untuk memaksimalkannya pembangunan atau perbaikan jalan tersebut harus mendukung mobilitas evakuasi apabila terjadi bencana juga secara efektif mendukung ekonomi dan pembangunan dikawasan sekitarnya. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini antara lain : a. Apakah jaringan jalan di Kota Ende dan Kecamatan Maurole telah secara effektif mempercepat proses evakuasi dan distribusi barang apabila terjadi bencana? b. Apakah infrastruktur jalan baik perkerasan, jembatan dan rambu-rambu telah cukup baik untuk mendukung proses evakuasi apabila terjadi bencana? c. Apakah tempat-tempat evakuasi sementara untuk menampung warga telah tersedia dengan baik dan cukup?
d. Moda transportasi apa yang dipakai untuk melakukan evakuasi darurat dan distribusi barang menuju daerah terdampak bencana? Kemudian apakah moda transportasi yang dipakai dapat dengan cepat melakukan evakuasi dan distribusi barang? e. Mengidentifikasi fasilitas-fasilitas umum di Kota Ende dan Kecamatan Maurole seperti rumah sakit, bandara, pasar, sekolah yang berada didaerah rawan bencana. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain : a. Mengetahui efektifitas jaringan jalan di Kota Ende dan Kecamatan Maurole dalam mendukung proses evakuasi bencana dan distribusi barang menuju daerah terdampak bencana. b. Mengetahui ketersediaan daerah evakuasi sementara dan jalur evakuasi yang dapat dicapai dengan cepat untuk menampung warga yang terkena dampak bencana. c. Mengetahui jaringan transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara yang dapat digunakan didaerah terdampak bencana untuk melakukan evakuasi dan distribusi barang dengan cepat. d. Merancang perkerasan jalan yang paling efektif dan efisien yang dapat diterapkan dengan material lokal yang ada. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian ini antara lain : a. Lokasi penelititan ini akan berfokus di Kota ende dan Kecamatan Maurole, Kabupaten ende. b. Fokus penelitian terletak pada proses evakuasi warga dan distribusi bantuan ke daerah terdampak, juga faktor dari segi transportasi yang mempengaruhinya. c. Spesifikasi teknik dalam hal infrastruktur jalan mengacu pada Spesifikasi Umum yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga Tahun 2012.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah 1.
Bagi penyusun, menambah wawasan dalam bidang mitigasi bencana alam
2.
Bagi Pemerintah Indonesia, menjadi bahan pertimbangan untuk perancangan jalur evakuasi bencana alam sebagai wujud penanggulangan bencana di daerah rawan bencana khususnya di Kabupaten Ende
3.
Bagi Pemerintah New Zealand, menambah wawasan tentang berbagai jenis bencana alam di Indonesia
4.
Secara umum dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai mitigasi bencana alam yang baik dan benar
1.6 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah: 1. Herman (2013), dengan judul Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Tsunami di Kecamatan Meuraxa menggunakan Aplikasi Arcgis 9.3 pada BPBA Banda Aceh. Dalam penelitian ini dihasilkan 4 peta mengenai jalur evakuasi dan tempat evakuasi di Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh yaitu Escape Building Gampong Deah Teugoh, Escape Building Gampong Deah Glumpang, Escape Building Gampong Lambung, dan Pusat Riset Tsunami Dan Mitigasi Banda Aceh. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan digitasi foto citra satelit tahun 2011 dan Arcgis 9.3. Dari penelitian ini Disimpulkan bahwa Proses pembuatan peta tematik berbasis digitasi dinilai lebih mudah dan cepat dibandingkan pembuatan peta dengan metode manual. 2. Ladamay dan Ode Siti Andini (2008), dengan judul Analisa Kebutuhan Trase Jaringan Jalan Penyelamatan (Escape Road) pada Daerah Rawan Bencana Tsunami (Studi Kasus Tsunami di Kota Banda Aceh). Dalam penelitian ini dilakukan analisa volume kendaraan serta analisa kinerja jalan dan persimpangan dengan asumsi yang mengkondisikan jalan seperti pada saat tsunami terjadi bertujuan untuk mengetahui jumlah escape road yang dibutuhkan. Parameter yang dibutuhkan untuk mengetahui kinerja
jalan dan persimpangan adalah Derajat Kejenuhan (DS). Dari hasil penelitian didapat 5 escape road yang terdiri dari 4 buah simpang 4 dan 1 buah simpang 3. 3. Titi Kurniati dan Nicko Pratam (2013), dengan judul Studi Tingkat Aksesibilitas Masyarakat Menuju Bangunan Penyelamatan (Shelter) pada Daerah Rawan Tsunami (Studi Kasus: Kota Painan, Sumatera Barat). Pada penelitian ini digunakan konsep aksesibilitas yang ditentukan berdasarkan waktu tempuh menuju shelter dengan berjalan kaki, berdasarkan jarak, lebar, dan kondisi permukaan perkerasan jalan. Dari hasil penelitian diktehuia bahwa nilai aksesibilitas berdasarkan jarak berkisar 0-17 menit. Tingkat aksesibilitas berdasarkan jarak adalah aksesibilitas tinggi: 22 kisi, aksesibilitas sedang : 115 kisi dan aksesibilitas rendah : 33 kisi. Sedangkan Tingkat aksesibilitas berdasarkan jarak, lebar jalan dan kondisi permukaan jalan diperoleh aksesibilitas tinggi: 53 kisi, aksesibilitas sedang: 106 kisi dan aksesibilitas rendah: 11 kisi. Dalam penelitian ini dilakukan analisis jaringan transportasi di Kota Ende dan Kecamatan Maurole terhadap penanggulangan bencana termasuk proses evakuasi dan pendistribusian bantuan setelah bencana. Dari hasil analisis menggunakan software Arcgis 10.1 dengan tools Network Analyst diketahui jalur-jalur evakuasi yang paling efektif dalam mendukung proses evakuasi dengan kondisi jalan eksisting dan juga apabila dilakukan perbaikan jalan eksisting. Perbaikan jalan yang
dilakukan
guna
mendukung
proses
evakuasi
tersebut
dilakukan
menggunakan Lapis Penetrasi (HRS-Base) yang material penyusunnya diambil langsung dari Quary Nangapanda di Kota Ende dan material-material tersebut dilakukan uji laboratorium di Universitas Gadjah Mada. Dalam transportasi darat juga dianalisis mengenai jalan-jalan yang dianggap dapat mendukung proses pendistribusian barang dan bantuan. Sedangkan dalam transportasi udara dan transportasi laut diketahui beberapa bandar udara dan pelabuhan disekitar daerah terdampak yang dapat mendukung proses pendistribusian barang dan bantuan. Pemilihan bandara dan pelabuhan tersebut didasarkan pada kelas dan klasifikasi yang ada.