BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Musik adalah karya seni yang dapat dinikmati melalui indera pendengaran. Musik terbentuk dari perpaduan unsur suara atau bunyi, irama dan harmoni yang menghasilkan sesuatu yang indah dan dapat dinikmati oleh pendengarnya. Musik juga dapat menyampaikan perasaan melalui komposisi, pensuasanaan musik atau lirik dalam sebuah lagu. Berdasarkan KBBI, musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dl urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yg mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Seiring perkembangannya musik terbagi menjadi banyak genre yang terbentuk berdasarkan latar belakang social masyarakatnya. Menurut Remy Sylado (1983 : 12) musik adalah waktu yang memang untuk didengar. Musik merupakan wujud waktu yang hidup, yang merupakan kumpulan ilusi dan alunan suara. Alunan musik yang berisi rangkaian nada yang berjiwa akan mampu menggerakkan hati para pendengarnya. Dari pernyataan Remy Sylado di atas dapat diambil kesimpulan bahwa musik dapat menyampaikan ungkapan perasaan dari pembuat musik kepada pendengarnya. Genre musik berbeda memiliki ungkapan perasaan yang berbeda, karena hal itulah setiap genre memiliki penggemar dan peminat. Musik jazz yang lahir di Amerika adalah salah satu genre musik jazz yang banyak diminati di Indonesia. Event jazz tahunan terbesar di Indonesia yaitu Java Jazz tidak pernah sepi akan pengunjung. Java Jazz selalu menghadirkan nama - nama besar dalam dunia musik Internasional dan tanah air. Terlepas karena tertarik pada musisi yang tampil pada event tersebut atau karena kecintaan terhadap musik jazz, ramainya pengunjung Java Jazz membuktikan bahwa apresiasi terhadap musik jazz di Indonesia cukup tinggi.
1
Komunitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kelompok organisme yang hidup dan saling berinteraksi satu sama lain di daerah tertentu. Dalton et al (2007) menyatakan komunitas sebagai wadah dimana ide individuindividu muncul bersama-sama di dalam beberapa kegiatan atau usaha bersama maupun hanya karena adanya kedekatan secara geografis. Kehadiran komunitas musik jazz dapat menjadi wadah untuk membangun dan mewujudkan musik jazz di Indonesia menjadi lebih baik. Aktivitas komunitas yang berhubungan dengan musik jazz dapat memberikan pengetahuan mengenai musik jazz, mempererat silaturahmi antar sesama pecinta musik jazz, memberikan alur yang tepat dalam mengembangkan kreativitas dan loyalitas dalam musik jazz, bahkan menyalurkan potensi musisi - musisi jazz di Indonesia. Butterfield Jazz Society adalah salah satu komunitas musik jazz di Bandung yang sejak berdirinya selalu berusaha menyalurkan potensi musisi lokal dan mengajak masyarakat Bandung untuk mendengarkan dan ikut merasakan langsung musik jazz. Butterfield Jazz Society menggunakan konsep jam session yang terbuka bagi siapa saja dalam setiap kegiatannya sebagai cara untuk bermain, mengenal dan menikmati jazz dengan suasana kekeluargaan. Pendekatan yang dilakukan oleh Butterfield Jazz Society yaitu kekeluargaan dan keterbukaan bagi siapa saja yang ingin mencoba bermain jazz sangat baik untuk membangun minat dan loyalitas terhadap musik jazz. Selain itu, konsep jam session ini dapat menjadi sarana untuk saling mengasah kemampuan bermusik jazz yang menjadi cikal bakal dari lahirnya musisi jazz lokal yang memiliki kualitas baik. Akan tetapi komunitas Butterfield Jazz Society sendiri belum dikenal oleh masyarakat Kota Bandung karena memang tidak memiliki identitas yang menjadi pembeda dengan komunitas musik jazz lainnya. Selain itu citra dari Butterfield Jazz Society sebagai komunitas jazz tidak tersampaikan dengan tepat. Maka dari itu Butterfield Jazz Society perlu sebuah identitas agar dapat dikenal oleh masyarakat. Hal inilah yang menjadi dasar penulis dalam perlunya dilakukan perancangan identitas Butterfield Jazz Society.
2
1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan Perancangan Identitas Butterfield Jazz Society, yaitu: 1. Tidak adanya identitas yang menjadi ciri khas Butterfield Jazz Society. 2. Kurangnya awareness terhadap keberadaan Butterfield Jazz Society di kota Bandung. 3. Butterfield Jazz Society belum mampu menjadi destinasi untuk menikmati musik jazz. 1.2.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana merancang identitas yang sesuai dan dapat menumbuhkan perhatian masyarakat khususnya remaja terhadap Butterfield Jazz Society?
1.3 Ruang Lingkup Agar pembahasan lebih terarah, maka penulis memberikan ruang lingkup masalah pada penelitian ini. Adapun ruang lingkup masalah tersebut adalah. 1.3.1 Apa Perancangan identitas Butterfield Jazz Society 1.3.2 Kenapa Kurangnya awareness masyarakat khususnya remaja di Kota Bandung terhadap komunitas Butterfield Jazz Society 1.3.3 Tempat Kota Bandung.
3
1.3.4 Siapa 1. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan 2. Usia : 18 – 24 tahun 3. Psikografis : Modern, pelaku komunitas (komunitas musik), musisi dan masyarakat umum. 1.3.5 Waktu Februari – Agustus 2015 1.3.6 Bagaimana Merancang identitas
Butterfield
Jazz
Society
yang
dapat
meningkatkan awareness khalayak sasaran
1.4
TujuanPerancangan Adapun tujuan yang hendak dicapai dari perancangan ini adalah sebagai berikut : 1. Menumbuhkan
perhatian
masyarakat
khususnya
remaja
terhadap Butterfield Jazz Society
1.5 Manfaat Perancangan 1.5.1 Bagi Butterfield Jazz Society 1. Dapat lebih dikenal oleh masyarakat khususnya remaja umur 18- 24 tahun 2. Berkesempatan untuk menghimpun anggota baru 3. Memiliki identitas yang konsisten 1.5.2 Bagi Penulis 1. Menambah wawasan mengenai Butterfield Jazz Society dan musik jazz itu sendiri 2. Menambah relasi dalam dunia musik
4
3. Mengetahui hal - hal yang dapat diupayakan dari segi desain untuk menumbuhkan awareness masyarakat terhadap Butterfield Jazz Society 1.5.3 Bagi Masyarakat 1. Mengenal Butterfield Jazz Society sebagai wadah untuk mengenal musik jazz 2. Mengenal Butterfield Jazz Society sebagai tempat untuk menikmati musik jazz 1.6 Metode Pengumpulan Data Untuk dapat membuat perancangan yang tepat dibutuhkan metode pengumpulan data dan analisis yang tepat juga. Sehubungan dengan itu maka penyusunan konsep perancangan menggunakan metode kualitatif dengan cara analisis SWOT dan pengumpulan data, sebagai berikut: a. Metode Observasi Data diperoleh dengan cara mengamati secara langsung kegiatan kegiatan Butterfield Jazz Society. b. Metode Wawancara Data diperoleh dengan cara mewawancarai anggota dari Butterfield Jazz Society dan musisi - musisi jazz Bandung. c. Metude Studi Pustaka Data diperoleh dari buku, literatur, jurnal, website, atau karya yang berhubungan dengan musik jazz
5
1.7 Kerangka Perancangan Kerangka perancangan berikut ini merupakan serangkaian flowchart yang mendeskripsikan alur dari proses perancangan dalam perancangan Identitas Butterfield Jazz Society. Berikut adalah bagan kerangka berpikir :
Bagan 1.1 Kerangka berpikir
6
1.8 Pembabakan Dalam penyusunan laporan penelitian, sistematika penulisan dibagi atas lima bagian yaitu: 1. Bab I Pendahuluan Berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan perancangan, manfaat perancangan, metode pengumpulan data, kerangka perancangan dan pembabakan yang tertuju kepada kurangnya awareness terhadap Butterfield Jazz Society 2. Bab II Berisikan teori - teori yang relevan sebagai landasan dalam perancangan identitas Butterfield Jazz Society. Teori - teori yang digunakan adalah teori brand, media, dan komunikasi. 3. Bab III Berisikan data - data dari hasil pengumpulan data dengan cara observasi secara langsung kegiatan Butterfield Jazz Society dan komunitas jazz lainnya, hasil wawancara kepada musisi bandung dan remaja di Bandung secara acak. Lalu analisis data yang menghasilkan konsep perancangan. 4. Bab IV Berisikan konsep pesan, konsep kreatif, konsep visual, dan konsep media dan hasil perancangan dari mulai sketsa hingga penerapan pada media. 5. Bab V Berisikan kesimpulan dan saran dari perancangan identitas Butterfield Jazz Society
7