Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Lebih kurang 60 % berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan
elektrolit). Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak tubuh. Secara umum diketahui orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibandingkan dengan wanita. Orang yang gemuk memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang kurus karena sel lemak mengandung sedikit air. Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta pengaturan komponen-komponen tersebut oleh sistem renal dan paru. Banyak faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan. Salah satunya karena penyakit. Oleh karena itu, pengetahuan tentang patofisiologi dan perbaikan ketidakseimbangan serta upaya mempertahankan keseimbangan cairan dan elektronik sangat diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan. Orang dewasa yang sehat, aktif bergerak dan memiliki orientasi yang baik biasanya dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal karena mekanisme adaptif tubuhnya. Namun, pada bayi, orang dewasa yang menderita penyakit berat, klien dengan gangguan orientasi, atau klien yang immobile, serta lansia sering kali tidak mampu berespon secara mandiri. Dan seiring dengan waktu, kapasitas adaptif tubuh mereka tidak lagi mampu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tanpa bantuan.
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
1 of 28
Februari 19, 2012
1.2
[PATOFISIOLOGI]
TUJUAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Tujuan umum Berdasarkan latar belakang, penulis membahas tentang Gangguan pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, agar pembaca memahami tentang patofisiologi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh 1.2.2 Tujuan khusus Tujuan yang lebih spesifik dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca, khususnya mahasiswa, mampu memahami hal-hal sebagai berikut : 1. Untuk memahami tentang konsep dasar keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh 2. Untuk memahami gangguan keseimbangan volume cairan tubuh yaitu kekurangan dan kelebihan cairan tubuH 3. Untuk memahami tentang gangguan keseimbangan elektrolit tubuh yaitu kekurangan dan kelebihan natrium, kekurangan dan kelebihan kalium, kekurangan dan kelebihan kalsium, kekurangan dan kelebihan magnesium, kekurangan dan kelebihan fosfor
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
2 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Konsep Dasar
2.1.1 Distribusi cairan tubuh Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : A. Cairan Intraseluler (CIS) Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam membran sel di seluruh tubuh, yang berisi substansi terlarut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solut yang sama dengan cairan yang berada di ekstrasel. Namun proporsinya berbeda. (Brunner & Suddarth, 2002). B. Cairan Ekstraseluler (CES). Cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler terdiri dari plasma, cairan limfe yang bening, dan darah. Plasma menyusun 5% berat tubuh. cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel yang membentuk 15% berat tubuh., sedangkan cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
3 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
Distribusi air dalam tubuh manusia
Cairan intra sel : 40% BB
Cairan ekstrasel ; 20% BB, yang terbagi dalam
Cairan intravaskuler : 5% BB (plasma), volume sel darah merah 3% BB.
Cairan interstitial : 15% BB (Brunner & Suddarth, 2002).
2.1.2 Komposisi Cairan Tubuh Cairan yang bersirkulasi diseluruh tubuh didalam cairan intrasel dan ekstrasel mengandung elektolit, mineral dan sel. Elektrolit merupakan sebuah senyawa yang jika larut didalam air atau pelarut lain akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik. Elektrolit yang bermuatan positif disebut KATION yaitu natrium (Na+), kalium (Ka+), kalsium (Ca2+), dan magnesium(Mg2+) Sedangkan yang bermuatan negatif disebut ANION yaitu klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3 - ) dan fosfat (PO3-),. Konsentrasi setiap elektrolit dalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda. Namun jumlah total anion dan kation dalam setiap kompartemen cairan harus sama. Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh,termasuk fungsi neurouskuler dan keseimbangan asam basa. Mineral merupakan unsur semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam mempertahankan proses fisiologis. Mineral juga bekerja sebagai katalis dalam respon syaraf,kontraksi otot, dan metabolisme zat gizi yang ada dalam makanan. Mineral mengatur keseimbangan elektrolit , produksi hormon, dan menguatkan struktur tulang. Sel merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup. Contoh sel yang berada dalam cairan tubuh adalah sel darah merah dan sel darah putih.(Brunner & Suddarth, 2002).
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
4 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
2.1.3 Pergerakan Cairan Tubuh Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transportasi aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut tergantung pada permeabilitas membransel atau kemampuan membran untuk ditembus cairan atau elektrolit. a) Difusi Difusi adalah proses perpindahan materi atau partikel padat didalam cairan, dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah melewati membran sel yang permeabel. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi. 2. Peningkatan permeabilitas. 3. Peningkatan luas permukaan difusi. 4. Berat molekul substansi. 5. Jarak yang ditempuh untuk difusi. (Potter & Perry, 2006) b) Osmosis Osmosis adalah perpindahan pelarut murni melalui membran semipermeabel dari larutan konsentrasi rendah ke larutan konsentrasi tinggi. Membran tersebut permeabel terhadap pelarut tetapi tidak terhadap zat terlarut. Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi solut didalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan Tekanan osmotik merupakan tekanan untuk menarik air dan kekuatan ini tergantung pada jumlah molekul didalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin tinggi tekanan osmotik. Tekanan osmotik larutan disebut juga dengan osmolalitas. Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
5 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
Isotonik adalah larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah. Pemberian larutan isotonik melalui intra vena akan mencegah perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen intrasel. Seperti normal salin 0,9% atau Ringer laktat Hipotonik adalah larutan yang memiliki konsentrsi solut lebih rendah dari plasma yang akan membuat air berpindah kedalam sel. Seperti larutan NaCl 0,45%, NaCl 0,33%, Dekstrose 2,5%. Hipertonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih besar dari plasma yang akan membuat air keluar dari dalam sel. Seperti larutan NaCl 3 %. Tekanan onkotik atau tekanan osmotik koloid adalah tekanan yang dihasilkan oleh albumin, suatu protein serum yang diproduksi secara alami oleh tubuh, yang mempengaruhi tekanan osmotik darah. Tekanan onkotik menjaga cairan tetap berada didalam kompartemen intravaskuler. (Potter & Perry, 2006). c) Filtrasi Filtrasi adalah suatu proses petrpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan. Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.(Potter & Perry, 2006).
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
6 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
d) Transport aktif Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K. (Potter & Perry, 2006).
2.2
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
2.2.1 Pengaturan Volume Cairan Ekstrasel Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang. [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
7 of 28
Februari 19, 2012
a)
[PATOFISIOLOGI]
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal. [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
b)
Memperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam. [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara: 1. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR). 2. Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
8 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal. [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-danbasa/].
2.2.2 Pengaturan Osmolaritas Cairan Ekstrasel Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya
lebih
tinggi
(konsentrasi
air
lebih
rendah).
[Online:
http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/]. Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini. [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/]. Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui : a) Perubahan Osmolaritas di Nefron Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
9 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik. Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH). [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/]. b) Mekanisme Haus Dan Peranan Vasopresin (Antidiuretic Hormone/ADH) Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan. Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal. [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairan-elektrolit-asam-dan-basa/].
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
10 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
2.2.3 Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormon atrial natriutik peptida (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air. Hormon lain yang juga mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah glukokortikoid, dimana kelebihan hormon ini dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang dikenal dengan sindrom cushing. (Potter & Perry, 2006). Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan. Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit. [Online: http://jarumsuntik.com/keseimbangan-cairanelektrolit-asam-dan-basa/]. Masukan dan haluaran rata-rata pada orang dewasa selama periode 24 jam MASUKAN Cairan oral
HALUARAN 1300 ml Urine
Air dalam makanan
1000 ml
1500 ml
Feses
200 ml
Air yang dihasilkan melalui metabolisme 300 ml Tidak kasat mata; paru-paru
TOTAL
2600ml
300 ml
Kulit
600 ml
TOTAL
2600 ml (Brunner & Suddarth, 2002)
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
11 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
2.2.4 Test Laboratorium untuk Mengevaluasi Status Cairan a) Osmolaritas Osmolaritas urine normal 50 – 1400 mOsm/kg b) Berat Jenis Urine Mengukur kemampuan ginjal untuk mengekskresi atau menghemat air. Rentang normal 1.001 sampai 1.040 c) Nitrogen Urea Darah (BUN) Terbentuk dari urea yang yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein. BUN normal 10 – 20 mg/dl. d) Kreatinin Hasil akhir dari metabolisme otot. Kreatinin serum normal 0,6 – 1,5 mg/dl e) Hematokrit Mengukur presentase volume sel darah merah dalam seluruh darah. Secara normal bervariasi dari 40% - 54% untuk pria, dan 37% - 47% untuk wanita. (Brunner & Suddarth, 2002)
2.2.5 Pengaturan Elektrolit KATION
ANION
Natrium
Klorida
Natrium merupakan kation yang paling Klorida ditemukan dalam cairan ekstrasel dan banyak dalam cairan ekstrasel. Terlibat intrasel. Keseimbangan klorida dipertahankan dalam
mempertahankan
keseimbangan melalui asupan makanan dan ekskresi serta
air,mentransmisi impuls syarafdan melukan reabsorpsi renal. konstraksi otot. Klorida diatur melalui ginjal. Jumlah yang Air mengikuti natrium dalam keseimbangan diekskresikan
berhubungan
dengan
asupan
cairan dan elektrolit . jika ginjal menahan makanan. natrium maka cairan juga ditahan dan jika
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
12 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
ginjal mengekskresi natrium maka air juga Bikarbonat diekskresi. Bikarbonat adalah buffer dasar kimia utama Natrium
diatur
oleh
asupan
garam, dalam tubuh. Ion bikarbonat ditemukan dalam
aldosteron, dan haluaran urine. Sumber cairan ekstrasel dan intrasel. utama natrium adalah garam dapur, daging yang telah diolah, makanan ringan dan
Bikarbonat diatur oleh ginjal. Ion bikarbonat merupakan komponen penting dalam sistem
makanan kaleng.
buffer asam karbonat-bikarbonat, dalam menjaga keseimbangan asam-basa.
Kalium
Kalium merupakan kation intrasel utama., Fosfat yang mengatur eksitabilitas (rangsangan) Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan
neuromuskuler dan konstraksi otot.
intrasel dan ekstrasel. Fosfat dan kalsium Sumber kalium terdapat dalam gandum membantu memelihara dan mengembangkan utuh, daging, polong-polongan, buah dan tulang sayuran.
dan
gigi,
meningkatkan
kerja
neuromuskuler normal, berpartisipasi dalam metabolisme
Kalium dibutuhkan untuk pembentukan
karbohidrat,
dan
membantu
pengaturan asam basa.
glikogen, sintesis protein, dan memperbaiki keseimbangan asam basa
Konsentrasi ginjal,hormon
Kalium terutama diatur oleh ginjal. Suatu
fosfat
serum
paratiroid
dan
diatur
oleh
vitamin
D
teraktivasi.
kondisi yang menurunkan haluaran urine akan
menurunkan
ekskresi
kalium. Fosfat secara normal diabsorbsi melalui saluran
Mekanisme pengaturan lain adalah dengan gastrointestinal. Kalsium dan fosfat berbanding pertukaran ion kalium dengan ion natrium di terbaliksecara proporsional tubulus
ginjal.
Apabila
natrium
dipertahankan maka kalium akan diekskresi.
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
13 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
Kalsium Terdapat banyak kalsium didalam tubuh. Kalsium dibutuhkan untuk integritas dan struktur membran sel, konduksi jantung yang adekuat, koagulasi darah, pertumbuha n dan pembentukan tulang dan relaksasi otot. Kalsium banyak terdapat pada tulang dan gigi. Kerja kalsium dalam cairan ekstrasel diatur melalui kerja kelenjer paratiroid dan tiroid. Hormon
paratiroid
(PTH)
mengontrol
keseimbangan kalsium tulang, absorpsi kalsium di gastrointestinal, dan ekskresi kalsium
di
ginjal.
Tirokalsitonin
dari
kelenjer tiroid juga memiliki peranan kecil dalam menentukan kadar kalsium dalam serum,yakni dengan menghambat pelepasan kalsium dari tulang. Magnesium Magnesium merupakan kation terpenting kedua dalam cairan intrasel dan sangat penting untuk aktivitas enzim, neurokimia, dan eksitabilitas otot Magnesium diekskresi melalui mekanisme ginjal. Perubahan kadar magnesium sering dihubungkan dengan penyakit yang serius Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
14 of 28
Februari 19, 2012
dan
menghasilkan
[PATOFISIOLOGI]
gejala
yang
mencerminkan adanya perubahan fungsi neuromuskular dan kardiovaskuler (Potter & Perry, 2006)
2.2.6 Mekanisme Homeostatik Tubuh dilengkapi dengan mekanisme homeostatis yang luar biasa untuk menjaga komposisi dan volume cairan tubuh dalam batasan normal yang sempit. organ-organ yang terlibat dalam homeostatis termasuk ginjal, paru-paru, jantung, kelenjar adrenal, kelenjar paratiroid, dan kelenjar pituitari. (Brunner & Suddarth, 2002). a) Ginjal Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan, adalah :
Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan ekskresi selektif cairan tubuh
Pengaturan kadar elektrolit dalam CES ddengan retensi selektif substansi yang dinutuhkan dan sekresi selektif substansi yang tidak dibutuhkan.
Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hydrogen
Ekskresi sampah metabolic dan substansi toksik Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia, sama seperti massa otot dan
produksi kreatinin eksogen tiap harinya. karena itu, nilai kreatinin serum yang tingginormal dan secara minimal meningkat menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal pada usia lanjut.
b) Jantung dan Pembuluh Darah Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung mengganggu perfusi ginjal dan pengaturan air dan elektrolit.
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
15 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
c) Paru-paru Perubahan-perubahan pada proses penuaan yang normal menghasilkan penuaan fungsi pernapasan, menyebabkan kesukaran dalam pengaturan pH pada individu usia lanjut yang menderita penyakit gawat atau mengalami trauma.
d) Kelenjar Pituitari Hipotalamus menghasilkan substansi yang dikenal dengan hormone anti diuretic (ADH) yang disimpan dalam kelenjar pituitari posterior dan dilepaskan jika diperlukan. ADH sering disebut sebagai hormone penyimpan air, karena ia menyebabkan tubuh untuk menahan air; termasuk mempertahankan tekanan osmotic sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah.
e) Kelenjar Adrenal Aldosteron merupakan mineralokortikoid yang disekresikan oleh zona glomerulosa dari korteks adrenal, mempunyai efek besar terhadap keseimbangan cairan. Peningkatan sekresi aldoteron menyebabkan retensi natrium dan air serta kehingan kalium; sebaliknya. Kortisol, hormone adrenokortikoid yang lain, mempunyai sebagian kemampuan mineralokortikoid dari aldosteron. f) Kelenjar Paratiroid Terdapat disudut kelenjar tiroid, mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormone paratiroid (PTH). PTH mempengaruhi resorpsi tulang, absorbs kalsium dari usus halus, dan reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal.
g) Baroreseptor - Reseptor saraf kecil, mendeteksi perubahan-perubahan pada tekanan dalam pembuluh darah dan menyampaikan informasi ini kepada system saraf pusat. - Bertanggung jawab untuk memonitor volume yang bersirkulasi dan mengatur aktifitas neural simpatis dan parasimpatis seperti aktifitas endokrin. - Sebagai system baroreseptor tekanan rendah dan tinggi. Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
16 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
- Tekanan rendah berada di atrium, terutama atrium kiri. - Tekanan tinggi berada pada ujung-ujung syaraf di arkus aorta dan di sinus kardia, di arteriol aferen pada apparatus jukstaglomerular nefron. Dengan tekanan arteri menurun, baroreseptor menyampaikan impuls-impuls yang lebih sedikit dari sinus karotis dan arkus aorta ke pusat vasomotorik. Penurunan dalam impuls-impuls merangsang system saraf simpatis dan menghambat system saraf parasimpatis. Hasil akhir dari proses ini merupakan peningkatan frekuensi jantung, konduksi, dan peningkatan kontraktilitas dan volume darah yang bersirkulasi. Rangsangan simpatis menyebabkan konstriksi pada arteriol renalis; hal ini meningkatkan pelepasan aldosteron, menurunkan filtrasi glomerular, dan meningkatkan rearsorpsi natrium dan air.
h) Renin Renin adalah suatu enzim yang mengubah angiotensinogen, suatu substansi yang tidak aktif yang dibentuk oleh hepar, menjadi angiotensin I dan angiotensin II. Suatu enzim yang dilepaskan dalam kapiler paru-paru mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II, dengan kemampuan vasokonstriktornya, meningkatkan tekanan perfusi arteri dan menstimulasi rasa haus. Jika system saraf simpatis distimulasi, aldosteron dilepaskan sebagai respon terhadap adanya peningkatan dari pelepasan rennin. Aldosteron merupakan pengatur volume dan juga akan dilepaskan jika kalium serum meningkat, jika natrium serum menurun, atau jika kadar ACTH meningkat.
i) Hormon Anti Diuretik (ADH) dan mekanisme rasa haus Mempunyai peran penting dalam mempertahankan konsentrasi natrium dan masukan cairan oral. Masukan oral dikendalikan oleh pusat rasa haus yang berada dalam hipotalamus. Jika konsentrasi serum atau osmolalitas meningkat atau jika volume darah menurun, neuron-neuron dalam hipotalamus distimulasi oleh dehidrasi intraseluler; rasa haus kemudian timbul dan orang tersebut meningkatkan masukan cairan oral. Ekskresi air dikendalikan oleh ADH, aldosteron, dan baroreseptor. Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
17 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
j) Osmoreseptor Terletak pada permukaan hipotalamus, merasakan perubahan dalam konsentrasi natrium. Jika tekanan osmotic meningkat, neuron-neuron mengalami dehidrasi dan dengan cepat melepaskan impuls-impuls ke pituitari posterior yang meningkatkan pelepasan ADH. ADH mengalir dalam darah ke ginjal dimana ia mengubah permeabilitas terhadap air, menyebabkan suatu peningkatan dalam reabsorpsi air dan penurunan haluaran urin. Air yang tertahan mengencerkan CES dan mengembalikan konsentrasinya menjadi normal. Pengembalian tekanan osmotic normal memberikan umpan balik ke osmoreseptor untuk mencegah pelepasan ADH lebih lanjut.
2.2.7 Kadar Elektrolit Utama dalam Cairan Tubuh PLASMA
INTRASEL
KATION Natrium
142 mEq
10 mEq
Kalium
4 mEq
160 mEq
Kalsium
5 mEq
-
Magnesium
3 mEq
35 mEq
154 mEq/L
205 mEq/L
TOTAL
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
18 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
PLASMA
INTRASEL
Klorida
103 mEq
2 mEq
Bikarbonat
27 mEq
8 mEq
Fosfat
2 mEq
140 mEq
Sulfat
1 mEq
-
Asam – asam organik
5 mEq
-
Protein
16 mEq
55 mEq
154 mEq/L
205 mEq/L
ANION
TOTAL
(Price & Lorraine, 1995) 2.3
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
2.3.1 Gangguan Keseimbangan Cairan Tipe dasar ketidakseimbangan cairan adalah isotonik dan osmolar. Kekurangan dan kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau hilang dalam proporsi yang sama. Kekurangan dan kelebihan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja sehingga konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi. Sindrom ruang-ketiga, terjadi jika cairan terperangkap didalam suatu ruangan dan cairan diruangan tersebut tidak mudah ditukar dengan cairan ekstrasel.
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
19 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
a) Ketidakseimbangan Isotonik Kekurangan volume cairan terjadi saat air dan elektrolit yang hilang berada didalam proporsi isotonik. Klien yang beresiko adalah klien yang mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal seperti muntah, pengisap lambung, diare atau fistula. Bayi dan lansia paling cepat terkena pengaruh akibat kehilangan cairan dan elekrolit ini (weldy,1992). Penyebab lain dapat meliputi perdarahan, pemberian obat diuretik, keringat banyak, demam dan penurunan asupan oral. Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi isotonik sehingga menyebabkan hipervolemia tanpa disertai perubahan kadar elektrolit serum. Klien yang beresiko adalah yang menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan sirosis (weldy,1992). b) Sindrom Ruang-Ketiga Klien yang mengalami sindrom ruang-ketiga, akan mengalami efek kekurangan volume cairan ekstrasel. Sindrom ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah kedalam suatu ruangan tubuh sehingga cairan itu terperangkap didalamnya. Volume kehilangan tidak dapat diukur secara tepat (Long et all,1993) c) Ketidakseimbangan osmolar Ketidakseimbangan hiperosmolar (dehidrasi) terjadi jika ada kehilangan air tanpa disertai kehilangan elektrolityang proporsional, terutama natrium. Hal ini menyebabkan kadar natrium serum dan osmolalitas serta dehidrasi intrasel meningkat Ketidakseimbangan hipoosmolar (kelebihan cairan) terjadi ketika asupan cairan berlebihan (polidipsi psikogenik) atau sekresi ADH berlebihan. Efek keseluruhannya adalah dilusi (pengenceran) volume cairan ekstrasel disertai osmosis air kedalam kedalam sel(Long et al,1993). Sel-sel otak sangat sensitif dan proses ini dapat menyebabkan edema serebral
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
20 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
ETIOLOGI
TANDA DAN GEJALA
a) Ketidakseimbangan Isotonik Kekurangan volume cairan
Kehilangan cairan dari sistem
lemah, kolaps vena, frekuensi nafas cepat, letargi, oliguri
gastrointestinal, seperti diare, muntah,
atau
drainase
(< 30ml/jam), kulit dan membran mukosa kering, haus,
dari
turgor kulit tidak elastis, kehilangan berat badan yang
fistula/selang
cepat, yaitu :
Kehilangan plasma / darah utuh, seperti pada luka bakar / perdarahan.
Keringat berlebih
Demam
Penurunan
asupan
cairan
Penurunan 2% = Kekurangan Ringan
Penurunan 5% = Kekurangan Sedang
Penurunan 8% = Kekurangan Berat
Tingkat kesadaran yang berubah, ekstremitas dingin
Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sirkulasi > 10mmHg),
peroral
Pemeriksaan fisik : lesu, anoreksia, nadi cepat tetapi
Penggunaan
obat-obatan
diuretik yang berlebihan
Penurunan tekanan vena sentral (CVP)
Hasil pemeriksaan laboratorium; berat jenis urine > 1,025. Peningkatan semu hematokrit > 50%, peningkatan semu
Gagal ginjal akut
Pengobatan dengan manitol
Kekurangan
BUN > 25 mg/100ml, peningkatan kadar protein serum
aldosteron;
penyakit
addison,dan
hipoaldosteronisme Kelebihan volume cairan
Pemeriksaan fisik; denyut nadi kuat, pernafasan cepat,
Gagal jantung kongestif
Gagal ginjal, sindroma nefrotik
hipertensi, distensi vena leher, peningkatan tekanan vena
Sirosis hati
sentral (CVP), suara krakels di paru-paru (efusi pleura),
Peningkatan kadar aldosteron
peningkatan berat badan yang cepat
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
21 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
dan steroid serum
Penambahan 2% = Kelebihan Ringan
Asupan natrium berlebihan
Penambahan 5% = Kelebihan Sedang
Kelaparan (hipoalbuminemia)
Penambahan 8% = Kelebihan Berat
Sindrom
cushing;
terapi
kortikosteroid
Oedema perifer dan periorbita, asites Edema paru akut (jika berat); dispnea, takipnea, ronkhi basah diseluruh lapangan paru
Pemeriksaan
laboratorium;
penurunan
semu
BUN
<10mg/100ml. Penurunan hematokrit, protein serum rendah b) Sindrom Ruang Ketiga
Pemeriksaan fisik : hipotensi, peningkatan lingkar perut
Hipertensi portal, efusi pleura
Obstruksi usus halus
Peritonitis, asites,pankreatitis
Luka bakar berat, fraktur paha,
Pemeriksaan laboratorium; natrium serum menurun < 135
hipoalbminemia
mEq/L dan albumin menurun < 3,5 g/100ml ( hilang
(yang disertai obstruksi usus halus, asites)
dalam cairan yang terperangkap c) Ketidakseimbangan Osmolar Ketidakseimbangan hiperosmolar (dehidrasi)
Diabetes insipidus
Interupsi dorongan rasa haus yang
dikontrol
mukosa kering dan lengket, rasa haus, suhu tubuh meningkat, iritabilitas, konvulsi (ketegangan otot yang
secara
dapat menyebabkan kejang pada bagian tubuh), koma
neurologis
Ketoasidosis diabetik
Pemberian cairan hipertonik
Diuresis osmotik
Pemeriksaan fisik; penurunan berat badan, membran
Pemeriksaan laboratorium; natrium serum meningkat > 145 mEq/L dan osmolalitas serum meningkat >295 mOsm/kg
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
22 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
Ketidakseimbangan hipoosmolar (kelebihan cairan)
SIADH
Asupan air berlebihan
Pemeriksaan fisik; level kesadaran menurun, konvulsi, koma
Pemeriksaan laboratorium; kadar natrium serum menurun <136 mEq/L dan osmolalitas serum menurun <280 mOsm/kg
(Price & Lorraine, 1995) 2.3.2 Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a) Gangguan Keseimbangan Natrium Hiponatremia adalah kondisi dengan nilai konsentrasi natrium dalam darah lebih rendah dari normal, yang dapat terjadi pada saat kehilangan total natrium atau kelebihan total air.. biasanya hiponatremia mnyebabkan penurunan osmolalitas plasma dan cairan ekstrasel (Long et al,1993). Ketika terjadi kehilangan natrium, tubuh beradaptasi dengan menurunkan ekskresi air untuk mempertahankan osmolalitas serum tetap berada pada kadar yang mendekati normal. Setiap terdapat kecenderungan penurunan kadar natrium serum maka harus segera dilaporkan kepada dokter. Hipernatremia adalah suatu kondisi dengan nilai natrium lebih tinggi dari konsentrasi normal di cairan ekstrasel, yang disebabkan kehilangan air yang ekstrim atau kelebihan natrium total. Dan tubuh akan berupaya mempertahankan air sebanyak mungkin melalui reabsorbsi air di ginjal. Jika penyebab hipernatremia adalah peningkatan sekresi aldosteron,maka natrium dipertahankan dan kalium diekskresi.
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
23 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
b) Gangguan Keseimbangan Kalium Hipokalemia adalah kondisi ketika jumlah kalium dalam cairan ekstrasel tidak adekuat. Apabila parah, hipokalemia dapat mempengaruhi konduksi jantung. Hipokalemia disebabkan oleh penggunaaan diuretik seperti tiazid dan loop diuretic. Hiperkalemia adalah kondisi dimana lebih besarnya jumlah kalium didalam darah. Penyebab utama hiperkalemia adalah gagal ginjal. Adanya penurunan fungsi ginjal akan mengurangi jumlah ekskresi kalium oleh ginjal (weldy,1992)
c) Gangguan Keseimbangan Kalsium Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium dalam serum dan penurunan kalsium yang terionisasi serta dapat menyebabkan gangguan pada fungsi neuromuskuler. Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi total kalsium dalam serum dan peningkatan kalsium yang terionisasi. Hiperkalsemia merupakan suatu gejala dari penyakit pokok yang menyebabkan resorbsi tulang berlebihan disertai pelepasan kalsium.
d) Gangguan Keseimbangan Magnesium Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun sampai dibawah 1,5 mEq/L.. magnesium bekerja secara langsung pada sambungan neuromuskuler. Penurunan kadar magnesium serum meningkatkan iritabilitas neuromuskuler. Hipermagnesemia terjadi ketika konsentrasi magnesium serum meningkat sampai diatas 2,5 mEq/L. Hipermagnesemia menurunkan eksitabilitas sel –sel otot
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
24 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
e) Gangguan Keseimbangan Klorida Hipokloremia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai dibawah 100 mEq/L. Hal ini dapat disebabkan oleh muntah, drainase nasogastrik, drainase fistula yang berlebihan dan lama. Ketika kadar klorida serum menurun, tubuh beradaptasi dengan meningkatkan reabsorbsi ion bikarbonat sehingga mempengaruhi keseimbangan asam basa. Hiperkloremia terjadi jika kadar klorida serum meningkat sampai diatas 106 mEq/L, menyebabkan penurunan nilai bikarbonat serum.
f) Gangguan Keseimbangan Fosfor Fosfor merupakan zat yang penting untuk fungsi otot dan sel darah merah, pembentukan adenosin trifosfat (ATP), pemeliharaan keseimbangan asam basa, perantara metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, memberikan dukungan struktural pada tulang dan gigi. Fosfor merupakan anion utama dalam cairan intrasel. Kadar fosfor menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Hipofosfatemia terjadi jika konsentrasi fosfor dibawah normal.
Hiperfosfatemia terjadi jika konsentrasi fosfor diatas normal
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
25 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
2.3.3 Evaluasi Diagnostik Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk mengevaluasi status cairan dan elektrolit adalah sebagai berikut. Tes
Rentang Rujukan
Satuan SI
Natrium serum
135-145 mEq/L
135-145 mmol/L
Kalium serum
3,5-5,5 mEq/L
3,5-5,5 mmol/L
Kalsium serum total
8,5-10,5 mg/dl
2,1-2,6 mmol/L
(+ 50% dalam bentuk terionisasi) Magnesium serum
1,5-2,5 mEq/L
0,80-1,2 mmol/L
Fosfor serum
2,5-4,5 mEq/L
0,80-1,2 mmol/L
Klorida serum
100-106 mEq/L
100-106 mmol/L
24-30 mEq/L
24-30 mmol/L
280-295 mOsm/kg
280-295 mmol/L
Nitrogen urea darah (BUN)
10-20 mg/dl
3,5-7 mmol/L dari urea
Kreatinin serum
0,7-1,5 mg/dl
60-130 umol/L
Kandungan karbon dioksida Osmolalitas serum
Rasio BUN terhadap kreatinin
10 : 1
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
26 of 28
Februari 19, 2012
Hematokrit
[PATOFISIOLOGI]
Pria : 44-52%
Fraksi volume : 0,44-0,52
Wanita : 39-47%
Fraksi volume : 0,39-0,47
Glukosa serum
70-110 mg/dl
Albumin serum
3,5-5,5 g/dl
Natrium urin
80-180 mEq/hari
80-180 mmol/hari
Kalium urin
40-80 mEq/hari
40-80 mmol/hari
Klorida urin
110-250 mEq/hari
Berat jenis urin
3,9-6,1 mmol/L 3,5-5,5 g/dL
110-250 mmol/hari
1,025-1,035 = rentang fisiologis
1,025-1,035
setelah restriksi cairan 1,010-1,020 = specimen random dengan masukan cairan normal Osmolalitas urine Rentang ekstrim Urin tipikal pH urin Urin tipikal
50-1400 mOsm/L 500-800 mOsm/L 4,5-8,0
40-1400 mmol/kg 500-800 mmol/kg 4,5-8,0 < 6,6
< 6,6
(Brunner & Suddarth, 2002)
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
27 of 28
Februari 19, 2012
[PATOFISIOLOGI]
BAB III PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh yang saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Untuk mengetahui adanya gangguan pada cairan dan elektrolit, perlu diperhatikan anatomi fisiologi dari organ-organ atau sistem yang berperan dalam distribusi cairan dan elektrolit ke seluruh tubuh. Selain itu, gangguan juga bisa dibaca dari hasil evaluasi diagnostik.
3.2 Saran Setelah mengetahui dan memahami teori tentang gangguan pada keseimbangan cairan dan elektolit, mahasiswa beserta para pembaca lainnya diharapkan mampu memahami secara teori dan terstruktur agar makalah ini dapat bermanfaat secara global maupun klinikal.
Kelompok 9 PSIK B’11 | Gangguan pada Keseimbangan Cairan & Elektrolit
28 of 28