BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, pertumbuhan kota di Indonesia terjadi secara pesat. Pertumbuhan kota yang pesat ini dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk ditambah dengan arus urbanisasi. Setiap tahunnya terdapat peningkatan jumlah penduduk yang tinggal perkotaan. Menurut Ditjen Cipta Karya (2012), penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan pada tahun 2012 sudah mencapai angka 55%. Peningkatan jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan ini berpengaruh terhadap tingginya kebutuhan lahan untuk tempat tinggal serta sarana dan prasarana lingkungan bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas dalam lingkungan perkotaan. Menurut Nurmadi (1999) dalam Gunawan (2006), kurangnya pelayanan prasarana lingkungan menjadi penyebab utama timbulnya berbagai masalah di kota-kota negara yang sedang berkembang. Prasarana lingkungan merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga baik langsung maupun tidak langsung hal ini berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu prasarana lingkungan yang penting dalam lingkungan hunian masyarakat yaitu prasarana sanitasi. Masalah sanitasi umumnya terjadi pada kawasan permukiman padat perkotaan. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan dan perkembangan perumahan yang sangat cepat dan kurang terkontrol. Masyarakat berpenghasilan rendah cenderung memilih daerah bantaran sungai sebagai lokasi pembangunan rumah dan biasanya tidak dilengkapi dengan prasarana sanitasi yang baik. Selain itu, kesadaran masyarakat yang tinggal dalam lingkungan ini masih sangat kurang dalam membuat prasarana sanitasi milik sendiri. Masyarakat lebih memilih memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangganya tanpa memperhatikan dampak yang dapat ditimbulkan dari limbah tesebut. Masuknya air limbah rumah tangga ke lingkungan (sungai dan
1
sekitarnya) tanpa diolah akan mengakibatkan menurunnya kualitas air di badan sungai yang pada akhirnya menyebabkan beberapa masalah, yaitu kerusakan keseimbangan ekologi di aliran sungai dan masalah kesehatan masyarakat yang memanfaatkan air sungai secara langsung. Hal tersebut dapat menurunkan kualitas kesehatan masyarakat, meningkatkan angka kematian akibat penyakit infeksi air, dan bertambahnya biaya pengolahan air minum (PAM). Oleh karena itu, pemerintah berupaya menyediakan bantuan prasarana sanitasi permukiman dengan melaksanakan program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) yaitu suatu upaya pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan prasarana pengolahan air limbah dengan tanggap kebutuhan. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2003 oleh Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kimpraswil. Kota Yogyakarta merupakan salah satu pilot project dalam pelaksanaan program SANIMAS ini. Berdasarkan hasil penelitian yg dilakukan oleh Borda pada tahun 2005, program SANIMAS dianggap dapat memberikan manfaat yaitu dapat meningkatkan kualitas hidup dengan pemenuhan kebutuhan pelayanan dan prasarana dasar sanitasi terutama pada lingkungan kumuh perkotaan, melindungi sumber-sumber air bersih, efisiensi waktu serta merubah karakter dan cara pandang masyarakat tentang sanitasi (Baskoro, 2010). Pemerintah Kota Yogyakarta menyetujui kegiatan pembangunan IPAL yang termasuk dalam program SANIMAS di beberapa lokasi di Yogyakarta yaitu di Kampung Terban, Sayidan, Pandeyan, dan Warungboto. Keempat lokasi ini merupakan wilayah permukiman padat yang melaksanakan Program SANIMAS di Kota Yogyakarta. Kampung Terban dan Kampung Sayidan merupakan wilayah permukiman padat yang yang terletak di bantaran Sungai Code, sedangkan Kampung Pandeyan dan Warungboto merupakan permukiman padat yang terletak di bantaran Sungai Gadjah Wong. Peneliti melakukan grand tour pada masingmasing kampung. Berdasarkan pengelolaan prasarana sanitasi di empat lokasi tersebut, Kampung Warungboto dan Terban merupakan kampung yang kurang optimal dalam mengelola prasarana sanitasi yang telah dibangun. Namun, Kampung Warungboto dibandingkan
dengan
memiliki jumlah Kampung
Terban
pengguna
yang lebih
sehingga
terpilihlah
banyak
Kampung
2
Warungboto sebagai lokasi penelitian. Hal yang menarik dalam kegiatan pembangunan IPAL dalam program SANIMAS ini adalah masyarakat dapat memilih prasarana dan sarana pengolahan air limbah yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, masyarakat berpartisipasi secara aktif mulai dari proses perencanaan sampai dengan pemanfaatan bangunan fisik prasarana sanitasi. Masyarakat diwadahi dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). 1.2 Rumusan Masalah Pada awal program SANIMAS ini dimulai, masyarakat Warungboto sangat antusias dan terlibat aktif dalam setiap tahapan pembangunan. Namun, dalam perkembangannya terjadi beberapa masalah dalam masyarakat salah satunya yaitu berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap pengurus KSM. Hal tersebut menjadikan masyarakat enggan untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan prasarana sanitasi yang telah dibangun di wilayah permukiman mereka. Pengelolaannya dianggap hanya menjadi urusan dan tanggung jawab KSM, sehingga prasarana sanitasi yang telah dibangun tidak dimanfaatkan secara optimal dan tidak terpelihara dengan baik meskipun sampai saat ini prasarana sanitasi masih dapat digunakan oleh masyarakat. Selain karena rasa kepercayaan masyarakat yang berkurang, karakteristik internal masyarakat Warungboto juga tidak terlalu mendukung partisipasi masyarakat pada program sejenis SANIMAS yang berbasis masyarakat ini. Padahal, keberlanjutan program SANIMAS di Kampung Warungboto sangat ditentukan oleh bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat mulai tahap perencanaan sampai pemanfataan. Oleh karena itu, selain mendeskripsikan bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat, dalam penelitian ini akan dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat Warungboto dalam program SANIMAS.
3
1.3 Pertanyaan Penelitian Adapun penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1.
Bagaimana bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan prasarana sanitasi Program SANIMAS di Kampung Warungboto, Kota Yogyakarta?
2.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan prasarana sanitasi Program SANIMAS di Kampung Warungboto, Kota Yogyakarta?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah untuk 1.
Mendeskripsikan bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan prasarana sanitasi Program SANIMAS di Kampung Warungboto, Kota Yogyakarta.
2.
Mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan prasarana sanitasi Program SANIMAS di Kampung Warungboto, Kota Yogyakarta.
3.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan prasarana sanitasi Program SANIMAS di Kampung Warungboto, Kota Yogyakarta.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Sebagai bahan acuan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan prasarana sanitasi khususnya Program SANIMAS. 2. Sebagai bahan evaluasi pemerintah Kota Yogyakarta dalam efektivitas Program SANIMAS. 3. Menjadi bahan informasi ilmiah dan tambahan literatur dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang pengelolaan prasarana sanitasi perkotaan bagi studi Perencanaan Wilayah dan Kota.
4
1.6 Batasan Penelitian 1.6.1 Fokus Fokus penelitian ini adalah bentuk dan tingkat, serta faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan prasarana sanitasi terkait keberlanjutan program SANIMAS. Prasarana sanitasi yang dimaksud adalah dua unit IPAL Komunal yang terdapat di lingkungan Kampung Warungboto dan masyarakat yang dimaksud ialah masyarakat pengguna IPAL Komunal. 1.6.2 Lokus Lokasi yang menjadi lokus dari penelitian ini adalah RT 30 RW 07 Kampung Warungboto, Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. 1.6.3 Temporal Temporal yang dimaksud ialah waktu dalam pengambilan data mengenai bentuk, tingkat dan faktor-fator yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pengguna IPAL Komunal di Kampung Warungboto. Pengambilan data ini dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Juli tahun 2014. 1.7 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam program SANIMAS sudah pernah ada sebelumnya. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam program SANIMAS sebelumnya adalah sebagai berikut: Gunawan (2006) melakukan penelitian mengenai pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sanitasi berbasis masyarakat. Lokus penelitian berada di Kabupaten Tebo. Metode pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif-deskripstif.
Hasil
penelitian
yang
didapat
yaitu
pengetahuan
masyarakat tentang program SANIMAS sangat beragam. Proses terjadinya fenomena tersebut merupakan mata rantai sebab-akibat yang secara umum memiliki urutan stimulus persepsi-reaksi. Menurut kerangka manajemen pengelolaan prasarana perkotaan, dimana titik beratnya adalah pembagian peran yang seimbang antar pelaku pembangunan (masyarakat, swasta, pemerintah)
5
maka untuk kasus wilayah penelitian, peran tersebut masih belum seimbang. Konsep pembangunan berbasis masyarakat yang menitikberatkan posisi masyarakat sebagai mitra juga belum terwujud. Sedangkan konsep SANIMAS sendiri yang menitikberatkan kemandirian masyarakat dalam penyediaan SANIMAS juga belum terwujud. Surotinojo (2009) pernah meneliti mengenai partisipasi masyarakat dalam program SANIMAS di Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Lokus penelitiannya adalah Desa Bajo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang didukung dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa partisipasi masyarakat Desa Bajo dalam bentuk tenaga diberikan pada seluruh tahapan program SANIMAS, sumbangan pikiran/ide dan material diberikan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan serta partisipasi dalam bentuk uang diberikan dalam tahap pelaksanaan dan pemanfaatan. Tingkat partisipasi masyarakat Bajo tergolong cukup tinggi. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam program SANIMAS di Desa Bajo, yaitu faktor jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan faktor pengetahuan masyarakat. Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu pihak yang berkepentingan terhadap program SANIMAS yang mempengaruhi bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat adalah pihak pemerintah daerah, pengurus desa, tokoh masyarakat dan fasilitator. Baskoro (2010) melakukan penelitian mengenai modal sosial dalam pengelolaan prasarana sanitasi program sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS) di Kota Surakarta. Lokus penelitiannya yaitu tujuh kampung di Kota Surakarta. Metode yang digunakan adalah metode deduktif dengan teknik analisis kuantitatif-kualitatif. Hasil penelitian yang didapatkan antara lain yaitu pertama, tipe modal sosial masyarakat tujuh kampung KSM SANIMAS di Kota Surakarta adalah sama yaitu tipe bounding social capital. Elemen modal sosial masyarakat terdiri dari jaringan, kepercayaan, dan norma. Tingkat modal sosial masingmasing KSM di Kota Surakarta bervariasi. Kedua, tingkat keberlanjutan prasarana SANIMAS masing-masing KSM SANIMAS di Kota Surakarta bervariasi. Ketiga, keberlanjutan prasarana SANIMAS dipengaruhi oleh modal sosial masyarakat.
6
Keempat, elemen kepercayaan adalah elemen modal sosial yang paling berpengaruh terhadap keberlanjutan prasarana SANIMAS. Karyadi (2010) melakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam program instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal di Kota Yogyakarta. Lokus penelitiannya adalah RT 30 RW 07 Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kelingkungan dan merupakan penelitian deskriptif dengan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan bentuk partisipasi yang diberikan adalah sumbangan pikiran dengan tingkat partisipasi rendah. Bentuk partisipasi dalam tahap pelaksanaan adalah sumbangan materi dalam bentuk uang dengan tingkat partisipasi masyarakat sedang. Bentuk partisipasi dalam tahap pemanfaatan dan pengelolaan yaitu dalam memanfaatkan, menjaga dan merawat dengan tingkat partisipasi tinggi. Melihat penelitian-penelitian yang sudah dikemukakan tersebut, terdapat beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian ini diantaranya yaitu penelitian oleh Surotinojo (2009) dan Karyadi (2010). Perbedaannya penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Surotinojo adalah lokus, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan. Kemudian, meskipun fokus tentang bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dan lokus penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Karyadi, tetapi tinjauan pustaka yang digunakan, metode penelitian, metode analisis, variabel yang digunakan, jumlah responden serta hasil penelitian dan pembahasannya berbeda. Jadi, keaslian penelitian mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan prasarana sanitasi program SANIMAS di Kampung Warungboto dapat dipertanggungjawabkan. 1.8 Sistematika Penulisan 1. Bab 1 yaitu Pendahuluan. Pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab 2 yaitu Tinjauan Pustaka. Bab ini memuat tinjauan pustaka dan kerangka teori yang digunakan dalam penelitian. Tinjauan pustaka
7
berisikan kajian pustaka dari buku-buku, jurnal ilmiah, maupun sumbersumber lain yang mendukung penelitian ini. 3. Bab 3 yaitu Metode Penelitian. Bab ini terdiri dari
uraian yang
menjelaskan pendekatan penelitian, unit amatan dan unit analisis, instrumen penelitian, cara dan langkah pengumpulan data, metode analisis data, dan tahapan penelitian. 4. Bab 4 yaitu Gambaran Lokasi Penelitian. Bab ini menjelaskan gambaran umum Kota Yogyakarta, gambaran umum Kelurahan Warungboto, program SANIMAS di Kota Yogyakarta, dan program SANIMAS di Kampung Warungboto. 5. Bab 5 yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari data yang telah diperoleh dan diolah oleh peneliti. 6. Bab 6 yaitu Kesimpulan dan Saran. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran bagi pemerintah dan akademisi.
8