BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Salah satu komponen pokok dari suatu instansi adalah para pegawai,
karena merekalah yang menjalankan proses kerja dari instansi tersebut. Hal ini yang menjadi alasan mengapa pengelolahan pegawai sangat penting. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya (PPPPTK-SB) Yogyakarta tak lepas dari masalah pengelolahan pegawai. Sebagai unit pelaksana di Lingkungan Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan, kinerja dari para pegawai sangat dibutuhkan guna menjalankan fungsi instansi dengan sebaik-baiknya. Salah satu ukuran kinerja yang baik adalah kedisiplinan. Para pegawai di lingkungan PPPPTK-SB wajib menjalankan PP No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS, dimana kewajiban PNS salah satunya yaitu masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja, untuk mendukung hal tersebut maka diperlukan adanya alat presensi untuk melakukan pemantauan terhadap kehadiran pegawainya. Kontrol kehadiran yang selama ini digunakan di PPPPTKSB yaitu dengan alat manual dan digital. Alat manual salah satunya dengan membubuhkan tandatangan. Kelemahan alat ini adalah terbukanya peluang manipulasi, kesalahan pencatatan maupun hilangnya catatan kehadiran seorang karyawan. Selain itu kemungkinan terjadinya (buddy punching) dimana rekan kerja lain mencatatkan waktu kerja yang bukan dirinya sangat besar. Hal ini membuat pencatatan waktu presensi menjadi tidak akurat. Kontrol kehadiran dengan alat digital yaitu dengan sidik jari (fingerprint) dan sidik wajah (faceprint). Umumnya alat ini cocok untuk digunakan pada instansi pemerintah dengan jumlah pegawai yang banyak. Proses pencatatan dan pelaporannya dilakukan secara otomatis oleh sebuah komputer khusus. Namun
dalam prakteknya, di PPPPTK-SB dalam hal pelaporan tidak bisa dilakukan secara otomatis, dikarenakan masih memerlukan pengelolahan data secara manual yang dilakukan oleh bagian kepegawaian. Hal ini dikarenakan penyesuaian dengan pelaporan yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang terkait. Sampai sejauh ini pengunaan ketiga alat presensi tersebut ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Oleh sebab itu, instansi perlu mengetahui secara tepat dalam memilih alat presensi yang digunakan di PPPPTK-SB. Terkait dengan hal di atas, maka metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dipandang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. AHP dikembangkan di Wharton School of Business oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an. Pada saat itu Saaty merupakan profesor di Wharton School of Business. Pada tahun 1980 Saaty akhirnya memplubikasikan karyanya tersebut dalam bukunya yang berjudul Analytic Hierarchy Process. AHP kemudian menjadi alat yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan. AHP merupakan proses dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan perbandingan berpasangan (Pairwise Comparisons) untuk menjelaskan faktor evaluasi dan faktor bobot dalam kondisi multi faktor. Dengan demikian AHP digunakan manakala keputusan yang diambil melibatkan banyak faktor, dimana pengambil keputusan mengalami kesulitan dalam membuat bobot setiap faktor tersebut. AHP memecahkan suatu situasi yang kompleks, tidak terstruktur ke dalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas yang paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif yang terbaik. Peralatan utama AHP adalah memilih sebuah hirarki fungsional dengn input utamanya presepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dapat dipecahkan ke dalam kelompokkelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu hirarki.
Oleh karena itu, dalam tesis ini akan dijelaskan metode Analytic Hierarchy Process dalam menyelesaikan masalah pengambilan keputusan melalui contoh penerapannya pada studi kasus pemilihan alat presensi di PPPPTK-SB.
1.2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan AHP sebagai metode
dalam pengambilan keputusan, memperoleh bobot prioritas dari setiap kriteria dan alternatif yang dipertimbangkan dan mempelajari tahap-tahap dalam metode AHP dengan studi kasus pemilihan alat presensi di PPPPTK-SB Yogyakarta.
1.3
Manfaat Penelitian Berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh, manfaat dari penelitian
ini adalah diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi sebagai lembaga pemerintahan dalam memilih alat presensi yang tepat digunakan di PPPPTK-SB untuk masa mendatang dan dapat menambah ilmu pengetahuan penulis yang selanjutnya dapat dikembangkan lebih lanjut.
1.4
Metodologi Penelitian Secara umum, penelitian dilakukan dengan beberapa langkah sebagai
berikut: 1.
Menguraikan masalah AHP dan menjelaskan landasan aksiomatik, tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan dan prinsip-prinsip dasar AHP.
2.
Menyelesaikan contoh permasalahan pengambilan keputusan.
3.
Menarik kesimpulan dari hasil penelitian dan prinsip-prinsip dasar AHP.
1.5
Tinjauan Pustaka Khanifi Farikhah Aini (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Metode
Analytical Hierarchy Process dalam Pengambilan Keputusan Penyaluran Kredit (Studi
Kasus
Penyaluran Kredit
Pada
USP
Swamitra Sedya
Rahayu
Banjarnegara), menerapkan AHP untuk menentukan calon debitur yang diprioritaskan untuk mendapatkan kredit. Dalam penelitiannya juga digunakan perhitungan AHP menggunakan software Criterium Decision Plus. Hasil penelitian ini yaitu debitur A mendapatkan prioritas dengan bobot (prioritas global) 0.55, debitur B dengan bobot 0.27 dan debitur C dengan bobot 0.18, sedangkan untuk kriterianya urutan prioritasnya yaitu kriteria condition dengan bobot 0.496, collateral 0.246, character 0.135, capacity 0.080 dan terakhir capital dengan bobot 0.043. Siti Latifah (2005) dalam tulisannya yang berjudul Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process, menjelaskan prinsip-prinsip dasar AHP dan prosedur AHP beserta contoh kasusnya. Contoh kasusnya yaitu pengambilan keputusan dalam pemilihan kebutuhan pokok atau sekunder bagi mahasiswa, dimana kriterianya adalah trend, biaya, persediaan dan alternatifnya buku.alat tulis, pakaian dan makanan. Hasilnya adalah biaya merupakan kriteria terpenting dengan bobot 0.6 diikuti persediaan dengan bobot 0.3 dan trend dianggap paling tidak penting dengan bobot 0.1.
1.6
Sistematika Penulisan Tesis ini disusun dalam 5 (lima) bab. Pertama adalah BAB I
PENDAHULUAN yang memuat latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Kedua yaitu BAB II LANDASAN TEORI yang berisi teori-teori penunjang yang akan digunakan untuk pembahasan bab-bab selanjutnya, seperti operasi pada matriks, invers matriks, transpos matriks, determinan matriks, nilai eigen dan vektor eigen dan pengenalan alat presensi.
Ketiga yaitu BAB III PEMBAHASAN yang berisi pembahasan secara lengkap tentang AHP, mulai dari definisi AHP, prinsip-prinsip AHP, langkahlangkah penyelesaian metode AHP serta perhitungan dalam AHP. Keempat yaitu BAB IV STUDI KASUS yang berisi contoh penerapan perhitungan metode AHP dalam pemilihan alat presensi karyawan yang tepat digunakan di PPPPTK-SB. Terakhir adalah BAB V PENUTUP yang meliputi kesimpulan dan saran dari materi-materi yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya serta hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian.