BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ketersediaan dokter ahli dan tenaga medis relatif masih kurang khususnya di daerah-daerah pelosok dan terpencil. Hal ini membuat masyarakat mengalami kesulitan dalam mendiagnosa penyakit tertentu sehingga penanganan medis menjadi terlambat dan dapat mengakibatkan resiko kematian. Balita sangat rentan terhadap kuman penyakit sehingga sebagai orang tua perlu untuk secara cepat memperoleh informasi tentang tingkat keparahan penyakit balita walaupun tidak tersedia dokter ahli anak sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan tindakan awal. Pada umumnya masyarakat sadar bahwa berbagai sakit ringan biasa, seperti pilek atau diare, tidak memerlukan bantuan ahli kesehatan atau pengobatan yang rumit. Gangguan semacam itu akan sembuh dengan sendirinya, bahkan walau tanpa mendapatkan pengobatan apapun. Masalah bagi masyarakat yang tidak terlatih secara medis adalah bahwa keluhan semacam sakit kepala atau batuk dapat merupakan petunjuk awal adanya sakit yang serius. Kejadian yang paling membuat para orang tua waswas atau merasa tak berdaya adalah sakit mendadak yang menimpa anak mereka terutama anak yang masih belum dapat menjelaskan keluhannya atau bayi Alternatif yang dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil diagnosis yang lebih baik adalah pemeriksaan laboratorium, akan tetapi cara ini relatif mahal dan butuh waktu lama untuk mengetahui hasilnya, selain itu tidak semua daerah di Indonesia memiliki laboratorium diagnosis dengan fasilitas yang memadai. Gejala penyakit balita selama ini hanya didiagnosa masyarakat awam berdasarkan ciriciri yang diketahui tanpa oleh fakta dan pertimbangan medis lainnya. Sehingga masyarakat atau penderita sulit membedakan penyakit biasa atau kronis. Akibatnya penyakit tersebut ditangani dengan cara yang salah. Sevani, Marimin dan Sukoco (2009), melakukan penelitian mengenai sistem pakar penentuan kesesuaian lahan berdasarkan faktor penghambat terbesar
1
2
(maximum limitation factor) untuk tanaman pangan. Metode yang digunakan dalam pembuatan sistem pakar adalah fuzzy inference system (FIS) dengan menggunakan dua pilihan rumus yaitu trapezium (TRAPMF) dan gauss (GAUSSMF). Berdasarkan penelitian, sistem yang telah dirancang akan dapat langsung memberikan keluaran bahwa lahan tidak sesuai digunakan untuk tanaman pangan. Sedangkan Daniel (2010), melakukan penelitian mengenai implementasi sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit dengan gejala demam menggunakan metode certainly factor. Sistem yang dibangun memberikan hasil berupa kemungkinan penyakit yang dialami, prosentase keyakinan, serta solusi pengobatan berdasarkan fakta-fakta dan nilai keyakinan yang diberikan oleh pengguna
dalam
menjawab
pertanyaan
selama
sesi
konsultasi
ketika
menggunakan sistem. Metode Dempster-Shafer pertama kali diperkenalkan oleh Dempster, yang melakukan percoban model ketidak pastian dengan range probabilitas sebagai probabilitas tunggal. Kemudian pada tahun 1976 Shafer mempublikasikan teori Dempster tersebut pada sebuah buku yang berjudul Mathematical Theory of Evident. Terdapat dua pendekatan untuk mengontrol inferensi dalam sistem pakar berbasis aturan, yaitu pelacakan kebelakang (backward chaining) dan pelacakan kedepan (forward chaining). Pelacakan ke depan (forward chaining) adalah pendekatan yang dimotori data (datadriven) Dalam pendekatan ini pelacakan dimulai dari informasi masukan, dan selanjutnya mencoba menggambarkan kesimpulan. Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya metode Dempster shafer dapat menyelesaikan permasalahan secara lengkap dan bisa mengatasi timbulnya ketidakpastian hasil apabila ada penambahan fakta baru (Sulistyohati dan Hidayat, 2008). Sedangakan Forward chaining pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya digunakan sebagai penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dimulai dari fakta-fakta yang telah diketahui dan dilanjutkan sampai tidak ada rule yang cocok (Ramdhan dan Siagian, 2014). Dalam penelitian ini metode Dempster shafer digunakan sebagai penalaran fakta awal gejala hingga menuju kesimpulan diagnosa. Sedangkan Forward chaining digunakan untuk inferensi rule.
3
1.2 Rumusan Masalah Berikut rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana cara merancang pemodelan sistem pakar deteksi penyakit balita dengan menggunakan forward chaining - dempster shafer?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah merancang pemodelan sistem pakar deteksi penyakit balita dengan menggunakan forward chaining - dempster shafer 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah 1. Mencakup penyakit balita diantaranya ISPA, diare, alergi, sembelit, radang tenggorokan, infeksi telinga dan infeksi saluran kemih 2. Dalam pembuatan system menggunakan metode dempster shafer, yaitu suatu teknik penalaran dari fakta awal hingga menuju kesimpulan. Sedangkan forward chaining digunakan untuk inferensi rule 3. Aplikasi dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL
1.5 Metodologi 1. Studi Pustaka Dalam melakukan perancangan aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit balita dengan metode dempster shafer – forward chaining dibutuhkan beberapa literatur. Adapun literatur yang perlu dipelajari mempelajari buku, artikel, dan situs yang terkait. Mempelajari literatur mengenai design tampilan aplikasi yang sifatnya user friendly sehingga mudah dikenali oleh user
2. Desain Sistem Merancang desain dari sistem yang akan dibangun atau alur sistem. Yaitu dilakukan penyesuaian dengan metode yang akan digunakan. Dalam tahap ini dapat menggunakan diagram UML sebagai representasi desain yang dibuat.
4
3. Implementasi Metode Pada bagian ini akan dilakukan perancangan sistem pakar diagnosa penyakit
balita dengan metode dempster shafer - forward chaining.
Langkah pertama adalah melakukan instalasi XAMPP. Kemudian melakukan coding program dengan menggunakan pemrograman PHP
4. Pengujian Sistem Pada bagian ini adalah untuk mengamati kinerja dari sistem pakar diagnosa penyakit
balita dengan metode dempster shafer - forward
chaining
5. Pembuatan Laporan Kegitan ini dilakukan setelah tahapan studi kasus dilakukan dan akan berjalan sampai dengan sistem ini selesai dan sesuai dengan tujuan.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan penelitian ini disusun menjadi beberapa bab sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab
ini
berisi
landasan
teori
sebagai
parameter
rujukan
untuk
dilaksanakannya penelitian ini. Adapun landasan teori tersebut adalah kajian pustaka, sistem pakar, forward chaining, dempster shafer dan penyakit Balita BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tahapan desain penelitian dan perancangan konsep yang digunakan untuk sistem pakar diagnosa penyakit Balita dengan metode dempster shafer - forward chaining. Dengan adanya metodologi penelitan ini diharapkan dapat memberikan petunjuk dalam merumuskan masalah penelitian.
5
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini membuat implementasi meliputi implementasi sistem dan implementasi aplikasi, hasil pengujian aplikasi meliputi skenario pengujian, hasil pengujian dan pengujian fungsional. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dari sistem yang dibuat serta saran untuk kepentingan lebih lanjut.