BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara. Kota Medan merupakan kota
metropolitan terbesar di luar Pulau Jawa dan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata, seperti Kesultanan Deli yang berlokasi di Istana Maimun, Museum Rahmat International Wildlife, Berastagi dan Kabanjahe di daerah dataran tinggi Karo (Pemerintah Kota Medan). Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis) dan agama. Keanekaragaman suku (etnis) dan agama di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja, vihara dan kuil yang ada tersebar di seluruh Kota Medan (Pemerintah Kota Medan). Adapun etnis asli penduduk Kota Medan adalah Suku Melayu yang terkenal dengan nama Kesultanan Deli. Medan adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki populasi etnis Tionghoa (Cina) yang cukup besar. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri, pada tahun 1918 penduduk Medan yang beretnis Tionghoa (Cina) tercatat sebanyak 8.269 orang. Saat ini jumlah populasi etnis Tionghoa (Cina) menduduki peringkat ketiga setelah suku Jawa dan Batak, sedangkan Melayu sendiri yang merupakan penduduk asli berada di peringkat keempat. Masyarakat etnis Tionghoa (Cina) yang ada di Kota Medan adalah masyarakat yang dominan sebagai pelaku bisnis dan perdagangan di Kota Medan. Kota Medan memiliki bangunan bersejarah, antara lain Istana Maimun, Mesjid Raya Medan, Masjid Agung, Kantor Pos, Stasiun Kereta Api, Titi Gantung, PT
1
Perkebunan London Sumatera dan Museum Tjong A Fie Mansion (Permerintah Kota Medan). Museum Tjong A Fie Mansion merupakan satu-satunya museum etnis Tionghoa(Cina) yang terletak di jantung Kota Medan, tepatnya di Jalan Kesawan Medan (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan). Dahulunya, bangunan ini merupakan rumah bagi keluarga Tjong A Fie dan oleh keturunan Tjong A Fie dijadikan sebagai museum pribadi. Museum ini merupakan hasil campuran arsitektur budaya Cina, Melayu dan Eropaserta sebagai salah satu tempat kunjungan wisata budaya dan sejarah di Kota Medan yang menyimpan benda-benda peninggalan sejarah kehidupan Tjong A Fie di masa lampau serta dapat mengetahui bagaimana peran aktifTjong A Fie dalam pembangunan dan perkembangan Kota Medan dan juga sebagai bukti percampuran budaya lokal (Melayu) dengan budaya Cina (Majalah Dewi, 2015:124). Museum sebagai pusat informasi budaya dan sejarah yang merupakansebagai salah satu pilihan utama kunjungan wisata bagi masyarakat yang menghargai nilainilai budaya dan sejarah bangsanya. Museum Tjong A FieMansion sebagai salah satu museum yang ada di Kota Medan dan sebagai tempat tujuan wisata serta studi tur, agar menjadi tempat wisata yang diminati oleh masyarakat perlu didukung dengan sarana dan fasilitas umum serta media informasi yang memadai agar pengunjung yang datang dapat memperoleh informasi dengan lengkap. Media informasi tersebut memudahkan bagi para pengunjung untuk mengakses layanan, fasilitas yang tersedia serta menciptakan kenyamanan bagi pengunjung. Pada Museum Tjong A Fie Mansionterdapat beberapa media informasi yang masih dibuat secara sederhana tetapi belum memiliki nilai-nilai estetika (keindahan), dan penempatan media informasi yang ada di dalam Museum Tjong A Fie Mansion tidak teratur, untuk itu diperlukan perancangan yang menarik, memiliki nilai-nilai keindahan.Adapun tujuan perancangan ini
yaitu memberikan informasi dengan
sistem penanda (sign system) baik sebagai penunjuk arah, larangan,
petunjuk
informasi dan penanda ruangan dalam bentuk yang komunikatif, informatif dan
2
kreatif kepada pengunjung agar mudah dipahami dan tidak mengalami kesulitan pada saat berada di dalam museum khususnya bagi pengunjung yang baru pertama kali masuk ke dalam museum. Sistem penanda atau sign system adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas petunjuk yang mengatur alur informasi tertentu atau pesan tertentu dengan menggunakan media tanda sebagai sebuah pesan (Galuh, 2014). Menurut Asosiasi Museum se-Indonesia, kondisi museum yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman membutuhkan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan profesionalisme
tampilan
museum
dalam
pengelolaan
menjadi museum,
lebih
menarik,
pelayanan
meningkatkan
pengunjung,
dan
memperkuat jejaring museum dan komunitas. 1.2
Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dalam Tugas Akhir ini sebagai berikut: 1. Sistem penanda sudah ada, tetapi sangat sederhana yang dibuat hanya di atas kertas putih biasa dan penempatannya tidak teratur. 2. Kurang jelasnya informasi pada Museum Tjong A Fie Mansion disebabkan sistem penanda yang ada kurang lengkap untuk dapat menginformasikan fasilitas dan ruangan yang ada pada museum tersebut.
1.3
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam Tugas Akhir ini sebagai berikut: Bagaimana merancang sistem penanda yang dapat memberikan informasi yang
jelas dan lengkap agar mempermudah pengunjung pada saat melihat fasilitas-fasilitas dan ruangan yang ada di dalam Museum Tjong A Fie Mansion?
3
1. 4 Ruang Lingkup 1. Apa PerancanganSistem Penanda (Sign System) “Museum Tjong A Fie Mansion” Kota Medan, Sumatera Utara.
2. Siapa Segmen berdasarkan dari identitas informasi yaitu rentang usia 17 sampai 22 tahun, pengunjung yang datang kebanyakan dari kalangan pelajar dan mahasiswa dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sejarah Museum Tjong A Fie Mansion Medan, yang merupakan salah satu wisata sejarah dan budaya yang ada di Kota Medan, serta menginginkan hal-hal yang baru untuk dipelajari. 3. Dimana Untuk memperoleh informasi dengan baik penelitian dilakukan di Kota Medan, Sumatera Utara. 4. Kapan Penelitian dan pengumpulandata dilakukan pada tanggal 16 sampai 26 Maret 2015. 5. Kenapa Museum Tjong A Fie Mansion memiliki media informasi yang masih sederhana dan penempatan tanda yang tidak teratur, baik ruangan yang ada pada bagian luar maupun dalam museum sehingga tidak dapat memberikan informasi yang akurat kepada pengunjung. 6. Bagaimana Kurang tersedianya media berupa sistem penanda (sign system) yang menarikdan penempatan media informasi yang tidak teratur yang dapat memberikan informasi, himbauan dengan baik dan lengkap kepada pengunjung pada saat berada di dalam museum.
4
1.5
Tujuan Perancangan Adapun tujuan perancangan ini yaitu : Memberikan informasi dengan sistem penanda (sign system) baik sebagai
penunjuk arah, larangan, petunjuk informasi dan penanda ruangan dalam bentuk yang komunikatif, informatif dan kreatif kepada pengunjung agar mudah dipahami dan tidak mengalami kesulitan pada saat berada di dalam museum khususnya bagi pengunjung yang baru pertama kali masuk ke dalam museum. 1.6
Cara Pengumpulan Data dan Analisis 1.6.1 Pengumpulan Data 1.
Wawancara Menurut Sugiyono (2009), menjelaskan bahwa “wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.” Teknik wawancara juga merupakan teknik percakapan dengan maksud tertentu. Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan wawancara dengan berbagai sumber data yang dapat memberikan informasi atau data. Melakukan wawancara langsung dengan pengurus museum Tjong A Fie Mansion yang bernama Andry Siregar, untuk mendapatkan informasi tentang fasilitas museum dan sejarah museum. 2.
Studi Pustaka Menurut Sarwono (Sarwono, 2010), “Studi Kepustakaan adalah
suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menelaah teori-teori, pendapat-pendapat serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media cetak, khususnya buku-buku yang menunjang dan relavan dengan masalah yang di bahas dalam peneltian. 5
Data dan informasi yang diperlukan dapat melalui media cetak seperti koran, buku, majalah dan jurnal, agar memperoleh informasi yang jelas dan lengkap. 3.
Observasi Lapangan Menurut
Riduwan
(2004),
“observasi
merupakan
teknik
pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.”
Metode
observasi
sering
kali
diartikan
sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada subyek penelitian. Melakukan pengamatan secara langsung untuk mengumpulkan data dan informasi.Observasi lapangan dilakukan pada bulan Maret, dengan jangka waktu selama dua minggu di Kota Medan. Data yang didapat selama observasi lapangan berupa foto, gambar dan data mengenai ruangan-ruangan yang ada di museum.
4. Kuesioner (Angket) Menurut Suharsimi Arikunto (2002), mengemukakan bahwa: “Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.” Metode kuesioner (angket) dalam hal ini dimaksudkan adalah untuk mendapatkan data dengancara menyebarkan kuesioner di Kota Medan berupa pertanyaan tertulis kepada responden baik itu kepada pengunjung museum dan masyarakat yang berada di luar museum.
6
1.6.2
Analisis 1. Analisis Kualitatif Dalam perancangan ini digunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif.Maksud dan arti dari kualitatif bersifat deskriptif yaitu merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007). 2. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities and Threats) Menurut Jogiyanto (2005), SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi. Dari analisis tersebut, maka dapat diketahui posisi peneliti ada dimana dan bagaimana cara mengatasi permasalahan yang ada dengan menggunakan analisis SWOT, yaitu dalam hal kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat).
7
1.7 Kerangka Perancangan
Perancangan Sistem Penanda Museum Tjong A Fie Mansion Kota Medan, Sumatera
Latar Belakang : -
-
Museum Tjong A Fie Mansion satusatunya museum etnis Tionghoa di Kota Medan. Media informasi yang masih sederhana dan kurang lengkap.
Data :
Rumusan Masalah:
Studi Pustaka, Observasi, Wawancara dan Kuisioner
Bagaimana merancang sistem penanda yang dapat memberikan informasi yang jelas dan lengkap agar mempermudah pengunjung pada saat melihat fasilitas-fasilitas dan ruangan yang ada di dalam Museum Tjong A Fie Mansion?
Teori Sistem Penanda, Desain Komunikasi Visual, Tipografi, Warna, Media Informasi, Psikografis ANALISIS
Hasil Akhir : Merancang sistem penanda yang dapat memberikan informasi yang jelas kepada pengunjung Museum Tjong A Fie Mansion
Bagan 1.1 Kerangka Perancangan Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015
8