BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik sudah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia. Melalui berbagai catatan sejarah maupun dalam kitab-kitab suci berbagai agama, dapat diketahui bahwa manusia sudah bermusik sejak zaman pra-sejarah. Mulai dari vokal, benda-benda alami, hingga instrumen buatan manusia, semuanya digunakan untuk menghasilkan musik. Evolusi peradaban manusia juga pada akhirnya membawa perkembangan dan perubahan pada musik itu sendiri. Pada awalnya hanya dipakai pada ritual-ritual keagamaan dan pemujaan, musik pada perkembangannya merasuk ke seluruh aspek kehidupan manusia. Instrumen musik juga mengalami evolusi. Manusia mulai bereksperimen untuk mengeksplorasi musik supaya dapat mewakili spektrum kreativitas, indra, dan perasaan manusia. Eksperimen ini menghasilkan aliran musik dan instrumen musik yang beragam. Para musisi dan pembuat instrumen saling bekerjasama dan berlomba untuk menghasilkan inovasi baru. Musik yang dihasilkan, yang bisa kita dengar sampai saat ini, adalah produk dari proses yang panjang dan tak pernah usai ini. Keluarga instrumen kuningan (brass instruments) adalah salah satu instrumen yang memiliki sejarah panjang. Instrumen kuningan ditemukan dalam berbagai kebudayaan kuno. Menariknya, dalam tulisan-tulisan eskatologis beberapa agama, instrumen ini menjadi salah satu tanda berakhirnya sejarah dunia. Walaupun masuk dalam kategori ini, ada beberapa instrumen yang tidak terbuat dari kuningan. Beberapa instrumen kuningan menggunakan perak, tembaga, kayu, bahkan plastik sebagai material utamanya (Logie, 2012). Definisi yang tepat untuk kategori ini adalah aerofon yang digetarkan oleh bibir (lip-vibrated aerophones) (Apel, 1969). Kolom udara di dalam instrumen akan tereksitasi oleh semburan udara dari bibir yang bergetar dan termodulasi. Bunyi dalam berbagai fekuensi resonansi yang dihasilkan proses inilah yang kita dengar sebagai nada dan musik.
1
2
Instrumen kuningan modern yang ada saat ini adalah hasil pengembangan dari instrumen-instrumen kuningan sebelumnya. Pengembangan ini dilakukan agar instrumen kuningan dapat menghasilkan bunyi yang lebih baik dan nada-nada yang sesuai dengan standar tangga nada yang digunakan instrumen musik lainnya. Pada awalnya, instrumen kuningan kuno tidak dapat menghasilkan frekuensi-frekuensi yang dibutuhkan untuk menjadikan instrumen kuningan sebagai instrumen musik seutuhnya. Oleh karena itu, para pembuat instrumen musik kuningan, dengan metode trial and error, berinovasi agar instrumen kuningan dapat lebih baik lagi. Trompet adalah salah satu instrumen musik yang termasuk instrumen kuningan. Dibandingkan berbagai instrumen kuningan modern, trompet memiliki jangkauan paling tinggi dalam tangga nada. Walaupun sudah banyak penelitian dan kajian yang dilakukan oleh para ilmuwan terhadap instrumen kuningan termasuk trompet, tetapi sifat akustik instrumen ini belum dapat dipahami sepenuhnya. Hal ini disebabkan beberapa bagian dari instrumen ini memerlukan tinjauan kompleks. Salah satunya adalah bibir pemain instrumen kuningan. Karena bergerak ke segala arah secara simultan (Logie, 2012), dan karakteristik bibir setiap pemain yang berbeda-beda, diperlukan pemodelan yang lebih kompleks. Pada
awalnya
trompet
dibuat
dengan
tangan
manusia.
Pada
perkembangannya, trompet diproduksi massal dengan bantuan mesin (walaupun masih ada produsen trompet yang menggunakan keterampilan manusia). Teknologi yang digunakan setiap produsen trompet berbeda-beda tingkatannya (Smith, 2014). Perbedaan metode pembuatan, teknologi, dan mutu material dalam pembuatan trompet mengakibatkan setiap trompet memiliki karakteristik dan kualitas yang berbeda-beda. Bukan hanya kualitas mekanis, tetapi juga kualitas akustik dari bunyi yang dihasilkan. Kualitas trompet umumnya dikategorikan dalam: pelajar, menengah, dan profesional (Hendricks, 2013). Pengkategorian ini berdasarkan material yang digunakan, teknik pembuatan, keakuratan geometri, dan spesifikasi minor lainnya. Kualitas ini berpengaruh langsung kepada bunyi yang dihasilkan, misalnya:
3
keakuratan nada, keseragaman warna suara dan keakuratan nada pada semua frekuensi resonansi nada. Perangkat lunak pengolah bunyi dapat digunakan untuk meneliti karakteristik fisis bunyi yang dihasilkan oleh trompet. Penelitian ini menggunakan perangkat lunak Audacity untuk menganalisa rekaman bunyi trompet dengan analisis Fast Fourier Transform (FFT) untuk mengubah spektrum bunyi dari domain waktu menjadi domain frekuensi. Puncak-puncak frekuensi resonansi dianalisis secara batch processing menggunakan perangkat lunak Origin Pro. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemain trompet untuk memilih trompet yang akan digunakan.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang akan dipelajari adalah: 1. Berapakah nilai frekuensi resonansi dari setiap trompet yang diteliti? 2. Bagaimana pola spektrum warna bunyi setiap trompet yang diteliti? 3. Apakah trompet dari merk yang berbeda memiliki karakter bunyi dan akurasi nada yang sama?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui nilai frekuensi resonansi fundamental dari setiap trompet yang diteliti. 2. Membandingkan akurasi nada dari setiap trompet yang diteliti dengan frekuensi nada yang terstandar. 3. Membandingkan karakter timbre dari setiap trompet yang diteliti berdasarkan kecemerlangannya (brightness).
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik akustik dari setiap trompet yang diteliti. Dengan pemahaman ini diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi yang lebih terhadap alat musik yang dimainkan. Hasil penelitian ini juga dapat menambah pemahaman terhadap instrumen trompet,
4
khususnya trompet kelas pelajar (student trumpet). Dengan penelitian ini juga diharapkan tumbuhnya minat untuk mempelajari alat musik tiup, baik modern maupun tradisional.
1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Penelitian dilakukan dengan perangkat lunak Audacity dan Origin Pro. 2. Obyek yang diteliti adalah trompet dengan nada dasar Bb (233.08 Hz) . 3. Obyek yang diteliti adalah trompet-trompet yang dimiliki mahasiswa Jurusan Musik Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Sewon, Bantul. 4. Penelitian dilakukan dengan meminta pemain trompet meniup trompet dengan tekanan relatif stabil dan tetap pada setiap nada dan tiupan. 5. Pengukuran frekuensi nada dasar dilakukan pada puncak resonansi pertama pada spektrum nada yang terekam.
1.6 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi memiliki sistematika penulisan dengan garis-garis besar setiap bab sebagai berikut: Bab I : Berisi pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan pustaka mengenai penelitian terdahulu tentang spektrum frekuensi bunyi pada berbagai instrumen trompet dengan berbagai metode. Bab III: Berisi teori-teori yang menjadi pendukung penelitian mengenai gelombang bunyi, trompet, karakteristik akustik pada alat musik tiup kuningan (brass), dan analisis Fast Fourier Transform (FFT) pada perangkat lunak pengolah bunyi. Bab IV: Berisi metode penelitian yang menjelaskan tentang sistematika penelitian mulai dari sampel penelitian, peralatan yang digunakan, rangkaian alat, tata laksana penelitian dan metode analisis data. Bab V: Berisi hasil dan pembahasan mengenai frekuensi fundamental dan frekuensi resonansi, spektrum karakteristik warna bunyi, dan perbandingan akurasi nada setiap trompet yang diteliti.
5
Bab VI: Berisi kesimpulan dan saran penulis setelah mengamati fenomena yang terjadi selama proses penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan penelitian selanjutnya.