BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi di era globalisasi seperti ini, memberi tuntutan
yang besar di dalam dunia pendidikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Seorang individu dikatakan mempunyai kualitas diri terlihat pada kemampuannya untuk menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Adapun permasalahan pendidikan saat ini adalah semakin rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada pendidikan dasar. Tiga hasil studi internasional menyatakan bahwa, kemampuan siswa Indonesia untuk bidang yang diukur secara signifikan ternyata berada di bawah rata-rata skor internasional yang sebesar 500. Adapun tiga studi internasional itu antara lain PIRLS 2006, PISA 2006, dan TIMSS 2007. Berdasarkan studi PISA tahun 2006, Indonesia berada di urutan 39 dari 41 negara untuk mata pelajaran IPA dan Matematika. Pada kedua bidang itu, di Asia Tenggara posisi Indonesia di bawah Malaysia dan Thailand (Kompas, 2012). Kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia juga belum memuaskan. Hasil kajian United Nation Development Project (UNDP) tahun 2005 menyebutkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia menempati peringkat 110 di dunia, dan di Asean pun Indonesia ketinggalan dari Negara-negara tetangga kita seperti Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand, Philipina, dan Vietnam (Hendayana, 2007). Rendahnya hasil belajar IPA di Sekolah Dasar disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kreativitas merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Kreativitas merupakan kemampuan siswa untuk membuat, melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada yang meliputi aspek rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap pengalaman, toleransi terhadap resiko, dan penuh energi. Sedangkan kurangnya pengembangan kreativitas siswa disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu strategi, media,
1
2
maupun metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode yang tidak bervariasi dan tidak disertai alat peraga dalam proses belajar mengajar diasumsikan merupakan salah satu penentu kurangnya pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran, padahal kreativitas penting untuk dikembangkan, karena makin kreatif proses belajar mengajar yang berlangsung, makin kreatif pula siswa dan akan berimbas pada hasil belajar siswa (Forrester dan Hui, 2006). Hal ini juga sejalan dengan Munandar, 1992 dalam Skipsi Juliantine, 2009, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Indonesian Education Sector Survey Repor, menjelaskan bahwa pendidikan di Indonesia hanya menekankan pada keterampilanketerampilan rutin dan hafalan semata. Anak biasanya tidak didorong mengajukan pertanyaan dan menggunakan daya imajinasinya, mengajukan masalah-masalah sendiri, mencari jawaban-jawaban terhadap masalah atau menunjukan banyak inisiatif. Jika hal tersebut dibiarkan, artinya apabila siswa terus dikekang oleh guru dalam proses pembelajaran, dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap pengembangan kreativitas siswa. Kondisi seperti itu sering terjadi dalam pembelajaran IPA kelas V SD, dengan pokok bahasan “Membuat suatu karya”, yaitu membuat periskop dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya”. Dalam menyampaikan materi ini metode pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru adalah metode konvensional dalam arti kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru. Peran siswa lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru, di samping itu siswa tidak pernah diberi kesempatan untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, berinteraksi dengan temannya, dan menjelaskan ide-idenya. Pembelajaran IPA bukan hanya menyangkut olah pikir (minds-on) tetapi juga olah tangan (hands-on) yang berupa kerja praktik. Melalui kerja praktik ini, siswa dapat mengembangkan keterampilan proses IPA yaitu kompetensi psikomotorik dan afektifnya. Apalagi dengan kompetensi dasar membuat suatu karya dengan menerapkan
sifat-sifat
cahaya,
disini
sudah
jelas
bahwa
pembelajarannya
3
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan membuat suatu karya yaitu periskop sederhana. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan pengembangan kreativitas siswa. Langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain memperbaiki kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung, dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang lebih interaktif, artinya ada komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Tidak hanya guru yang melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada siswa tetapi siswa juga harus aktif. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang diterima benar-benar memberikan makna yang mendalam. Salah satu bentuk usaha guru dalam menciptakan pembelajaran yang demikian adalah dengan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dengan belajar melalui pengalaman langsung (Praktikum). Metode praktikum adalah metode mengajar yang mengajak siswa melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan atau menguji teori yang telah dipelajari memang memiliki kebenaran (Suparno, 2007). Metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana dapat mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga siswa bisa mengembangkan kreativitas yang ada di dalam dirinya. Metode praktikum juga akan membuat siswa termotivasi dalam mengikuti pelajaran, karena siswa akan senang dan tidak bosan, selain belajar sambil bermain siswa merasa menjadi seorang penemu atau dengan kata lain seorang professor kecil. Siswa sendiri yang menemukan, memecahkan masalah, dan membuat suatu alat peraga yang dapat membantunya dalam memahami materi. Selain itu dengan membuat sendiri alat peraga periskop sederhana, siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan untuk menghindari verbalisme, yang mana siswa hanya mengenal dari istilah tanpa tahu wujud yang sebenarnya. Dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk memecahkan suatu masalah, bekerja sama, pantang menyerah, dan berani mempresentasikan hasil kerjanya. Pada penelitian sebelumnya beberapa peneliti telah meneliti kreativitas siswa dengan cara menerapkan model pembelajaran, pendekatan serta praktikum. Sebut saja
4
penelitian yang dilakukan oleh Ayu dengan judul “Penerapan Strategi Open Ended Problem Bersetting Kooperatif untuk Meningkatkan Kreativitas dan Pemahaman Pecahan bagi Siswa Kelas VII SMP PGRI 6 Malang”. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa kreativitas dan pemahaman siswa dengan penerapan strategi Open Ended Problem Berseting Kooperatif adalah meningkat. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hilmansyah dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Praktikum Fisika terhadap Kreativitas Siswa di Sekolah Menengah Umum”. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran praktikum fisika siswa terhadap kreativitas siswa. Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti tersebut, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui peningkatan kreativitas siswa kelas V Sekolah Dasar melalui penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana. Oleh sebab itulah untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran, judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah Efektivitas Metode Praktikum dengan Alat Peraga Periskop Sederhana Pelajaran IPA terhadap Kreativitas Siswa Kelas V SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dibuat rumusan masalah
berikut ini. Apakah metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana pelajaran IPA efektif terhadap peningkatan kreativitas siswa kelas V SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester II tahun pelajaran 2011/2012?. 1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode praktikum dengan
alat peraga periskop sederhana pelajaran IPA terhadap kreativitas siswa kelas V SD Kanisius Cungkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester II tahun pelajaran 2011/2012.
5
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah menambah kajian tentang penggunaan metode praktikum dengan alat peraga periskop sederhana dalam pembelajaran IPA kelas V Sekolah Dasar, khususnya untuk membuat suatu karya dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Mengingat pentingnya peran media pembelajaran atau alat peraga dalam menunjang keberhasilan proses belajar-mengajar. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Siswa, Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kreativitas yang ada di dalam diri siswa, dengan membuat karya yaitu periskop sederhana pada pembelajaran IPA. b. Bagi Sekolah, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi dorongan bagi sekolah dalam upaya menciptakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif, dalam rangka perbaikan pembelajaran, sehingga ada kreativitas siswa dalam belajar dan hasil belajar siswa pun lebih berkualitas. c. Bagi Guru, Hasil penelitian ini diharapkan agar guru dapat menerapkan proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar, sehingga guru bisa mengetahui peningkatan kualitas serta kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui pembuatan periskop sederhana. d. Bagi Peneliti, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi bekal dan wawasan bagi peneliti sebagai calon guru untuk menggali kemampuan menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.