BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang memiliki kekayaan
warisan budaya yang bernilai tinggi. Warisan budaya itu ada yang berupa bangunan atau monumen, kesenian, naskah-naskah kuno dan jenis-jenis budaya lainya (Sumarsih, 1985). Studi tentang peninggalan benda-benda megalitik tidak lepas dari informasi yang ingin diperoleh mengenai perilaku sosial, budaya dan pemanfaatanya sebagai barang yang bernilai komoditi tinggi atau sejarah untuk mengetahui suatu peradaban para leluhur. Benda megalitik merupakan hasil ukiran seni pahat orang zaman dahulu yang tujuan pembuatannya adalah untuk mengenang atau mengingat roh-roh zaman dahulu (Sukender, 1989). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang berarti batu. Zaman megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar. Kebudayaan megalitik adalah kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan dari batu-batu besar. Batu-batu ini biasanya tidak dikerjakan secara halus, hanya diratakan secara kasar saja untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang situs megalitikum, yaitu karena besar dan kecilnya batu itu relatif maka ada megalitik yang terbuat dari batu besar dan ada pula yang terbuat dari batu kecil, misalnya; dolmen, menhir, kuburan batu, arca dan patung (Soekmono, 1985). Penelitian ini merupakan suatu langkah awal untuk mengetahui keberadaan benda-benda purba peninggalan kebudayaan pada masa lampau berupa benda-benda megalitik yang masih terpendam di bawah permukaan. Peninggalan
benda megalitik di Sulawesi Tengah tersebar di banyak tempat
seperti di Lembah Bada, Lembah Besoa, Lembah Napu, dan Lembah Palu. Lembah Besoa, yang terletak di Kabupaten Poso, peninggalan megalitik ini dapat dijumpai di beberapa situs diantaranya Situs Pokekea, Situs Tadulako, Situs
1
Padang Taipa, Situs Padang Manora, Situs Mungku Dana, Situs Bali Banama, Situs Umbara, dan Situs Padang Hanggira. Salah satu situs yang terdapat di Lembah Besoa yakni Situs Pokekea. Situs ini memiliki benda megalitik berbentuk Kalamba dengan ciri khas tersendiri berupa telur atau silinder yang di tengahnya terdapat lubang. Tinggi benda megalitik ini diperkirakan kurang lebih 1 - 2 meter, serta posisi keseluruhan benda megalitik ini terletak di atas permukaan. Selain itu juga terdapat megalitik seperti lumpang batu dan menhir yang sebagian badannya berada di atas permukaan yang tingginya kira-kira 2 meter, dan sebagian lagi berada di bawah permukaan. Daerah situs megalitik Pokekea merupakan salah satu daerah situs yang memiliki banyak sebaran benda-benda megalitik yang berada di atas permukaan dibandingkan dengan situs megalitik lain yang ada di daerah Lembah Besoa. Benda-benda megalitik yang terdapat di situs Pokekea umumnya terbuat dari batuan granitoid dan metasedimen. Menurut Peta Geologi Lembar Poso Sulawesi (Sukamto, 1973), batuan penyusun di wilayah Lembah Besoa terdiri atas Formasi Napu terletak di bagian Timur, Formasi Puna terletak di bagian Barat, Formasi Poso terletak di sebelah Selatan dan Formasi Tomato terletak di sebelah Utara dari lokasi penelitian di mana batuan penyusunnya terdiri atas batupasir, konglomerat, batulanau, lempung, batugamping, serpih,
napal dan gambut. Pada wilayah
penelitian ini tidak terdapat batuan granit sebagai batuan penyusun dari daerah tersebut sehingga terdapat perbedaan kontras beberapa sifat fisis batuan, antara batuan penyusun benda-benda megalit dengan batuan yang menimbuninya. Batuan dan mineral yang ada di bumi memiliki sifat-sifat listrik seperti potensial listrik alami, konduktivitas listrik, dan konstanta dielektrik. Ada berbagai pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan tanah. Beberapa pengukuran untuk mendeteksi adanya kontras-kontras fisis dari batuan. Untuk kontras sifat fisis kelistrikan (resistivity) digunakan pengukuran Geolistrik, sifat fisis kemagnetan (susceptibility) digunakan pengukuran Geomagnet, sifat fisis rapat massa dan cepat rambat gelombang bunyi menggunakan pengukuran Seismik. Salah satunya adalah pengukuran geolistrik.
2
Pengukuran ini dapat dijadikan cara untuk menyelidiki sifat listrik di dalam bumi melalui respon yang ditangkap dari dalam tanah berupa beda potensial, arus listrik, dan medan elektromagnetik (Telford, dkk 1990). Untuk mendeteksi ada tidaknya peninggalan benda-benda megalitik yang masih terkubur maka diperlukan metodologi dan alat ukur yang dapat mengukur parameter-parameter fisis yang berasosiasi dengan keberadaan benda-benda peninggalan megalitik di situs purbakala Pokekea. Dalam pendugaan keadaan bawah permukaan bumi dengan melakukan pengukuran di atas permukaan diperlukan suatu pengukuran geofisika, salah satu metode pengukuran adalah pengukuran geolistrik. Pengukuran geolistrik resistivitas adalah salah satu pengukuran yang umumnya banyak digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dalam eksplorasi dangkal, sekitar 300 – 500 meter (Kanata dan Zubaidah, 2008). Berdasarkan kontras sifat fisis kelistrikan, penggunaan pengukuran dan pemetaan geolistrik akan mampu memberikan informasiinformasi seperti anomali kelistrikan, posisi anomali dan kedalaman anomali secara kuantitatif. Dengan pengukuran geolistrik, variasi nilai resistivitas batuan bawah permukaan yang berasosiasi dengan keberadaan benda-benda megalitik di situs purbakala dapat diketahui. Penggunaan pengukuran ini dalam penelitian arkeologi pernah dilakukan oleh (Hesse, et al., 1986) menggunakan konfigurasi (sistem bentangan elektroda) untuk survey geolistrik dangkal yakni konfigurasi Dipole, Wenner dan Square Array. Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan targettarget arkeologi. Dari hasilnya diperoleh cara baru yang dianggapnya menguntungkan. Untuk menghilangkan pengaruh ketidak isotropan semu (apparent anisotropy) sekaligus menambah daya tembus/kedalaman penelitian ukur disarankan menggunakan sebuah alat resistivitimeter yang dapat beroperasi dengan cepat secara kontinu dengan nama resistivitimeter seret dengan rekaman otomatis (towed resistivity meter with automatic recording) dengan jarak masingmasing 1 meter.
3
Pada penelitian ini digunakan metode pengukuran geolistrik resistivitas dengan konfigurasi Wenner. Konfigurasi Wenner memiliki keunggulan untuk mendeteksi besarnya resistivitas bawah permukaan tanah. Menurut (Loke, 1999) kelebihan dari konfigurasi Wenner dapat mencakup daerah vertikal dan horisontal yang luas dan kedalaman yang dalam. Pengukuran geolistrik resistivitas dilakukan di atas permukaan tanah. Prinsip dasar dari pengukuran ini yaitu dengan cara menginjeksikan arus ke bawah permukaan bumi melalui dua buah elektroda arus, dan mengukur besar tegangan di antara dua buah elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik, diperoleh variasi nilai resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur. Pada keadaan tertentu, pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan diperoleh suatu variasi nilai resistivitas yang berakibat akan terdapat variasi resistan yang akan membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya. Jarak antara titik pengukuran pertama, titik pengukuran kedua, titik pengukuran ketiga dan titik pengkuran keempat memiliki jarak dan spasi elektroda yang sama. 1.2
Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, adapun rumusan masalah
pada penelitian ini adalah Apakah dari citra resitivitas dapat diperoleh informasi mengenai keberadaan benda-benda peninggalan megalitik yang berada di bawah permukaan pada Situs Pokekea? 1.3
Batasan Masalah Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah
1. Pengambilan data yang digunakan adalah pengukuran geolistrik resistivitas dengan konfigurasi Wenner di Desa Hanggaira Kecamatan Lore Tengah Kabupeten Poso Sulawesi Tengah. 2. Panjang setiap bentangan/lintasan pada pengukuran adalah lima puluh lima meter dengan spasi antara elektroda satu meter dibuat tetap dan jarak antara lintasan 1 meter.
4
3. Citra yang digunakan adalah data hasil pengolahan dengan menggunakan software Res2Dinv Ver.3.53 for windows 98/Me/2000/NT/XP. 1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
1. Memperoleh citra resistivitas dari hasil pengukuran geolistrik 2. Melakukan Analisis anomali untuk identifikasi keberadaan benda-benda peninggalan megalitik dibawah permukaan pada Situs Pokekea. 1.5
Manfaat Penelitian Adapun manfaat pada penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kondisi bawah permukaan daerah penelitian Situs Pokekea. 2. Diperoleh informasi mengenai keberadaan benda-benda peninggalan megalitik yang masih terpendam di bawah permukaan sebagai bahan dan rujukan bagi peneliti dibidang arkeologi.
5