BAB I PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG
Gardu Induk 500 kV atau disebut dengan GITET ini mempunyai fungsi untuk mentransformasikan tegangan listrik 500 kV yang dikirim dari beberapa pembangkit di Jawa menjadi tegangan 150 kV. Tegangan sebesar 500 kv diubah melalui transformator step down sehingga teganganya menjadi 150 kv, seperti halnya gardu induk P3B ( Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban ) Jawa–Bali Region Jakarta & Banten (GI. Cawang). Tegangan 150 kv tersebut akan disuplay ke beberapa wilayah Jakarta dan Tangerang melalui jaringan transmisi. Sedangkan saluran transmisi 500 kv adalah merupakan saluran interkoneksi dari beberapa pembangkit untuk melayani kebutuhan listrik Jawa Bali, agar tegangan 500 kv dan 150 kv bisa terjaga aman pada peralatanya, maka perlu dirancang system pengamanya. Gardu Induk merupakan jantung dari penyaluran energy listrik, sehingga sudah menjadi hal yang sangat utama jika pada gardu induk ini memiliki beberapa proteksi yang mempunyai cara kerja sangat handal dalam operasinya, sehingga dalam system penyaluran energy listrik selalu berkesinambungan.
Gambar 1.1. Gardu Induk dengan proteksi pengamanan
1
Dalam era industri dewasa ini kebutuhan energy listrik sudah menjadi kebutuhan yang sangat pokok dan sangat urgent, dengan demikian PLN berusaha semaksimal mungkin untuk memelihara gardu induk yang merupakan salah satu peralatan dalam penyaluran energy listrik yang sangat vital. Sudah semestinya PLN dalam hal ini bisa memelihara salah satu peralatan yang digunakan sebagai pengaman dan perlindungan terhadap tegangan surya dengan menggunakan proteksi agar peralatan pada gardu induk bisa aman, dengan berbagai evaluasi dan perhitungan yang matang serta menyesuaikan peralatan dalam fungsi suatu sistem sehingga arrester adalah alat yang tepat dan sesuai untuk dipakai pada gardu induk di P3B Region Cawang Jakarta sebagai proteksi terhadap tegangan surya (petir). Arrester adalah merupakan alat yang berfungsi sebagai isolator, jika dalam keadaan normal dan berfungsi sebagai konduktor jika sedang dialiri tegangan surya (petir) dan dialirkan menuju ke bumi. Arrester bukan hanya dipasang sebagai pengaman pada gardu induk saluran transmisi tegangan tinggi saja, tetapi arrester juga dipasang pada saluran tegangan menengah,dan saluran distribusi. Prinsip dari kerja arrester sendiri adalah sama, yang membedakan adalah jenis yang dipakai pada peralatan tersebut, dimana tegangan pada masing-masing saluran bisa berbeda sehingga arresterpun mempunyai karakteristik yang berbeda.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Proteksi sistim jaringan transmisi di Indonesia bisa dikatakan sudah mulai kearah yang lebih baik, terdapat bermacam-macam jenis dan type dari proteksi pada jaringan PLN. Kadang-kadang hal ini akan menimbulkan kesukaran dalam koordinasinya. Perkembangan jaringan transmisi pada tiap wilayah tidak sama kecepatannya. Wilayah Jakarta dan Jawa Barat memiliki perkembangan yang paling pesat disusul oleh jawa Timur. Jakarta dan Jawa Barat memang kota dimana dinamika industry yang begitu besar dan perubahan-perubahan letak tata kota yang menjadikan perkembangan jaringan transmisi dan distribusi sudah menjadi tuntutan jaman, disusul wilayah-wilayah lainnya.
2
Dengan demikian keperluan pengaman / proteksi jaringan transmisi yang lengkap adalah suatu keharusan. Disamping menggunakan proteksi berupa CB, PMT, CT dan proteksi lainya, arrester juga sangat penting untuk melindungi peralatan-peralatan seperti transformator pada gardu induk dari sambaran petir atau tegangan surya lebih. Sehingga penggunaan arrester untuk pengaman peralatan dan transformator 500 MVA 500 kV/ 150 kV pada gardu induk P3B Jawa – Bali Region Jakarta & Banten atau GI. Cawang, bisa ditempatkan dengan melalui perhitungan secara matematis dan komputasi agar koordinasi lokasi arrester bisa bekerja sesuai dengan karakteristiknya.
1.3.
BATASAN MASALAH
Agar pembahasan masalah tidak meluas, maka pembahasan difokuskan pada: a. Karakteristik atau performance alat pelindung yang digunakan dalam system pengaman, khususnya adalah arrester type PSB 444 Z 468 berdasarkan jarak penempatanya. b. Penempatan lokasi optimum lightning arrester sebagai alat pelindung terhadap gangguan surya hubung atau switching.
1.4. RUANG LINGKUP Ruang lingkup yang mendukung sebagai analisa dalam pembuatan tugas akhir ini meliputi ; a. Mencari data transformator dan arrester sebagai data untuk analisa penempatan jarak arrester sebagai perlindungan peralatan b. Analisa jarak arrester PSB 444 Z 468 yang terpasang sebagai perbandingan dengan perhitungan secara matematis dengan data-data yang didapat. Sebagai gambaran umum, GI Cawang menggunakan arrester dengan pemasangan konvensional dan arrester dengan pemasangan GIS (Gas Insulated Switchgear ) untuk pengamanan peralatan dan transformator.
3
Untuk jenis arrester dengan system pemasangan konvensional adalah jenis arrester model lama, sedang arrester dengan system pemasangan GIS model dan pengawatanya sangat berbeda, tetapi fungsi dari kedua jenis ini tetap sama.
1.5. TUJUAN Tujuan dari judul dan penulisan tugas akhir ini adalah : a. Menentukan jarak arrester dengan peralatan b. Koordinasi bertujuan untuk mendapatkan proteksi transformator dan peralatan pengaman pada GI. c.
Pada saat jaringan transmisi mengalami atau terkena tegangan surya, komponen arrester bisa bekerja dengan baik, dan tidak mengakibatkan pengaruh pada penyaluran, sehingga peralatan bisa diproteksi dengan aman.
1.6.
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, bagian akhir. a. Bagian Pendahuluan Bagian pendahuluan berisikan halaman judul, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan gambar. Bagian ini berguna untuk memudahkan membaca dan mengetahui isi skripsi. b. Bagian Isi Bagian ini terdiri dari lima bab, yaitu bab pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, pembahasan dan penutup. BAB I. Pendahuluan Bab ini
berisi tentang alasan pemilihan judul, permasalahan, batasan
masalah, tujuan penelitian, sistematika skripsi. BAB II. Landasan Teori Bab ini berisi tentang teori-teori yang menjadikan landasan dalam kegiatan penelitian yang mencakup tentang klasifikasi dan besarnya tegangan abnormal, koordinasi isolasi, karakteristik alat pelindung yang
4
digunakan, pengertian dasar arester. Landasan teori digunakan sebagai landasan berpikir untuk melaksanakan penelitian dan digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan penelitian. BAB III. Metode Penelitian Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dan menggabungkan dengan teori yang digunakan dalam penghitungan jarak antara arester dengan transformator. BAB IV. Pembahasan Bab ini membahas tentang pengkajian data, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi rangkuman hasil penelitian yang ditarik dari analisis data, serta pembahasannya, saran berisi tentang perbaikanperbaikan atau masukan dari peneliti untuk perbaikan yang berkaitan dengan penelitian.
5