BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Manajemen pengetahuan adalah istilah manajemen yang terbaru dan
ditujukan untuk melakukan pengembangan proses kerja dan penciptaan nilai bagi operasi perusahaan secara keseluruhan. Berbagai perusahaan telah menunjukkan perhatian yang luar biasa besar di dalam implementasi proses dan teknologi manajemen pengetahuan, bahkan menempatkan manajemen pengetahuan sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan. Oleh karena itu, keunggulan kompetitif terbesar dari sebuah perusahaan terletak pada pengetahuan yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, manajemen pengetahuan telah menjadi isu yang kritis bagi daya saing perusahaan. Di dalam kajian perbandingan penelitian tentang kerangka manajemen pengetahuan, banyak peneliti memberikan saran mengenai tiga komponen utama dari manajemen pengetahuan yaitu knowledge management enablers (or influencing factors), knowledge management process (or knowledge management activities) dan organizational performance (Lee and Choi, 2000). Terkait dengan komponen manajemen pengetahuan yang pertama yaitu persoalan knowledge management enabler (or influencing factors), Singh dan Kant (2008) telah menyusun makalah penelitian dengan judul : Knowledge Management Barriers : An Interpretive Structural Modelling, tujuan penelitiannya adalah mengidentifikasi knowledge management barriers dan mencari hubungan diantara knowledge management barriers tersebut. Secara lebih jauh, penelitian tersebut akan dapat
membantu
untuk
memahami
mutual
influences
of
barriers
dan
mengidentifikasi barrier yang mana yang akan mendukung barrier yang lainnya (driving barrier) dan juga barrier yang mana yang dipengaruhi oleh barrier yang lain (dependent barrier). Penelitian tersebut mengidentifikasi driving barrier dan dependent barrier dengan pendekatan ISM (Interpretive Structural Modelling). Untuk menjalankan metode ISM ini, penelitian tersebut meminta pendapat dari para pakar (kalangan
1
praktisi dan akademisi) mengenai hubungan antar knowledge management barriers yang telah diidentifikasi sebelumnya. Singh dan Kant (2008), di akhir tulisan makalahnya, menyarankan untuk melakukan validasi model hubungan yang telah disusunnya dengan menggunakan metode SEM (structural equation modeling). Terkait dengan saran tersebut maka penelitian ini akan menjadikan saran tersebut sebagai pijakan dan acuan teoritis di dalam penelitian ini. Penelitian ini akan menggunakan PT Krakatau Steel (PT KS) sebagai lokasi penelitian. Pemilihan PT KS sebagai lokasi penelitian dilatarbelakangi oleh program implementasi manajemen pengetahuan yang telah dilaksanakan oleh PT KS. Berdasarkan wawancara awal, yaitu dengan general manager (Ir. Tri Wibowo) dan manajer PEAD Pusdiklat (Dra. Dewi Handayani), program implementasi manajemen pengetahuan di PT KS masih berada pada tahap awal, sehingga masih banyak kendala yang dihadapi. Berdasarkan wawancara awal tersebut, maka kondisi yang sedang terjadi pada program implementasi manajemen pengetahuan PT KS bersesuaian dengan ide dasar dari penyusunan model hubungan Singh dan Kant (2008).
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana mengetahui tingkat kesesuaian model Singh dan Kant (2008) terhadap sistem nyata. Jika tingkat kesesuaiannya bagus, maka model tersebut dapat dipakai sebagai sarana untuk mengelola dan mengawasi proses implementasi manajemen pengetahuan ?
2.
Bagaimana menguji dan mengukur hubungan antar faktor penghambat implementasi manajemen pengetahuan yang disusun oleh Singh dan Kant (2008) ?
3.
Bagaimana
mendeskripsikan
faktor-faktor
penghambat
implementasi
manajemen pengetahuan menjadi indikator-indikator yang bisa diukur atau dievaluasi secara lebih obyektif ?
2
1.3
Tujuan Penelitian Untuk menjawab rumusan masalah diatas, maka dinyatakan tujuan penelitian
sebagai berikut : 1.
Mengkaji tingkat kesesuaian model Singh dan Kant (2008) terhadap sistem nyata. Jika tingkat kesesuaiannya bagus, maka model tersebut dapat dipakai sebagai sarana untuk mengelola dan mengawasi proses implementasi manajemen pengetahuan
2.
Menguji dan mengukur model hubungan antar faktor penghambat implementasi manajemen pengetahuan yang disusun oleh Singh dan Kant (2008).
3.
Mendeskripsikan
faktor-faktor
penghambat
implementasi
manajemen
pengetahuan menjadi indikator-indikator yang bisa diukur atau bisa dievaluasi secara lebih obyektif.
1.4
Ruang Lingkup dan Batasan Studi Penelitian ini hanya akan meneliti :
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi manajemen pengetahuan berdasarkan faktor-faktor yang telah diteliti oleh Singh dan Kant (2008).
2.
Penelitian ini akan melihat faktor-faktor yang ada dalam model Singh dan Kant (2008) secara positif (misal : penamaan faktor ”lack of management commitment” akan diganti dengan ” top management commitment”).
3.
Penelitian ini juga hanya akan meneliti hubungan antar faktor-faktor penghambat impementasi manajemen pengetahuan berdasarkan hubungan yang sudah diteliti oleh Singh dan Kant (2008).
1.5
Manfaat Penelitian Berikut ini adalah manfaat yang diharapkan di dalam penelitian ini :
1.
Memberikan arahan bagi perusahaan di dalam mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi manajemen pengetahuan.
2.
Dengan diketahuinya hubungan antar faktor penghambat implementasi manajemen pengetahuan maka akan memudahkan perusahaan di dalam memprioritaskan faktor mana yang akan dikelola secara lebih intensif.
3
1.6
Posisi Penelitian Untuk mengetahui sejauh mana penelitian ini memberikan kontribusi dan
untuk mengetahui sejauh mana penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang terdahulu atau yang semisal maka penelitian ini telah mengkaji tiga penelitian yang dilakukan oleh Lee & Choi (2000) dan Lee & Lee (2007) dan Singh & Kant (2008). Berikut ini akan diuraikan secara singkat mengenai kedua penelitian tersebut : 1.
Lee dan Choi (2000) melakukan penelitian mengenai knowledge management
enablers, processes dan organizational performance (an integration and empirical examination). Menurut Lee dan Choi (2000), sebuah pandangan yang terintegrasi dari manajemen pengetahuan adalah masih missing (masih belum jelas) dan bagaimana untuk menunjukkan kemampuan manajemen pengetahuan untuk mengembangkan kinerja perusahaan juga tidak jelas. Dalam banyak kajian perbandingan, para peneliti menyarankan tiga komponen utama di dalam manajemen pengetahuan yaitu knowledge management enablers (or influencing factors), knowledge management processess (or knowledge management activities) dan organizational performance. Menurut Lee dan Choi (2000) menyatakan bahwa knowledge management enabler dapat diklasifikasikan menurut teori sosio-teknik. Teori sosio-teknik mengasumsikan bahwa sistem kerja organisasi dapat dideskripsikan sebagai perpektif sosio-teknik. Menurut perspektif ini, kita dapat mengidentifikasi bahwa enablers tersusun dari dua faktor yang independent tetapi mempunyai sistem korelasi. Sistem teknik berhubungan dengan proses, tugas dan teknologi. Sedangkan sistem sosial berhubungan dengan manusia, hubungan antar manusia, sistem penghargaan dan struktur kewenangan. Di dalam penelitian Lee dan Choi (2000), struktur organisasi, budaya organisasi dan manusia dikategorikan sebagai sistem sosial dan teknologi informasi dikategorikan sebagai sistem teknik. 2.
Lee dan Lee (2007) melakukan penelitian tentang capabilities, processes and
performance of knowledge management : a structural approach. Menurut Lee dan Lee (2007), esensi dari manajemen pengetahuan adalah mengembangkan kinerja organisasi dengan pendekatan proses pengetahuan dan manajemen pengetahuan dapat dipahami sebagai proses inovasi setiap individu untuk mencari pemecahan 4
persoalan secara kreatif. Banyak peneliti telah menekankan tiga faktor utama di dalam manajemen pengetahuan yaitu capabilities, processes and organizational performance (Beckman, 1999; Demarest, 1997; O’Dell dan Grayson, 1999 di dalam Lee dan Lee, 2007). Knowledge management capabilities adalah mekanisme organisasi untuk membangkitkan pengetahuan secara berkelanjutan (Ichijo, Krogh and Nonaka, 1998 di dalam Lee and Lee, 2007). Di dalam penelitian ini yang dikategorikan sebagai knowledge management capabilities antara lain people, structure, culture and information technology. 3.
Singh dan Kant (2008) memodelkan hubungan antar KM Barriers yang
terdiri dari 9 jenis KM Barriers. Berikut ini knowledge management barrier yang dianalisa oleh Singh dan Kant (2008) : Barriers Number Barrier description 1. Lack of top management commitment 2. Lack of technological infrastructure 3. Lack of methodology 4. Lack of organizational structure 5. Lack of organizational culture 6. Lack of motivation and reward 7. Staff retirement 8. Lack of ownership of problem 9. Staff defection Singh dan Kant menyusun hubungan antar faktor-faktor diatas dengan menggunakan pendekatan interpretive structural modeling (ISM). Hasil dari penyusunan hubungan antar faktor tersebut memiliki beberapa keterbatasan yaitu pertama, baru sebatas menunjukkan hubungan antara faktor yang bersifat driving power dan yang bersifat dependence power namun belum menunjukkan besar/skor pengaruh antar faktor yang satu dengan yang lain. Kedua, hubungan antar faktor penghambat implementasi manajemen pengetahuan sendiri juga baru sebatas hubungan yang bersifat proposisi karena disusun masih berdasarkan pendapat (praktisi dan akademisi), sehingga perlu adanya pembuktian. Untuk membuktikan hubungan yang bersifat proposisi tersebut maka perlu dilakukan uji hipotetik atas hubungan tersebut. Ketiga, faktor-faktor penghambat implementasi manajemen pengetahuan masih bersifat abstrak/laten, sehingga untuk mengetahui sejauh mana faktor-faktor tersebut secara nyata ada dan saling berhubungan di dalam sistem nyata maka 5
diperlukan indikator-indikator yang bisa menunjukkan eksistensi/keberadaan dari faktor-faktor tersebut. Oleh karena ini, penelitian ini akan menurunkan kesembilan faktor KM Barriers tersebut ke dalam indikator-indikator yang dapat diukur secara langsung, sekaligus penelitian ini juga akan memvalidasi model tersebut di dalam konteks lingkungan industri di Indonesia. Untuk memudahkan melakukan perbandingan antara ketiga penelitian diatas dengan penelitian ini maka disajikan tabel perbandingan berikut ini : Tabel 1.1 Perbandingan penelitian No
1.
Model Lee
Model Lee
Model
Model
& Choi
& Lee
Singh &
Penelitian
(2000)
(2007)
Kant (2008)
ini (2009)
√
√
√
√
- people
√
√
√
√
- structure
√
√
√
√
- culture
√
√
√
√
- information technology
√
√
√
√
- commitment management
√
√
- methodology
√
√
- motivation and reward
√
√
- ownership
√
√
Aspek manajemen pengetahuan Knowledge
management
enablers
2.
Knowledge
management
processes 3.
Organizational performance
√
√
√
√
Dalam tabel 1.1. diatas, terlihat bahwa model Lee & Choi (2000) dan Lee & Lee (2007) memiliki keunggulan dalam hal telah dimasukkannya komponen knowledge management processes dan organizational performance di dalam penelitian. Sedangkan model Singh & Kant (2008) dan penelitian ini unggul karena memfokuskan penelitiannya pada komponen knowledge management enablers dengan cara menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi 6
manajemen pengetahuan (yaitu commitment management, information technology, methodology, motivation & reward dan ownership). Namun demikian dalam tabel 1.1. belum terlihat perbedaan antara penelitian ini dengan model Singh & Kant (2008). Untuk menunjukkan perbedaannya, maka berikut ini akan disampaikan tabel yang menunjukkan perbedaan antara keduanya dari aspek faktor yang diteliti dan aspek metodologi penelitiannya. Penelitian ini akan menjadikan model Singh dan Kant (2008) sebagai model rujukan utama. Berikut ini adalah perbedaan penelitian ini dengan model Singh dan Kant (2008) dari aspek faktor yang diteliti : Tabel 1.2. Posisi penelitian penelitian ini dan model rujukan utama berdasar pada faktor yang diteliti Model Singh & Kant (2008) Variabel Laten
Model di dalam penelitian ini (2009)
Variabel
Variabel Laten
Manifest
Variabel Manifest
Lack of top management -
Lack of top management C1 – C5
commitment
commitment
Lack of methodology Lack
-
organizational -
of
structure Lack
technological -
infrastructure
of
organizational C11 – C14
Lack
of
technological C15 – C24
infrastructure organizational -
of
culture Lack
Lack
C6 – C10
structure of
Lack
Lack of methodology
Lack
of
organizational C25 – C32
culture of
motivation
and -
reward
Lack of motivation and C33 – C36 reward
Staff defection
-
Staff defection
C37 – C40
Staff retirement
-
Staff retirement
C41 – C44
Lack
of
problem
ownership
of -
Lack
of
ownership
of C45 – C47
problem
Dalam tabel 1.2. diatas, terlihat bahwa variabel laten yang ada di dalam model Singh & Kant (2008) belum diturunkan menjadi variabel manifest. Sedangkan dalam model penelitian ini, variabel laten telah diturunkan menjadi variabel manifest 7
yang dapat dipergunakan untuk mengevaluasi dan merefleksikan variabel laten. Pada tabel 1.2. diatas, penelitian ini memberikan kode C1 dan seterusnya untuk masingmasing variabel manifest. Uraian mengenai kode/nama variabel manifest dapat dilihat lebih lanjut pada tabel 3.1. Berikut ini adalah perbedaan antara Model Singh dan Kant (2008) dan model penelitian ini dilihat dari aspek metodologi penelitiannya : Tabel 1.3. Perbandingan penelitian ini dengan model rujukan utama berdasar pada aspek metodologi No. 1.
Aspek Perbedaan Metode Analisis
Model Singh dan Kant
Model dalam penelitian
(2008)
ini (2009)
Interpretive
Structural Structural
Modelling (ISM) 2.
Obyek Analisis
Equation
Modelling (SEM)
Hanya faktor-faktor KM Mengaitkan
faktor-
Barrier saja
Barrier
faktor
KM
dengan
konteks
lingkungan industri 3.
Pelaku analisis
Kelompok
pakar
dari Para
industri dan akademisi
karyawan
(level
superintendent/senior engineer ke atas) dari perusahaan
4.
Keterkaitan faktor model
di
antar Hanya sebatas hubungan Hubungan sebab akibat dalam sebab akibat antar faktor
telah dinyatakan dalam bentuk
proposisi,
pernyataan hipotesis dan uji hipotesis Berdasarkan pada tabel 1.3. diatas maka pada dasarnya penelitian ini merupakan tindak lanjut dari penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Kant (2008). Tindak lanjut tersebut dilakukan dengan cara menguji model hubungan antar faktor yang mempengaruhi manajemen pengetahuan dengan pendekatan/metode Structural Equation Modelling (SEM). Data analisa SEM tersebut diperoleh dari penyebaran
8
kuesioner kepada para karyawan dengan level manajemen : superintendent, manajer, dan general manajer. Oleh karena ini, penelitian ini bukan menyusun suatu model melainkan akan melakukan analisis penegasan (confirmatory) dari model yang sudah ada. Cara melakukan analisis penegasan (confirmatory) adalah dengan mengujicobakan model tersebut dalam situasi lingkungan industri di Indonesia. Hasil uji coba tersebut adalah untuk menegaskan apakah model tersebut sesuai dengan lingkungan industri di Indonesia, jika tidak sesuai, maka berarti (kemungkinan) ada model hubungan yang lain (model alternatif).
1.7
Sistematika Penulisan Berikut ini adalah rencana struktur penulisan laporan penelitian ini :
BAB I
Pendahuluan
Bagian ini berisi latar belakang, formulasi masalah tujuan penelitian, ruang lingkup dan batasan masalah, manfaat penelitian, state of the art / posisi penelitian dan sistematika penulisan BAB II
Studi Literatur
Bagian ini berisi studi literatur mengenai knowledge management, knowledge management barrier dan beberapa literatur pendukung yang mengkaji penelitianpenelitian sebelumnya dan yang masih berkaitan. BAB III
Metodologi Penelitian
Bagian ini berisi mengenai metodologi penelitian yang dilakukan dalam mengerjakan penelitian ini. Pada bab ini juga akan dilakukan proses pengembangan model. BAB IV
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada bagian ini berisi penguraian hasil survey dan cara pengolahannya serta rekapitulasi data dan pengolahannya. BAB V
Analisis dan Pembahasan
Bagian ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pembahasannya. Secara teoritis dibahas temuan-temuan yang diperoleh didalam penelitian ini BAB VI
Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan dan saran pengembangan lebih lanjut. 9