BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam Era Globalisasi saat ini perkembangan dunia bisnis Indonesia dari tahun ketahun telah berkembang dengan pesat, dan kondisi perekonomian nasional seperti pergerakan arus uang (flow of fund) dan arus modal (flow of capital) tidak stabil, dimana persaingan bisnis ini semakin ketat antar perusahaan sehingga perusahaan besar maupun perusahaan kecil dituntut harus mampu mengelola perusahaannya sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam berbagai kondisi. Salah satu kegiatan bisnis sekarang yang paling ramai untuk dibicarakan adalah perdagangan saham yang terdapat di pasar modal. Pasar modal Indonesia telah mengalami pasang surut dari waktu ke waktu. Sampai saat ini pasar modal Indonesia telah menjadi salah satu indikator keberhasilan perekonomian dalam menumbuh kembangkan perekonomian nasional. Beberapa tahun terakhir perkembangan investasi di pasar modal di Indonesia semakin terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan, meskipun begitu pada saat tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter perdagangan saham di BEJ juga menunjukan kelesuan dengan menurunnya IHSG (Indeks Harga Saham Gabugan) dan menyebabkan kinerja pasar modal di Indonesia terpuruk. Tetapi pada hal ini tidaklah mengurangi perkembangan dari pasar modal ini di sebabkan meningkatnya pelaku pasar modal / investor dapat dilihat dari meningkatnya jumlah penawaran dan permintaan saham, dan nilai perdagangannya yang diimbangi oleh pengetahuan yang baik, terutama setelah pemerintahan melakukan berbagai regulasi di bidang keuangan dan perbankkan termasuk pasar modal. (www.World-excchange.org) Pada tahun 2005 dan 2006 Bursa Efek Indonesia mengalami masa pekembangan yang baik indeks pasar meningkat tajam. Dimana IHSG tahun 2005 meningkat sebesar 16,2 % yaitu sebesar 1.162,624, dibandingkan
1
2 IHSG tahun 2004. Tahun 2006 IHSG mencapai rekor tertinggi yaitu 1.805,52 yang mengalami peningkatan sebesar 55,3 % dari tahun 2005. Kapitalisasi pasar juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Jika tahun 2004 kapitalisasi pasar tercatat sebesar US 73,25 Miliar, tahun 2005 menjadi US $81,43 Miliar, dan di tahun 2006 meningkat tajam menjadi US 138,89 Miliar. Pada tahu 2007 IHSG dan juga kapitalisasi saham pecah dimana indeks menyentuh level lebih dari 2800 poin, sebuah prestasi yang tidak mudah, sementara kapitalisasi pasar mencapai Rp 1.988 Triliun. (www.World-exchange.org) Para pelaku di pasar modal telah menyadari bahwa perdagangan efek dapat memberikan return yang cukup baik bagi investor, dan sekaligus memberikan konsribusi yang besar bagi perkembangan perekonomian negara kita. Investasi di pasar modal merupakan investasi yang penuh dengan ketidak pastian, sehingga para pelaku bursa akan dihadapkan pada suatu risiko yang tinggi. Risiko dapat digolongkan kedalam risiko yang dapat dieliminasi dengan diversifikasi dan risiko yang tidak dapat dieliminasi dengan diversifikasi (Brigham dan Houston, 1998). Investasi yang paling beresiko adalah investasi pada saham dengan rata-rata return sebesar 24,65 % dan standar deviasi return sebesar 37,81%. (Kompas 2004) Banyak sekali aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh para investor untuk memperoleh keuntungan (return). Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan di pasar modal, diantaranya adalah informasi yang masuk ke dalam pasar modal tersebut (Puspitaningsih, 2006). Informasi
merupakan
peranan
penting
terhadap
transaksi
perdagangan di pasar modal. Para pelaku di pasar modal sangat membutuhkan informasi yang dapat mempengaruhi naik turunnya harga surat berharga di pasar modal. Setiap informasi berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para investor untuk memilih portofolio investasi yang efisien. Pasar modal dikatakan efisien apabila dapat mewujudkan suatu kondisi dimana harga-harga saham mampu mencerminkan seluruh informasi yang tersedia. Informasi sangat membantu
3 untuk mengurangi ketidakpastiaan yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang dicapai. Suatu
informasi
memiliki
makna
bila
informasi
tersebut
menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal yang akan tercermin dalam indikator atau karakteristik pasar modal, seperti volume perdagangan dan harga saham. Di pasar modal banyak sekali informasi yang dapat dimanfaatkan, salah satu informasi yang tersedia yaitu pengumuman stock split atau pemecahan saham. Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai informasi yang berarti oleh investor untuk melakukan keputusan. Dengan adanya informasi berupa pemecahan saham, investor akan mengantisipasinya dengan membeli saham, dengan harapan untuk memperoleh return yang lebih tinggi yaitu setelah pemecahan saham dilakukan. Dengan naiknya permintaan dan jumlah saham yang tetap mengakibatkan harga saham meningkat setelah pengumuman stock split. Tingginya harga saham akan mengurangi likuiditas saham karena investor kurang mampu membeli saham tersebut. Menurut Kurniawati (2003) apabila harga suatu saham terlalu tinggi, maka kemungkinan saham tersebut dapat dibeli oleh masyarakat kecil. Salah satu cara yang dilakukan emiten untuk mempertahankan agar sahamnya tetap berada dalam rentang perdagangan yang liquid sehingga daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil adalah melakukan stock split. Dampak dari stock split adalah menigkatnya nilai likuiditas saham karena jumlah lembar sahamnya memiliki harga yang rendah, sehingga akan meningkatkan permintaan akan saham tersebut (Suntoro dan Subekti 2003). Saham bisa dikatakan liquid jika saham itu mudah diperjual belikan, mudah dicairkan sehingga banyak peminatnya, dan likuiditas saham itu bisa diukur dengan frekuensi reaksi perdagangan saham di pasar modal (Adikusuma, 1997). Semakin likuid saham suatu perusahaan, maka perusahaan akan lebih mudah mendapatkan dana, karena investor tertarik untuk membeli saham perusahaan. Likuiditas saham suatu perusahaan ditunjukkan oleh Trading Volume Activity.
4 Manajemen perusahaan yakin bahwa apabila kepemilikan saham semakin luas, maka hubungan dengan masyarakat lebih baik, sehingga adanya stock split dapat mengurangi nilai pasar saham dan memiliki kemampuan menarik mayoritas investor potensi. Peristiwa stock split merupakan satu kejadian ekonomi. Tindakan stock split mengakibatkan jumlah saham yang beredar bertambah sehingga para investor yang berhubungan dengan aktivitas tersebut dapat melakukan penyusunan kembali portofolio investasinya. Penyusunan kembali portofolio tidak terlepas dari pertimbangan risiko saham yang membentuk portofolio sehingga diharapkan akan memeperoleh tingkat risiko yang lebih kecil. Investor rasional akan memilih investasi yang mempunyai risiko yang terkecil bila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat return yang sama. Oleh karena itu, tindakan stock split yang dilakukan oleh emiten perlu dipertimbangkan oleh investor dan calon investor dalam mengambil keputusan untuk membeli atau melepas saham yang dimiliki berdasarkan analisis mereka mengenai informasi apa yang terkandung di dalam stock split (Harsono, 2004). Menurut Brigham dan Gapenski (1994) dan Beni Suhendra (2003), Pemecahan saham merupakan fenomena yang sangat menarik, karena disatu sisi dianggap dapat meningkatkan likuiditas, tapi disisi lain juga hanya dianggap sebagai kosmetika saham belaka karena manfaatnya yang kurang dapat dirasakan secara nyata oleh perusahaan. Sehingga peristiwa stock split sampai sekarang ini fenomena yang masih menjadi teka-teki dibidang ekonomi dan masih diperdebatkan para ahli di bidang ekonomi hal ini ditunjukan dengan adanya ketidak cocokan antara teori dan praktek. Secara teori stock split hanya meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar dan tidak secara langsung mempengaruhi cash flow perusahaan. Sementara prakteknya terdapat beberapa bukti empiris yang menunjukan bahwa pasar memberikan reaksi terhadap peristiwa ini, meskipun reaksi tersebut tidak sepenuhnya disebabkan oleh stock split, tetapi juga disebabkan oleh kondisi efisiensi dari pasar modal dinegara bersangkutan.
5 Dalam pasar modal efisien pasar akan bereaksi secara cepat terhadap semua informasi yang relavan. Hal ini ditunjukan oleh perubahan harga saham melebihi kondisi normal sehingga menimbulkan abnormal return (Zaqi, 2006). Terdapatnya perubahan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham sebagai indikator sinyal positif pada pasar. Kondisi efisiensi pasar tersebut akan mempengaruhi beta (risiko sistematis) saham sebagai komponen penting untuk mengestimasi return suatu saham yang tidaklah selalu bersifat stasioner dari waktu ke waktu (Tandelilin, 2001). Oleh karena itu, diperlukan upaya penyesuaian terhadap kondisi pasar yang sedang terjadi. Dimana bahwa risiko saham dan return sebagai salah satu variabel penentu sangat mendominasi dalam setiap pertimbangan yang dilakukan oleh para investor dalam memutuskan untuk menginvestasikan dananya di pasar modal. Perilaku investor terhadap variabel-variabel tingkat pengembalian saham tersebut dapat berbeda-beda, Seorang investor dapat mendasarkan pertimbangannya pada risiko saham (risiko sistematis) yang harus ditanggungnya atau dapat juga menjadikan likuiditas saham sebagai pertimbangan utamanya dalam melakukan investasi. Pada dasarnya investor akan selalu memperhitungkan besarnya resiko saham, dan sejauh mana para investor memiliki toleransi pada besaran risiko yang melekat pada investasi saham. Dalam hal ini risiko saham yang dapat dieliminasi dengan diversifikasi oleh investor adalah risiko sistematis sebagai variabel penentu tingkat pengembalian saham yang diharapkannya, karena resiko saham yang tinggi akan memberikan tingkat pengembalian saham (return) yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya, yaitu berapa tingkat pengembalian yang diharapkannya, berapa besar resiko yang harus ditanggungnya dan berapa kelikuiditas investasi tersebut. Penelitian yang berhubungan dengan fenomena ini telah beberapa kali diteliti para ahli dan terdapat hasil kesimpulan yang bervariasi.
6 Penelitian mengenai stock split ini menghasilkan dua pendapat yang berbeda, pendapat pertama menunjukan bahwa stock split memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel yang diteliti dan pendapat yang lainnya stock split tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel yang diteliti. Oleh karena itu, informasi stock split dalam kaitannya dengan dampaknya terhadap risiko sitematis dan abnormal return menjadi suatu hal yang perlu dipertimbangkan oleh para investor dan calon investor dalam memutuskan untuk membeli atau melepas saham yang dimiliki. Karena hasil beberapa penelitian berbeda dan alasan fenomena teori dan praktek yang sering bertolak belakang dan pendapat ini sering menimbulkan kontroversi, maka peristiwa stock split merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Dengan kata lain penulis ingin mengamati reaksi dampak stock split terhadap abnormal return dan risiko sistematis pada saat sebelum dan sesudah pengumuman stock split dijadikan sebagai event. Berdasarkan uraian dan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul : “ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO SISTEMATIS DAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007 -2011.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi risiko sistematis sebelum dan sesudah stock split yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2011? 2. Bagaimana kondisi abnormal return pada saat sebelum dan sesudah stock split yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2011? 3. Apakah terdapat perbedaan risiko sistematis dan abnormal return sebelum dan sesudah stock split yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2011?
7 1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data yang memberikan informasi berkaitan dengan analisis dampak stock split terhadap risiko sitematis dan abnormal return. Informasi tersebut diperlukan penulis untuk menyusun skripsi, yang merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kondisi risiko sistematis sebelum dan sesudah stock split yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2011. 2. Untuk mengetahui kondisi abnormal return pada saat sebelum dan sesudah stock split yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2011. 3. Untuk mengetahui perbedaan risiko sistematis dan
abnormal return
sebelum dan sesudah stock split yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2011?
1.4
Kegunaan Penelitian 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat di gunakan sebagai masukan bagi perusahaan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh stock split terhadap berbagai variabel yang dipengaruhi, khususnya abnormal return dan risiko sistematis. Sehingga perusahaan dapat membuat keputusan dan pertimbangan dan dijadikan sebagai tolak ukur sebelum melakukan stock split dimasa yang akan datang. 2. Bagi Investor Penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan referensi atau pertimbangan dalam mengambil keputusan dan sebagai informasi yang dapat memberikan input bagi manajer dan investor yang menanamkan modalnya dalam melakukan pengambilan keputusan berinvestasi pada saat terjadi pengumuman stock split di bursa efek untuk menghindari risk sistematis dalam menghasilkan return.
8 3. Pembaca dan pihak – pihak lainnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan maupun dijadikan acuan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dan terpadu. Serta dapat menambah referensi, pengetahuan wawasan teoritis, informasi bagi pihak-pihak yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh informasi-informasi yang dihasilkan dari penelitian ini ataupun yang berkeinginan untuk melakukan penelitian selanjutnya sebagai bahan perbandingan. 4. Penulis Untuk memberikan tambahan pengetahuan empiris dan menguji pengetahuan yang telah didapatkan ketika kuliah untuk dapat diaplikasikan dalam menyusun penelitian dan mengolah data yang ada untuk mencapai hasil yang diharapkan, sehingga dapat lebih memahami aplikasi dari teori-teori yang sesungguhnya terjadi di lapangan.
1.5
Kerangka Pemikiran Salah satu kebijakan yang sering dilakukan oleh emiten untuk memaksimalkan keuntungan para investor adalah kebijakan pemecahan saham atau stock split. Kebijakan stock split akan menurunkan harga saham sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan transaksi, Robert Ang (1997). Kebijakan Perusahaan untuk menjual sahamnya atau melakukan stock split merupakan salah satu kebijakan corporate action, dimana salah satu cara untuk meningkatkan minat investor pada sahamnya dimana untuk melakukan stock split. Corporate action dapat diartikan bahwa setiap tindakan perusahaan yang dapat berpengaruh terhadap sikap / keputusan investor atas saham yang diterbitkan perusahaan yang melakukan corporate action. Kebijakan ini biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Kenaikan harga saham yang terlalu tinggi, akan menyebabkan permintaan terhadap saham mengalami penurunan dan pada akhirnya dapat
9 menyebabkan harga saham tersebut menjadi tidak fluktuatif lagi. Penurunan permintaan tersebut dapat disebabkan karena tidak semua investor tertarik untuk membeli saham dengan harga yang terlalu tinggi, terutama investor perorangan yang memiliki dana terbatas, yang terjadi kemudian adalah para investor akan berbalik untuk membeli saham-saham perusahaan lain. Untuk menghindari kondisi tersebut, maka yang dilakukan oleh perusahaan adalah menurunkan harga saham pada kisaran harga yang menarik minat investor untuk membeli yaitu melalui stock split atau pemecahan saham. Stock split adalah memecahkan selembar saham menjadi beberapa lembar saham sehingga jumlah saham menjadi lebih banyak. Dengan demikian stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain tidak mempunyai nilai ekonomis. Pengertian stock split menurut Abdul Halim (2005) adalah: Pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembar sahamnya secara proporsional. Contoh pemecahan saham dengan split factor ; 2:1, 3:1, dan 4:1 atas dasar dua jadi satu, satu jadi dua maksudnya adalah setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham baru untuk setiap satu lembar saham yang dipegang sebelumnya dan nilai nominal saham baru menjadi setengah dari nilai saham sebelumnya. Begitu juga selanjutnya jika dilakukan stock split 3:1, 4:1. Tujuan stock split menurut Tjiptono Darmadji dan Hendry Fakhrudin (2006:183) adalah : Pemecahan saham bertujuan agar perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya menjadi lebih murah. kebijakan stock split mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan go-public. 1. Stock split akan berpengaruh terhadap perbedaan harga saham. 2. Setelah stock split harga saham akan turun secara signifikan.
10 3. Investor akan memberikan reaksi positif setelah stock split, 4. Kebijakan stock split akan meningkatkan likuiditas saham. Dilakukanya stock split adalah menempatkan suatu saham pada rentang perdagangan yang lebih popular, dimana dengan dilakukannya stock split untuk menjaga harga saham yang tidak terlalu tinggi, sehingga harga sahamnya lebih terjangkau dan lebih banyak di perdagangkan. Dengan harga yang lebih murah, akan lebih mudah diterima oleh masyarakat umum dan meningkatkan permintaan akan saham tersebut yang secara otomatis akan kembali meningkatkan harga pasar saham pada rentang yang optimal. Maka semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli, dengan demikian saham tersebut akan menjadi terdistribusi pada banyak investor. Menurut penelitian terdahulu berpendapat bahwa pengumuman pemecahan saham memberikan informasi mengenai future earning perusahaan dan informasi tersebut dapat menyebabkan abnormal return pada saat pengumuman (Lakonishok dan lev 1987). Berbeda dengan peneliti Aggarwal dan Chen (1985) di New York Stock Exchange dengan uji beda rata-rata dan Bishara (1988) yang melakukan
penelitian di
Canadian Stock Market dengan analisa regresi tidak menemukan adanya abnormal return berkaitan dengan pengumuman stock split. Dalam penelitian Charest (1978) dalam Hartono (2000) tentang stock split Hasil dari penelitian ini adalah abnormal return mengalami peningkatan sesudah pengumuman stock split. dengan menggunakan data harian dan juga mengamati pada hari ketika stock split. Bagi investor pengumuman pemecahan saham dapat dianggap sebagai sinyal positif dari manejemen tentang prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Pemecahan saham menunjukan bahwa perusahaan dalam kondisi yang bagus sehingga akan memberikan keuntungan pada investor dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang optimal bila investor melakukan transaksi. Namun beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukan bahwa pemecahan saham tidak memberikan peningkatan return yang berarti. Maka perlu dilakukan pengujian tentang adanya potensi return yang
11 akan diterima oleh investor setelah melakukan pemecahan saham. Untuk mengetahui abnormal return yang diperoleh oleh investor pada saat pengumuman stock split diukur dengan menggunakan market model.
Pengertian Abnormal Return menurut Suad Husnan (1998) adalah: “selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan yang diharapakan. Setelah
mengetahui
abnormal
return
harian
masing-masing
perusahaan, maka dihitung rata-rata abnormal return antara sebelum dan sesudah pemecahan saham secara keseluruhan sampel. Dan untuk melihat apakah pemecahan saham mempengaruhi return yang akan diterima oleh investor digunakan uji beda dua rata-rata. Bila terdapat perbedaan yang signifikan maka pemecahana saham berpengaruh terhadap return saham dan bila tidak terdapat perbedaan yang signifikan maka pemecahan saham tidak berpengaruh terhadap return. Terdapatnya perubahan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham sebagai indikator dari sinyal positif yang di bawa ke pasar. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terdapat kesimpulan yang bervariasi. Penelitian tentang abnormal return terjadi disekitar tanggal pemecahan pemecahan saham diteliti oleh Leung, et al (2005) di pasar modal Hong Kong membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terdapat abnormal return disekitar tanggal pengumuman. Kesimpulan yang sama juga didapat dari penelitian yang dilakukanoleh fahrinha, et al (2006), di pasar Portugis menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat abnormal return yang sangat signifikan pada saat pengumuman dan periode setelah pengumuman. Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Wang, et al (2000) menyimpulkan tidak adanya perbedaan abnormal return yang signifikan antara periode sebelum dan sesudah stock split. Berbeda juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendrawaty (2007) yaitu penelitian yang dilakukan terhadap 15 perusahaan yang listed di BEJ dengan periode antara 2005 sampai dengan 2006 berhasil membuktikan bahwa tidak
12 didapati perbedaan abnormal return yang signifikan pada periode hari sebelum dan sesudah pengumuman. Bila pemecahan saham mempunyai kandungan informasi yang menguntungkan terhadap abnormal return maka akan berpengaruh terhadap risiko perusahaan hal ini disebabkan karena Return dan resiko memiliki hubungan yang positif, sehingga mendorong investor untuk melakukan transaksi. Besarnya pengaruh tersebut tercermin dalam besarnya perubahan risiko yang terjadi dalam transaksi. Teori pasar modal yang menjelaskan adanya hubungan positif dan linier antara tingkat keuntungan (return) dengan risiko (risk), dimana tingkat keuntungan yang tinggi diasosiasikan dengan risiko yang tinggi pula dan sebaliknya. Besar kecilnya risiko tergantung dari jenis atau instrumen investasinya. Semakin besar risiko yang dihadapi semakin tinggi potensi keuntungan yang bisa diperoleh, begitu sebaliknya. Investasi di saham risikonya besar, tapi sebanding dengan potensi keuntungannya juga besar. Ibarat pepatah “high risk high return”. Artinya Keuntungan dari investasi yang dilakukan tergantung pada seberapa besar jenis risiko yang berani kita tanggung. Seorang investor berharap memiki investasi tingkat resiko yang lebih kecil ketika dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat return yang sama.
Pengertian Risiko Menurut (Jones, 2002) mendefinisikan yaitu : “risk is the uncertainty that expected outcomes will not be fulfilled”. Jadi pengertian risiko (risk) secara umum adalah sebagai probabilitas atau kemungkinan atas terjadinya perbedaan antara tingkat pengembalian aktual dari suatu investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Menurut Husnan (1996) menyatakan bahwa salah satu masalah yang sering dihadapi oleh para analis investasi adalah penaksiran risiko yang dihadapi oleh pemodal. Teori keuangan menyatakan bahwa apabila risiko suatu investasi meningkat, maka pemodal akan mensyaratkan tingkat keuntungan yang semakin besar pula. Dengan demikian dapat dikatakan
13 bahwa risiko merupakan faktor yang penting didalam pengambilan keputusan terhadap sebuah investasi. Risiko dapat diartikan sebagai perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Menurut pendapat Jones (2002:127) risiko dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk), yakni risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. risiko yang bisa dikelola dan dapat dihindari, risiko yang melekat pada investasi tertentu karena kondisi yang unik dari perusahaan. Risiko perusahaan lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Risiko perusahaan ini dapat dikurangi dengan melakukan diversifikasi aset dalam suatu portofolio. Berkaitan dengan transaksi jual beli saham, dikenal juga adanya risiko gagal serah dan gagal bayar. Termasuk dalam risiko ini adalah risiko keuangan dan risiko bisnis. Risiko ini juga disebut diversifiable risk. 2. Risiko sistematis (systematic risk), yakni risiko yang berpengaruh terhadap semua investasi dan tidak dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan melakukan diversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan perekonomian, politik dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara keseluruhan. Termasuk dalam risiko ini adalah risiko pasar, risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga, risiko daya beli. Risiko sistematis bersifat sistemik dan karenanya tidak bisa dihindari. Risiko ini juga disebut indivertible risk. Risiko sistematis ditentukan oleh besar kecilnya koefisien beta yang menunjukkan tingkat kepekaan return suatu saham secara keseluruhan di pasar modal. Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan Return dan risiko memiliki hubungan yang positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, maka semakin besar return yang diharapkan. Sebaliknya juga semakin kecil return yang diharapkan, semakin kecil risiko yang harus ditanggung. Hubungan
14 positif ini hanya berlaku untuk return ekpektasi yaitu return yang belum terjadi. Untuk return yang realisasi (yang sudah terjadi) hubungan positif ini tidak dapat terjadi. Untuk pasar yang tidak rasional, kadang kala return realisasi yang tinggi tidak mesti mempunyai risiko yang tinggi pula. Bahkan keadaan sebaliknya dapat terjadi yaitu return realisasi yang tinggi hanya mempunyai risiko yang kecil. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terdapat kesimpulan yang bervariasi yaitu : Menurut Miswanto (1999) dalam penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan beta saham terhadap return saham. Adapun menurut penelitian Indah Kurniawati (2003) yaitu melakukan pengujian perbedaan risiko sistematis pada saat sebelum dan setelah stock split. Hasil penelitian ini mengindikasikan terdapat perbedaan beta yang signifikan pada saat sebelum dan setelah stock split. Kesimpulan lain didapat juga dari penelitian Djayani Nurdin (1999) menunjukkan hasil bahwa beta saham dan varian return saham tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Hubungan stock split terhadap abnormal return Aksi yang dilakukan oleh perusahaan berupa pemecahan saham dapat ditafsirkan sebagai sinyal yang diberikan oleh perusahaan tentang adanya prospek yang bagus dimasa yang datang, dimana harga saham yang tinggi merupakan suatu indikator bahwa kinerja perusahaan bagus. Pemecahan saham menyebabkan harga saham menjadi murah sehingga saham mudah terjangkau oleh calon investor, dengan harga murah meningkatnya
aktivitas perdagangan saham
sehingga
menyebabkan
fluktuasi harga saham menjadi tinggi. Tingginya fluktuasi harga saham diharapkan dengan tingginya return saham yang akan diterima investor. Menurut Fama, Fisher, Jensen, dan Roll (1969) menyatakan bahwa selain itu harga saham yang menjadi lebih murah menyebabkan banyaknya transaksi yang akan dilakukan sehingga harga saham sering berubah dan
15 dapat memberikan peluang untuk memperoleh abnormal return bagi investor. Untuk mengukur besarnya return yang akan diterima investor sehubungan dengan adanya peristiwa stock split diukur dengan adanya abnormal return yang diterima oleh investor. Tingkat keuntungan yang sesungguhnya merupakan perbandingan antara selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya. Abnormal return ini akan dihitung dengan selisih antara return yang sebenarnya (actual return) dengan return yang diharapkan (expected return) (Robert Ang, 1997), dimana actual return merupakan perbandingan harga saham hari ini dengan harga saham sebelumnya secara relatif. Sedangkan expected return dihitung dengan return pasar yang dikalikan dengan beta masing-masing
perusahaan
ditambah
dengan
alpha
masing-masing
perusahaan. Abnormal return saham yang diperoleh setelah melakukan pemecahan saham terjadi penurunan, hal ini berakibat pada abnormal return yang diperoleh bernilai negatif karena actual return yang diperoleh lebih rendah dibanding expected return. apabila terjadi abnormal return yang positif setelah pemecahan saham dapat memberikan keuntungan diatas normal pada investor. Untuk mengetahui adanya hubungan stock split terhadap abnormal return dengan melakukan uji analisis yang mendukung adanya hubungan stock split terhadap abnormal return dapat dilihat dari penelitian Mahirun (2004) melakukan penelitian terhadap industri perbankan dan jasa asuransi yang melakukan pemecahan saham periode 1996 – 1997. Sampel yang diperoleh sebanyak 26 perusahaan. Penelitian ini menganalisis tentang abnormal return saham perusahaan yang melakukan pemecahan saham. Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return saham sebelum dan sesudah pemecahan saham. peristiwa analisis return tidak normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. signifikansi abnormal return tersebut menunjukkan bahwa pengumuman tersebut memiliki kandungan informasi
16 Dari
hasi
analisis dan temuan penelitian
Mahirun, 2004
membuktikan bahwa setelah melakukan stock split mempunyai pengaruh terhadap abnormal return.
Hubungan stock split terhadap risiko sistematis Van Horne dan Wachowics, (1992) menjelaskan bahwa risiko adalah suatu penyimpangan dari tingkat pengembalian (return), Semakin besar penyimpangan artinya semakin besar risiko investasi tersebut. Risiko terjadi akibat adanya unsur ketidakpastian dalam semua investasi saham. Berapa hasil yang akan diperoleh dari investasi tidak diketahui dengan pasti, sehingga investor hanya dapat memperkirakan besar keuntungan yang diharapkan dan memungkinan hasil yang sebenarnya akan menyimpang dari yang diharapkan. Beta setelah stock split lebih besar dari pada sebelum stock split. Bahwa beta cenderung lebih besar pada saat setelah stock split dan mengalami kenaikan yang permanen. Kenaikan beta yang tajam tersebut disebabkan karena adanya aktivitas noisy trader yang kurang memiliki informasi dan lebih menyukai harga saham yang stabil. Hasil pengujian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wiggins (1992) yang menyatakan bahwa beta setelah stock split lebih tinggi dan signifikan daripada sebelum stock split Untuk mengetahui adanya hubungan stock split terhadap risiko sistematis dengan melakukan uji analisis yang mendukung adanya pengaruh stock split terhadap risiko sistematis dapat dilihat dari penelitian Penelitian Brennan dan Copeland (1988) juga menemukan adanya risiko sistematis yang lebih besar di hari pengumuman stock split dan ex-date dari pada hari-hari di sekitar pengumuman stock split (the surrounding days). Diyakini juga bahwa risiko sistematis di hari ex-date cenderung mengalami peningkatan yang permanen Dari hasi analisis dan temuan penelitian diatas membuktikan bahwa setelah melakukan stock split Terdapat perbedaan risiko sistematis (beta) yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah pengumuman stock
17 split yang dilakukan oleh perusahaan. peristiwa risiko mengalami peningkatan ini mungkin terjadi disekitar pengumuman. peristiwa risiko mengalami peningkatan ini mungkin terjadi disekitar pengumuman. Berdasarkan Uraian diatas maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Perusahaan GO PUBLIC di BEI 2007 -2011
Kebijakan Perusahaan
Stock split
Harga Saham
Abnormal Return
Keterangan : = Diteliti = Tidak Diteliti
Risiko Sistematis
18 1.6
Hipotesis Penelitian Hipotesis yaitu asumsi mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hubungan hal tersebut. Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah ada atau tidaknya hubungan yang ditimbulkan oleh variabel independent (Variabel X) terhadap variabel dependent (Variabel Y). Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis Analisi Dampak Stock split Terhadap Risiko Sistematis dan Abnormal Return dapat disimpulkan: H1 = Terdapat Perbedaan yang signifikan antara risiko sistematis sebelum dan sesudah stock split H2 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return pada saat sebelum dan sesudah stock split
1.7
Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan juga verifikatif dalam menganalisis data yang ada. Berikut pengertian tentang metode deskriptif dan verifikatif : Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan suatu objek dengan adanya data atau fenomena yang ada pada saat sekarang. Menurut Nazir (2003:54) metode penelitian deskriptif adalah sebagai berikut : “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Selain metode deskriptif, penelitian ini juga menggunakan metode penelitian verifikatif, yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis pengaruh variabel (Risiko sistematis, abnormal return¸ dan stock split).
19 Sedangkan metode verifikatif menurut Rasyad (2003 : 6), ialah : “Metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimasi) dan pengujian hipotesis”. Metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis melalui suatu perhitungan statistik sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis ditolak atau diterima”. Selain metode deskriptif dan verifikatif, penelitian ini juga menggunakan metode event study, yang dimaksudkan untuk untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi Bursa Efek Jakarta terhadap suatu peristiwa dari suatu pengumuman. Menurut Peterson (1989) penelitian event study merupakan suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar modal untuk mengetahui apakah abnormal return yang diperoleh investor akibat dari suatu event tertentu.
1.8
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder, Penulis dalam melakukan penelitian mengambil data perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-20011 yang sumbernya diperoleh dari Dunia Investasi, Indonesia Capital Market Directory, serta jurnal-jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini, dalam rangka memperoleh data yang diperlukan guna penyusunan skripsi, maka penelitian ini dimulai tanggal 30 Maret 2012 sampai dengan selesai.