BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekenomian masyarakat selalu mengalami pasang-surut sehingga berpengaruh pada tingkat kesejahteraan wilayahnya. Hal tersebut karena perekonomian masyarakat yang masih kurang diperhatikan. Kegiatan perekonomian cenderung kurang terfokus pada sektor-sektor ekonomi yang berpotensi karena pengembangan tidak tepat sasaran yang seharusnya menjadi dasar dalam membangun kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah. Ekonomi wilayah yang menjadi kekuatan suatu wilayah dalam meningkatkan produksi untuk dapat meningkat pendapatan daerah pun seakan-akan dikesampingkan, sehingga menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat lokal tidak mengalami peningkatan. Ekonomi wilayah yang selalu mengalami perkembangan mengikuti dengan waktu dan ruang yang ada memerlukan perhatian yang lebih mendalam. Hal tersebut terkait dengan pengaruh periode waktu dan ruang terhadap perkembangan perekonomian wilayah suatu daerah. Ketersediaan sumber daya tidak selalu terbatas tetapi masih belum dapat dioptimalkan. Hal tersebut menyebabkan pemanfaatan dalam hal meningkatkan perekonomian wilayah mengalami stagnan dan kesejahteraan masyarakat pun tidak mengalami perubahan. Pemanfaatan sumber daya yang belum optimal menjadikan suatu daerah belum dapat berkonsentrasi pada satu sektor
unggulan
yang
dapat
dikembangkan
untuk
meningkatkan
perekonomian wilayah. Selain itu, daerah dapat berfokus selanjutnya pada peningkatan sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif untuk dapat turut berkompetisi dalam perekonomian dengan daerah-daerah lainnya. Propinsi DIY terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kotamadya, setiap kabupaten dan kota tersebut memiliki potensi perekonomian wilayah dan sektor unggulan yang berbeda-beda. Analisis perkembangan perekonomi wilayah dan sektor unggulan ini dilakukan di Provinsi DIY agar dapat
1
diketahui dinamikanya melalui ruang dan waktu. Selain itu dapat meningkatkan pemerataan ekonomi wilayah yang optimal di setiap kabupaten dan kota di Propinsi DIY sehingga pemanfaatan potensi unggulan dapat berjalan seoptimal mungkin dan berkelanjutan. Oleh karena itu, konsentrasi pengembangan pada satu potensi unggulan untuk dapat meningkatkan perekonomian wilayah serta memahami karakteristik tidak hanya melalui dimensi ruang tetapi juga waktu merupakan hal penting yang harus dilakukan. Dimensi ruang sudah jelas dapat diketahui melalui lokasi dan keadaan di suatu wilayah dan untuk dimensi waktu dapat diketahui berdasarkan fenomena-fenomena ekonomi yang terjadi dalam skala nasional maupun internasional yang telah terklasifikasi dalam lingkup fasefase homogen ekonomi. Pencapaian ekonomi wilayah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat harapannya dapat meningkatkan perekonomian kearah yang lebih luas. Penelitian ini diharapkan menjadi sebuah pertimbangan untuk dapat memahami dinamika ruang dan waktu dalam perkembangan perekonomian wilayah dan sektor unggulan di Provinsi DIY. 1.2 Perumusan Masalah Dinamika perekonomian wilayah yang terus mengalami perkembangan dari tahun ketahun menjadi salah satu faktor kesejahteraan suatu wilayah. Ekonomi wilayah yang masih kurang diperhatikan menjadikan daerah tersebut kurang optimal dalam mengelola potensi daerahnya. Dalam peningkatan perekonomian wilayah setiap daerah diharapkan dapat memiliki potensi unggulan yang dapat meningkatkan perekonomian wilayah secara optimal. Namun, kendalanya dalam menentukan potensi atau sektor unggulan wilayah masih belum sesuai dengan karakteristik dari daerah itu sendiri.. Hal ini menyebabkan sektor unggulan yang yang menjadi andalan justru tidak dapat meningkatkan perekonomian wilayah secara optimal. Analisis dinamika perekonomian wilayah dan sektor unggulan erat kaitannya dengan fase waktu yang turut mempengaruhi perkembangannya selain dari faktor lokasi itu sendiri. Perkembangan ekonomi lokal dan sektor
2
unggulan perlu untuk diketahui dinamikanya mulai dari periode waktu krisis ekonomi hingga saat ini. Keterkaitan antara perekonomian wilayah dan sektor unggulan perlu juga untuk dianalisa dalam meningkatkan perekonomian wilayah dengan sektor unggulan yang tepat. Hal ini dirumuskan karena strategi perekonomian wilayah yang masih kurang efektif berimplikasi pada ketimpangan ekonomi suatu wilayah. Berdasarkan hasil uraian tersebut dapat dipaparkan beberapa rumusan masalah yang digunakan peneliti sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan perekonomian wilayah di Provinsi DIY? 2. Bagaimana konsentrasi pengembangann sektor ekonomi di Provinsi DIY? 3. Apa saja keterkaitan antara perekonomian wilayah dengan sektor unggulan? 4. Apa
saja
implikasi
strategi
yang
sesuai
dalam
pengembangan
perekonomian wilayah yang optimal untuk Provinsi DIY? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi perkembangan perekonomian wilayah di Provinsi DIY. 2. Mengidentifikasi perkembangan sektor unggulan di Provinsi DIY. 3. Menganalisis keterkaitan antara perekonomian wilayah dengan sektor unggulan di Provinsi DIY. 4. Merumuskan strategi perekonomian wilayah yang optimal di Provinsi DIY. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Untuk membantu daerah untuk dapat meningkatkan perekonomian lokal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Sebagai rekomendasi pemerintah untuk menemukenali potensi unggulan di setiap daerah untuk dapat meningkatkan perekonomian wilayah. 3. Sebagai
kontribusi
di
bidang keilmuan
yang berkaitan dengan
pengembangan potensi sektor unggulan dan perekonomian wilayah.
3
1.5 Tinjauan Pustaka 1.5.1 Perkembangan Ekonomi Wilayah Perekonomian
wilayah
menganalisis
suatu
wilayah
secara
keseluruhan atau melihat berbagai wilayah dengan potensinya yang beragam dan cara mengatur suatu kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah (Tarigan, 2005). Potensi ekonomi
ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat keseluruhan
untuk
mendorong perekonomian daerah secara berkembang
dengan
sendirinya
dan
pengembangan sektor unggulan yang dimiliki daerah tercermin pada visi dan misi daerah yang tertuang di dalam rencana pembangunan jagka panjang daerah (RPJPD) dan rencana jangka menengah daerah (RPJMD). Di dalam RPJPD dan RPJMD tampak bidang-bidang prioritas pada setiap program daerah kabupaten/kota dalam memperkokoh pengembangan sektor unggulan. Selain itu, APBD harus mencerminkan program-program dan tujuan-tujuan pembangunan. Karena suatu rencana akan bersifat operasionil apabila anggarannya tersedia. Hal tersebut merupakan upaya pemerintah dalam pengembangan potensi daerah yang tertuang dalam perencanaan pembangunan daerah. Pemerintahan dibidang pembangunan pada dasarnya adalah kunci keberhasilan pengembangan potensi ekonomi wilayah. Muktianto (2005) menjelaskan bahwa pendekatan yang umum dalam pengembangan potensi daerah dengan cara menelaah komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), komponen sumber daya manusia, teknologi dan sistem kelembagaan. (dikutip dari Sumihardjo, 2008). Dalam menelaah PDRB dilakukan untuk mengetahui potensi basis dan non basis. Suatu daerah yang memiliki keunggulan memberikan kekhasan tersendiri yang tidak ada
4
pada daerah lain, sehingga sektor unggulan tadi dapat dikatakan sebagai kegiatan basis (Triyuwono & Yustika, 2003).
1.5.2 Sektor Unggulan Tarigan
(2005)
menjelaskan
bahwa
teori
basis
ekonomi
mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan basis dan non basis. Kegiatan basis adalah mengekspor barang dan jasa ke tempat-tempat di luar batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan yang tidak mengekspor, yakni hanya kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di dalam daerah itu sendiri. Bertambah banyaknya kegiatan basis di dalam suatu daerah akan menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya, berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang bersangkutan dan turunnya permintaan terhadap produk dari kegiatan non basis. Dengan demikian kegiatan basis ekonomi mempunyai peranan sebagai penggerak pertama (primer mover rule), sedangkan setiap
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mengetahui sektor basis dan non basis antara lain menggunakan metode analisis (Triyuwono & Yustika, 2003). Dengan mengetahui kegiatan basis disuatu daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya, maka dapat menguatkan daya saing daerah tersebut.
1.5.3 Periode Ekonomi Indonesia Dinamika fase pembangunan di Indonesia sudah dimulai saat negara ini menyatakan kemerdekaannya. Perkembangan pembangunan sangat erat kaitannya dengan perekonomian. Pembangunan Indonesia
5
selaras dengan masa pemerintahan maupun fenomena perekonomian yang terjadi pada masa tersebut. Oleh karena itu menurut Kuncoro (2010) terdapat lima periode ekonomi yaitu : (a) periode sampai 1966 yang pada saat ini merupakan era Presiden Soekarno, (b) periode 1966-1985 era pemerintahan orde baru di bawah Soeharto melakukan berbagai langkah reformasi ekonomi, (c) Periode penurunan harga minyak 1986-1996, (d) periode krisis dan pemulihan 1997-2004, dan (e) periode pemulihan dan pengembangan 2005-2009.
1.5.4 Strategi Perekonomian Wilayah Tujuan strategi perekonomi yang utama adalah untuk memberikan kesempatan kerja bagi penduduk. Selanjutnya untuk mencapai stabilitas ekonomi wilayah. Perkembangan perekonomi akan sukses jika mampu memenuhi kebutuhan dunia usaha seperti lahan, keuangan, dan infrastruktur. Tujuan berikutnya, untuk mengembangkan sektor basis ekonomi dan kesempatan kerja yang beragam. Hal ini sebagai antisipasi kemungkinan fluktuasi ekonomi sektoral yang akan mempengaruhi keempatan kerja masyarakat. Secara garis besar, strategi perkembangan perekonomian wilayah dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: (1) Strategi Pengembangan Fisik/Lokalitas, (2) Strategi Pengembangan Dunia Usaha, (3) Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia, (4) Strategi Pengembangan Masyarakat (Evi dan Hastarini, 2008). 1.6 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai sektor basis telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Analisis yang digunakan sebagian besar adalah analisis shiftshare dan LQ. Selain menggunakan analisis tersebut, ada pula yang menggunakan analisis klassen tipologi atau analisis LQ digabungkan dengan klassen.
6
Agus Tri Basuki (2009) hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Yapen, Provinsi Papua Tahun 2004-2008. Kabupaten kepulauan Yapen adalah sebuah kabupaten yang baru sebagai hasil pemisahan regional dan terletak di daerah yang sangat dekat ke leher kepala butung Provinsi Papua. Penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten Yapen memiliki Keuntungan ekonomi di sebagian besar sektor kecuali sektor pertambangan dan industri manufaktur. Sektor yang paling menguntungkan adalah keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan jasa, serta sektor konstruksi. Sektor lain yang menguntungkan adalah industri wisata, seperti perdagangan, hotel dan restoran Kartika Hendra Titisari (2009) hasil penelitian analisis potensi internal (pertumbuhan dan kontribusi) dilakukan di tiga Kabupaten yaitu Boyolali, Karanganyar, dan Sragen. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan kondisi ekonomi dari ketiga kabupaten tersebut dengan periode penelitiannya adalah tahun 1999-2003. Dalam menganalisis data yang ada digunakan model ekonomi regional untuk mengukur pertumbuhan PDRB dan konstribusi masing-masing sektor serta membandingkan perkembangan dengan time series dan analisis tipologi klasen untuk mengetahui klasifikasi laju pertumbuhan ekonomi wilayah penelitian dengan ekonomi Jawa Tengah. Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini disajikan dalam tabel 1.6 berikut :
7
3.
2
1.
Tri
Basuki - Klasifikasi Pertumbuhan - LQ - MRP (Rps, Rpr) - Overlay - Shift-Share - Klassen Tipology - overlay
(2009)
- LQ (DLQ) - Shift-Share - ICOR
Kartika Hendra - Perbandingan Titisari (2009) PDRB - Tipologi Klassen - LQ - MRP
(2009)
Agus
Tabel 1.1 Matrik Penelitian Terdahulu No. Peneliti Alat Analisis
8
Hasil Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan, deskripsi struktur ekonomi daerah dan menganalisis sektor perekonomian yang potensial serta mengetahui tingkat investasi dan stabilitas
Hasil Penelitian: Analisis Potensi internal (pertumbuhan dan kontribusi) yang menempati posisi prima dan berkembang di Boyolali ialah sektor listrik, gas dan air bersih, lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan serta jasajasa. Sedangkan di Karanganyar sektor yang menduduki posisi berkembang adalah sektor listrik, gas dan air bersih, pengangkutan dan perhubungan, sewa bangunan dan jasa perusahan, serta jasa-jasa. Untuk Sragen yang menduduki posisi prima dan berkembang adalah sektor industri dan sektor jasa-jasa. Judul: Anatomi Makro Ekonomi Regional: Studi Kasu Provinsi DIY.
Judul: Identifikasi Potensi Ekonomi Daerah Boyolali, Karanganyar, dan Sragen
Hasil Penelitian: Kabupaten kepulauan Yapen adalah sebuah kabupaten yang baru sebagai hasil pemisahan regional dan terletak di daerah yang sangat dekat ke leher kepala butung Provinsi Papua. Penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten Yapen memiliki Keuntungan ekonomi di sebagian besar sektor kecuali sektor pertambangan dan industri manufaktur. Sektor yang paling menguntungkan adalah layanan, keuangan, perusahaan jasa, dan konstruksi. Sektor lain yang menguntungkan adalah industri wisata, seperti perdagangan, hotel dan restoran.
Judul: Analisis Potensi Unggulan Kabupaten Yapen dalam Menopang Pembangunan Provinsi Papua Tahun 2004-2008
Judul dan Hasil Penelitian
4.
Fafurida (2009)
- LQ - Shift Share - Analisis Indeks Sentralitas
9
Hasil Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat perencanaan dalam pengembangna sektor pertanian terutama makanan pertanian . hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk produksi padi dipusatkan di Kecamatan Temno, Panjatan, Galur, Lendah, Kokap, Girimulyo, Nanggulan dan Kecamatan Samigaluh. Sedangkan untuk penggilingna beras dikembangkan di Kecamatan Wates, dan Kecamatan Pengasig. Untuk komoditas jagung pengembangan industri pengolahannya bisa dikembangkan di Kecamatan Sentolo dan Pengasih dan pusat produksi bisa dilakukan di Kecamatan Temonb, Lendah, Kokap, Kalibawang, dan Samigaluh. Untuk komoditas tanaman singkong pusat produksi di Kecamatan Temon, Kokap, Girimulyo, Kalibawang, dan Samigaluh. Sedangkan industri pengolahannya bisa dilakukan di Kecamatan Sentolo dan Pengasih. Pusat produksi Ubi jalar di Kecamatan Panjatan, Pengasih dan Girimulyo. Sedangkan untuk industri pengolahan di Kecamatan Wates. Untuk komoditas Kacang Pusat produksi di Kecamatan Temon, Lendah, Kokap, Girimulyo, dan Samigaluh. Sedangkan industri pengolahannnya di Kecamatan Wates, dan Pengasih. Pusat produksi kedelai terletak di Kecamatan Temon, Galur, Lendah, Nanggulan, dan Kalibawang. Sedangkan industri pengolahannya di Kecamatan Sentolo, dan Pengasih. Kecamatan Temon, Sentolo, dan Pengasih adalah pusat produksi tanaman kacang hijau sedangkan industri pengolahnanya di Kecamatan Wates.
perekonomian di DIY. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dinamika pertumbuhan ekonomi DIY sejalan dengan pertumbuhan nasional. Kemudian sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah perdagangan, hotel dan restoran. Tipologi Klassen menunjukkan bahwa sektor-sektor yang potensial untuk dikembangkan adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Judul: Perencanaan Pengembangan Sektor Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan di Kabupaten Kulon Progo
1.7 Kerangka Pemikiran Suatu daerah memiliki potensi ekonomi masing-masing. Namun tidak semua potensi ekonomi yang ada yang teridentifikasi dengan benar. Provinsi DIY yang terdiri dari empat kabupaten dan satu kota memiliki potensi ekonomi terhadap sektor-sektornya. Namun belum teridintifikasi dengan benar. Seperti sektor basis dengan keunggulan kompetitif, komparatif dan spesialisasi belum diketahui. Ini menjadi masalah dalam pengembangan pembangunan di daerah tersebut. Begitu juga dengan daerah acuan sebagai pengembangan pembangunan yang belum terlihat. Klasifikasi fase waktu perkembangan ekonomi di Indonesia menjadi landasan dalam menganalisa keterkaitan perekonomian wilayah dan sektor unggulan untuk menentukan periodisasi ekonomi wilayah kajian. Hal tersebut untuk mengidentifikasi perkembangan perekonomian wilayah di Provinsi DIY pada setiap fenomena-fenomena ekonomi yang terklasifikasi dalam periode waktu. Merujuk kepada Teori yang ada seperti teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi wilayah, maka untuk mengidentifikasi daerah yang bisa dijadikan acuan pembangunan dapat digunakan alat analisis Tipologi Klassen. Sedangkan untuk mengetahui sektor potensial dalam pengembangan wilayah dapat digunakan alat analisis LQ. Lalu Pengembangan potensi ekonomi daerah dapat menggunakan Alat analisis MRP. Sedangkan untuk mengidentifikasi sektor unggulan dapat menggunakan analisis Overlay Tabel. Selanjutnya dilakukan analisis crosstab untuk menganalisis keterkaitan perekonomian wilayah dengan sektor unggulan. Analisa secara keseluruhan tersebut selanjutnya dapat dirumuskan menjadi strategi pengembangan perekonomian wilayah yang optimal di Provinsi DIY. Dengan strategi tersebut akan berimplikasi berupa prioritas pengembangan perekonomian wilayah. Dengan demikian penelitian ini akan memiliki peran dalam penentuan prioritas pengembangan ekonomi wilayah khususnya di Provinsi DIY. Diagram kerangka pemikiran dapat dilihat pada Diagram 1.1 yang menjelaskan alur dari penelitian dinamika perekonomian dan sektor unggulan di Provinsi DIY.
10
Diagram 1.1 Kerangka Pemikiran Dinamika Perekonomian Wilayah dan Sektor Unggulan di Provinsi DIY
Klasifikasi fase waktu perkembangan ekonomi di Indonesia
Periodesasi Ekonomi Belum teridentifikasi SektorSektor Basis yang potensial baik yang kompetitif, komparatif maupun spesialisasi
Belum teridentifikasi daerah yang menjadi acuan perkembangan perekonomian wilayah yang optimal
Teori Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi wilayah
Analisis Perkembangan sektor unggulan dalam pengembangan wilayah
Tipologi Klassen Analisis MRP
Analisis LQ
Analisis Overlay
Keterkaitan perekonomian wilayah dengan sektor unggulan
Analisis Crosstab
Implikasi Strategi dalam meningkatkan perekonomian wilayah secara optimal
11
1.8 Batasan Operasional 1. Perekonomian Wilayah adalah kegiatan ekonomi suatu wilayah secara keseluruhan dengan potensinya yang beragam dan bagaimana mengatur kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah (Tarigan, 2005). 2. Sektor Unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah serta sektor-sektor lainnya untuk berkembang dengan tingkat pertumbuhan dan kontribusinya yang besar. 3. Periodisasi Ekonomi Indonesia adalah klasifikasi waktu perkembangan perekonomian di Indonesia yang berdasarkan fase pembangunan di Indonesia sesuai dengan fenomena yang terjadi di rentang waktu tersebut (Kuncoro, 2010). Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini dirumuskan periodisasi ekonomi berdasarkan fenomena krisis ekonomi, pemulihan pascakrisis, hingga fase perkembangannya. 4. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah unsur utama dalam pembangunan ekonomi wilayah yang memiliki implikasi kebijakan yang cukup luas serta menjelaskan alasan suatu daerah dapat tumbuh cepat dan ada pula yang tumbuh lambat (Sjafrizal, 2012). 5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah (BPS, 2010). PDRB merupakan salah satu indikator untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu daerah. PDRB dihitung berdasarkan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB dalam penelitian ini dilihat berdasarkan atas harga konstan tahun 2000 dan harga konstan tahun 1993. 6. Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro. Semakin tinggi PDRB yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut dapat dikatakan baik. Dengan pendapatan perkapita tersebut dapat dilihat gambaran pendapatan
12
yang diterima oleh masing-masing perkepala penduduk. Pendapatan perkapita tersebut dihasilkan dengan membagi pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. 7. Merujuk kepada data yang dikeluarkan oleh BPS Kabupaten/Kota di Provinsi DIY terdapat 9 sembilan sektor ekonomi yang diteliti, maka yang dimaksud dengan sektor ekonomi yaitu: 1) Pertanian; 2) Pertambangan dan Penggalian; 3) Industri Pengolahan; 4) Listrik, Gas, dan Air; 5) Bangunan; 6) Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7) Pengangkutan dan Komunikasi; 8) Keuangna, Sewa dan Jasa Perusahaan; 9) Jasa-Jasa. 8. Tipologi Klassen adalah metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah dengan indikator Pendapatan
Perkapita
dan
Laju
Pertumbuhan
Ekonomi
yang
diklasifikasikan menjadi empat kriteria yaitu : 1) daerah cepat maju dan cepat tumbuh; 2) daerah maju tapi tertekan; 3) daerah berkembang cepat; dan 4) daerah relatif tertinggal. 9. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) adalah metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor ekonomi yang potensial dari segi pertumbuhannya. 10. Analisis
LQ
adalah
metode
analisis
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi sektor ekonomi suatu wilayah sehingga dapat diketahui seberapa besar tingkat kontribusinya terhadap suatu wilayah. 11. Analisis Overlay Tabel adalah metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor unggulan dari kontribusi maupun pertumbuhannya dengan menggabungkan hasil analisis LQ dan analisis MRP. 12. Analisis Crosstab adalah metode analisis yang digunakan untuk menganalisis tingkat keterkaitan perkembangan ekonomi wilayah dengan sektor unggulan. 13. Implikasi strategi adalah perumusan perencanaan dalam menentukan arah kebijakan yang dapat mendukung sektor-sektor ekonomi agar berkembang dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat.
13