BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang
dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang melakukan perawatan (maintenance) lokomotif diesel dan kereta rel diesel (KRD) yang beroperasi di Pulau Jawa. Perawatan dilakukan untuk menjaga kehandalan sistem lokomotif maupun kereta sehingga sistem tersebut dapat beroperasi secara optimal (Almy, 2014). Lokomotif yang hendak dilakukan maintenance sebelumnya dibongkar agar tiap-tiap komponennya dapat dilakukan pengujian satu per satu. Komponenkomponen yang telah dibongkar kemudian dilakukan pengujian di stasiun-stasiun pengujian tertentu. Setelah dilakukan pengujian masing-masing komponen selanjutnya dirangkai kembali dalam bentuk utuh lokomotif kereta api. Sebelum lokomotif siap dipakai, dilakukan pengujian final berupa load test pada stasiun pengujian beban bernama load box. Pada tahap inilah sumber kebisingan dihasilkan sangat tinggi dan dalam interval waktu yang cukup lama. Pengujian beban pada lokomotif dilakukan dengan perlakuan yang menimbulkan kebisingan tinggi. Pengujian beban untuk lokomotif dilakukan dalam waktu yang cukup lama, yaitu selama empat jam. Dalam satu hari, kurang lebih terdapat dua hingga tiga lokomotif yang harus diuji, sehingga rata-rata pekerja yang bekerja di stasiun pengujian menerima paparan bising antara delapan hingga dua belas jam. Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan, tidak disukai, dan mengganggu (Bashiruddin, 2009) maka dari itu kebisingan sebisa mungkin harus diminimalisir. Kebisingan juga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Menurut Bashiruddin (2009), kebisingan dapat menyebabkan gangguan fisiologis maupun
1
2
psikologis bagi pekerja. Gangguan fisiologis dapat berupa peningkatan tekanan darah, percepatan denyut nadi, peningkatan ketegangan otot, dll. Gangguan psikologis yang dirasakan oleh pekerja akibat paparan bising bisa berupa stress, kelelahan, gangguan komunikasi, gangguan emosi, gangguan komunikasi serta gangguan konsentrasi yang secara tidak langsung dapat mengganggu keselamatan pekerja. Untuk mengurangi resiko dari kebisingan, diperlukan upaya pengendalian kebisingan dengan melibatkan tiga elemen, yaitu sumber kebisingan, lintasan rambatan kebisingan dan penerima kebisingan (Saputra, 2007). Upaya mengendalikan kebisingan di lingkungan pabrik dapat dilakukan dengan identifikasi masalah kebisingan di pabrik dan menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh pekerja. Data dari identifikasi tersebut dapat digunakan untuk penanganan dalam mengurangi kebisingan yang dihasilkan dari sumber suara kebisingan. Selain itu pengendalian kebisingan juga dapat dilakukan dengan pengaturan pola kerja karyawan dan upaya paling terakhir yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebisingan adalah dengan penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja seperti misalnya penggunaan penyumbat telinga dan pelindung telinga. Kementrian Tenaga Kerja memberikan batasan untuk tingkat kebisingan bagi lingkungan kerja yaitu maksimum sebesar 85 dBA untuk paparan bising selama delapan jam per hari. Informasi tingkat kebisingan yang ditetapkan oleh Kep Menaker No.51/MEN/1999 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Selain kebisingan, terdapat aspek lain yang dapat mempengaruhi kinerja pekerja yaitu pencahayaan dan temperatur lingkungan. Pencahayaan yang baik dapat membuat tenaga kerja melihat objek-objek yang dikerjakanya secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu (Suma’mur, 1991). Sementara itu pencahayaan yang buruk akan merugikan pekerja seperti terlalu banyak cahaya akan menimbulkan silau (glare), atau pencahayaan kurang akan menimbulkan
3
kelelahan pada mata jika pekerja melakukan pekerjaan dengan ketelitian tinggi dan dalam durasi waktu yang lama. Tabel 1.1. Nilai Ambang Batas Kebisingan (Kep Menaker No.51 Tahun 1999) Waktu paparan per hari Intensitas Kebisingan dalam dBA 8 Jam 85 4 88 2 91 1 94 30 Menit 97 15 100 7,5 103 3,75 106 1,88 109 0,94 112 Menteri
Tenaga
Kerja
dalam
Keputusanya
KEP-51/MEN/1999
menentukan nilai ambang batas iklim kerja indeks suhu bola basa (ISBB) yang ditunjukkan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) yang Diperkenankan (KEP-51/MEN/1999) Pengaturan waktu kerja setiap jam ISBB (oC) Beban Kerja Waktu Kerja
Waktu Istirahat
Ringan
Sedang
Berat
100% (8 jam/hari)
-
30,0
26,7
25,0
75% kerja
25% istirahat
30,6
28,0
25,9
50% kerja
50% istirahat
31,4
29,4
27,9
25% kerja
75% istirahat
32,2
31,1
30,0
Aspek temperatur udara berpengaruh dalam kenyamanan pekerja. Wignjosoebroto (1995) menjelaskan bahwa dalam suatu penelitian diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling optimal
4
pada temperatur antara 24oC – 27oC. Keterangan lengkap mengenai pengaruh temperatur terhadap tubuh manusia ditunjukan pada Tabel 1.3. Tabel 1.3. Pengaruh Tingkat Temperatur Terhadap Tubuh Manusia (Wignjosoebroto, 1995) Temperatur Pengaruh Terhadap Tubuh ± 49oC
Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tapi jauh dari tingkat memampuan fisik dan mental
± 30oC
Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik
24oC – 27oC
Kondisi Optimum. Produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi.
± 10oC
Kelakuan fisik yang extreme mulai muncul
Stanton dkk. (2005) menjelaskan bahwa performa kerja dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Tubuh manusia dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Namun jika kondisi lingkungan melebihi kemampuan tubuh untuk beradaptasi, akan mengganggu performa dan kesehatan. Bahkan jika lingkungan berada dalam kondisi ekstrem akan berakibat fatal untuk tubuh manusia. Berdasarkan pemaparan tersebut, perlu dilakukan identifikasi paparan bising yang terdapat pada area Load test di Balai Yasa Yogyakarta untuk nantinya dapat diketahui seberapa tinggi paparan bising yang diterima oleh pekerja di tempat tersebut dan dari data penelitian dapat ditindak lanjuti untuk penanganan pengurangan kebisingan tersebut. Selain itu perlu pula dilakukan analisis mengenai pencahayaan dan temperatur lingkungan kerja yang dapat digunakan untuk pertimbangan perbaikan guna meningkatkan kenyamanan kerja dan mengurangi dampak kecelakaan kerja bagi pekerja di area Load test UPT. Balai Yasa Yogyakarta.
5
1.2.
Rumusan Masalah Pengujian beban pada lokomotif di area load test Balai Yasa Yogyakarta
menimbulkan kebisingan yang tinggi dan dalam waktu yang lama. Kebisingan dapat mengganggu pekerja baik secara fisiologis maupun psikologis. Menjadi pertanyaan bagi penulis berapakah tingkat kebisingan pada stasiun pengujian lokomotif tersebut dan bagaimana penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kebisingan agar tidak mengganggu aktivitas pekerja. Selain itu belum pernah dilakukan analisis mengenai pencahayaan dan iklim kerja di area tersebut.
1.3.
Asumsi dan Batasan Masalah Beberapa asumsi dan batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan di satu tempat yaitu di area Load test lokomotif UPT.Balai Yasa Yogyakarta PT. KAI 2. Pengukuran kebisingan diambil di titik-titik pengukuran serta dari posisi pekerja saat melakukan pekerjaan dengan menggunakan Sound Level Meter. 3. Pengukuran pencahayaan diambil di titik-titik pengukuran serta dari posisi pekerja saat melakukan pekerjaan dengan menggunakan Lux Meter. 4. Pengukuran termal hanya meneliti faktor suhu lingkungan, kelembaban, dan kecepatan angin yang diambil di titik-titik pengukuran serta dari posisi pekerja saat melakukan pekerjaan dengan menggunakan Environtment Meter untuk pengukuran suhu serta kelembaban dan Anemometer untuk pengukuran kecepatan angin. 5. Penelitian juga dengan mengajukan kuesioner kepada sepuluh pekerja bagian quality control untuk mengetahui pendapat pekerja terkait dengan kebisingan, pencahayaan dan termal khususnya suhu lingkungan kerja di area tersebut.
6
1.4.
Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat kebisingan, tingkat pencahayaan dan termal iklim kerja pada stasiun area load test lokomotif di UPT. Balai Yasa Yogyakarta PT.KAI 2. Mengetahui persepsi pekerja yang bersangkutan terhadap kebisingan, pencahayaan dan temperatur lingkungan kerja di area load test lokomotif UPT. Balai Yasa Yogyakarta PT.KAI 3. Memberikan rekomendasi pengendalian kebisingan, pencahayaan, dan termal sehingga pekerja merasa nyaman dan dapat meningkatkan produktifitas kerja.
1.5.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi
pengendalian kebisingan, pencahayaan, dan termal bagi pekerja di area load test UPT. Balai Yasa Yogyakarta agar pekerja di area tersebut nyaman dan dapat meningkat produktifitas kerjanya. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi yang berkepentingan serta dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.